Pagi ini, Jungkook ingin menemui papanya— Geuntae. Menyusuri lorong demi lorong dengan raut datar nan dingin. Langkah demi langkah yang diambil membawakan dirinya untuk cepat menemukan dirinya dengan atensi sang papa. Dia membulatkan tekad, tujuan, dan niatnya, sebab lengah sedikit saja, maka hancur sudah rencananya.Setelah mengetuk tiga kali pintu sebuah ruangan khusus hakim ketua, terdengar sahutan dari dalam sana untuk menyuruhnya langsung masuk saja. Tentu saja Jungkook segera memegang engsel pintu dan memutarnya. Saat itulah, ia menemukan presensi orang yang dimaksudkan sedang duduk di kursi kebesarannya dengan menampilkan raut serius terhadap beberapa benda berwarna putih tipis dihadapannya.
"Apakah aku mengganggu? Kau terlihat sangat sibuk." ucapan Jungkook memecahkan keheningan di suasana menegangkan disana.
Mendengar suara yang sangat amat dikenalinya, barulah pria setengah bayar itu mendongak menatapnya dan tersenyum lebar begitu tau sang anak yang ternyata menghampirinya.
"Ada apa? Kau butuh sesuatu?" tanya Geuntae.
Jungkook hampir saja merotasikan bola matanya jika ia tidak mengingat apa tujuannya datang disini. Seusai menarik nafas dalam-dalam, ia menatap tepat pada manik sang papa dengan serius.
"Aku ingin menjadi hakim ketua. Tapi, aku tidak ingin pangkat ku diangkat dengan instan, tolong ajari aku terlebih dahulu bagaimana prosesnya, sedari awal."
Kemudian, hening melanda setelah Jungkook mengeluarkan tujuannya datang menemui sang papa. Manik mata Geunteu nampak memicing, pria itu mencoba menelisik pergerakan putra bungsunya. Barangkali, Jungkook hanya main-main saja. Tapi, ia tidak menemukan kebohongan dalam binar manik bambi Jungkook, justru ia hanya menemukan kesungguhan disana.
Geuntae menghela nafas, lalu ia menyeringai, "Apa kau mencoba mengelabuhi ku?"
"Apa aku terlihat seperti itu?" sahut Jungkook langsung.
Geuntae bangkit dari duduknya. Pria itu melangkah pelan menuju sang anak sembari tersenyum penuh bangga. Jungkook pun balas tersenyum tipis, teramat tipis hingga sang papa sepertinya tak menyadarinya. Begitu mereka berhadapan, Geuntae menampilkan wajah pongahnya seraya berkata, "Itu baru anakku!" dengan menepuk beberapa kali bahu lebar dan tegap milik Jungkook.
Jungkook menatap tangan sang papa yang masih bertengger pada bahunya, lalu sedetik kemudian, ia menatap wajah yang masih nampak tegas untuk seukuran pria berumur kepala lima itu. Pemuda tampan ini menatap papanya dengan tersenyum kaku. Tetapi, senyumnya luntur saat mendengar perkataan pria dihadapannya mampu menyulut api di setiap aliran darahnya dan hembusan nafasnya.
"Harusnya kau seperti ini saja sejak dulu, Jungkook-ah. Seperti kakakmu, Junghyun."
"Aku melakukan ini bukan untuk terlihat seperti Junghyun. Aku melakukan ini untuk terlihat seperti diriku sendiri, bukan untuk terlihat seperti Junghyun!"
Geuntae tertawa terbahak, "Astaga, kau masih belum berbaikan dengan kakakmu?"
"Aku tidak pernah bertengkar dengan Junghyun. Papa sendiri yang menciptakan jarak diantara kami."
"Oh my son, aku tau kau masih muda sekali. Tapi ada apa denganmu sekarang? Kenapa kau sangat sensitif?" tanya Geuntau dalam nada suara tak percayanya.
"Aku kesini hanya ingin menyampaikan jika aku mau menjadi hakim ketua, bukan berdebat denganmu mengenai hal tak penting seperti ini." seusai mengatakan ini, Jungkook membungkuk hormat tepat dihadapan sang papa, "Aku akan sangat menghormatimu jika kau memenuhi keinginan ku tadi. Aku permisi!"
^^^
Tentu saja pagi Jungkook sangat berbeda dengan pagi pemuda tampan lainnya— Kim Taehyung yang saat ini sedang memohon-mohon didepan papanya— Jonghoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
FanfictionGadis cantik itu ingin menjadi seorang pengacara yang benar-benar bisa membela terdakwa yang tidak bersalah. Sayangnya ia tidak sepintar itu, lebih tepatnya ia yang anak yatim tidak mampu untuk bisa menjadi seorang pengacara handal. Dia merasa sanga...