Chapter 9

158 17 19
                                    


Hari itu, di sore hari, disaat sang mentari meredupkan sinarnya, jimin dan jungkook kembali bertemu di restoran biasa didepan kantor jimin. Mereka tengah duduk berhadapan dan entah kenapa suasananya sangat canggung, itu menurut Jungkook.

Jimin menunjukkan raut bingungnya kala mendapati Jungkook menatapnya kosong. Jadi, yang dilakukan gadis itu selanjutnya adalah mengibaskan telapak tangan mungil nya tepat didepan wajah Jungkook yang langsung membuat si empu terkesiap.

"Kau melamun?" gumam Jimin.

Jungkook melipat bibirnya kedalam. Ingin membuka suara, tapi segera ditahan karena seseorang baru saja datang dan langsung di samping Jimin tanpa permisi. Jungkook melotot, hendak melayangkan protes, tapi segera disela oleh orang tersebut, "Apa sih? Cuma duduk! Jangan cemburuan gitu! Nanti Jimin ilfil!" katanya.

"Dasar Taehyung gila!" kesal Jungkook.

Jimin terkekeh. Tak lama dari itu, dia menatap penasaran pada kedua laki-laki tampan yang ada dalam lingkup pandangannya itu, "Kalian mau membicarakan apa omong-omong?"

"Lebih baik makan saja terlebih dahulu. Kau belum makan siang, kan?" tanya Jungkook kepada Jimin seraya memelototi kekasihnya itu.

Jimin mencibir pelan ditempatnya, enggan menanggapi Jungkook atau pemuda itu akan berakhir dengan mengomel yang semakin membuat kepalanya pusing. Tapi, sedetik kemudian dia merasa kepalanya sedang dielus lembut oleh seseorang disampingnya. Jimin pun menoleh dan menatap Taehyung yang sepertinya tengah tebar pesona dengannya untuk semakin memanas-manasi atensi pria lainnya.

"Jangan skip makan, sayang! Mau aku suapin?" tanyanya menggoda. Dia lalu melirik Jungkook yang menatapnya malas, "Nanti kalau Jungkook lalai segera hubungi aku, aku 24/7 untuk Jimin tersayang." kekeh taehyung.

Jimin ikut terkekeh dibuatnya. Dia mengacungkan kedua jempolnya tanda menyetujui ucapan pemuda di sampingnya ini. Tanpa peduli akan raut Jungkook yang sudah menekuk sebal.

"Jimin, aku cemburu loh!"

Oh, wow. Ini pengakuan pertamanya selama mereka menjadi sepasang kekasih. Tentu saja itu membuat Jimin kaget. Biasanya Jungkook jarang merajuk perihal dia dekat dengan seseorang. Tapi, apa sekarang?

Jimin menahan senyumnya. Dia senang? Iya. Tapi yang mampu terucap hanya, "Aku tau." sembari bersembunyi dibalik lengan kekar taehyung.

Jimin ini tidak peka ya sepertinya?

^^^

Kini ketiganya sudah berada di apartemen pribadi Jungkook selepas have lunch. Mereka tidak mungkin bisa membicarakan hal private di publik seperti tempat cafe tadi. Jadi, atas usulan taehyung, akhirnya mereka berada disini. Duduk terpisah di masing-masing single sofa dengan jarak yang lumayan jauh.

Jimin sungguh tak mengerti dengan kedua pemuda ini, Jungkook dan Taehyung.

Seusai makan harusnya mereka kembali bertenaga, tapi keduanya terlihat tengah berpikir keras? Terbukti dengan kerutan dahi yang berlipat-lipat dan ujung pangkal hidung yang mengerut.

"Kalian kenapa? Tadi Jungkook saat bersamaku juga melamun, sekarang kalian dua-duanya melamun, apa ada yang salah? Lalu, kalian ingin berbicara denganku tentang apa? Oh, astaga ini seperti interview ku saat itu. Apa kalian tidak bisa bersikap santai?" omel Jimin.

Taehyung lah yang pertama kali memberikan atensinya. Jungkook? Lelaki itu masih menunduk menopang keningnya dengan kedua tangannya. Masih bergelung dengan batin, antara mengatakan sesuai rencananya dengan Taehyung semalam atau malah ingkar. Entahlah, dia masih bingung. Padahal ia sudah menancapkan pada kepala bahwa ini demi kebenaran.

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang