Chapter 14 (END)

301 24 12
                                    

Taehyung yang saat itu kebetulan berada diluar kota langsung saja kembali ke kampung halamannya untuk mengucapkan bela sungkawa kepada sahabatnya. Tapi, sebelum itu, ia menyempatkan terlebih dahulu untuk ke rumah mendiang ibu jimin. Mendoakan sebentar, lalu segera menuju ke apartemen taehyung, sebab kata jungkook mereka berdua ada disana.

Ketika sampai disana, ia mendapati jungkook yang menyender di sofa dengan jimin yang juga tidur disana berbantalkan paha jungkook. Taehyung pun masuk pelan-pelan dan ia ikut duduk di single sofa. Setelah itu, pandangannya jatuh kepada seorang gadis yang saat ini tengah memejamkan mata, warna wajah yang pias, bibir yang kering, kantung mata yang tebal, juga dahinya yang sesekali mengernyit dan saat ini terjadi jungkook selalu mengusap lembut kernyitan itu, tak lupa bisikan pelan nya, "Ssh, tidur sayang."

"Dia tidak kenapa-napa? Pingsan atau semacamnya?"

Jungkook menggeleng, "Tapi, dari semalam dia tidak tidur sama sekali. Dia baru saja tertidur sekitar 20 menit yang lalu karena ku paksa."

"Dan sekarang sudah pukul 12 siang. Artinya dia tidak tidur dari kemarin?!"

"Dia bahkan tidak makan dan minum dari kemarin. Dan sekarang aku sangat mengkhawatirkan kesehatannya, tapi ia sungguh keras kepala!"

"Kalau dia masih susah, nanti bawa saja ke rumah sakit. Suruh tubuhnya untuk menerima infus agar tidak kekurangan cairan."

"Aku juga berpikir seperti itu tadi." sahut jungkook.

"Lalu? Bagaimana bisa ibu meninggal? Dibunuh?"

"Tidak. Perawat menemukan ibu jimin saat pagi hari sudah dalam posisi gantung diri didalam kamarnya!"

^^^

"Kenapa bangun? Ini baru 45 menit sejak kau tidur!"

Jimin bangkit dari tidurnya dan pusing kepala adalah yang dirasakannya pertama kali. Oleh karena itu, ia meringis seraya memegangi kepalanya yang terasa berputar-putar. Jungkook yang mengetahui hal tersebut pun langsung menggendong jimin paksa ala brydal style untuk dibawa ke kamarnya. Direbahkannya pelan-pelan tubuh sang kekasih, lalu ia mendudukkan dirinya disamping jimin sembari ikut memijit dahi gadisnya.

Tak hanya itu, ia juga mencoba menelpon taehyung agar segera menghubungi dokter pribadi keluarga kim untuk bersedia memeriksa jimin dan sudah menyediakan obat serta infus nya. Tak lama, pria itu langsung mengiyakan dan mengatakan pada jungkook jika dokternya sudah berada dalam perjalanan. Jungkook menghela nafas lega, disimpannya ponsel miliknya di nakas jimin, jungkook pun memberikan atensi sepenuhnya untuk jimin.

"Masih sakit?"

Jimin mengerang tertahan. Bibir bawahnya digigit kuat.

Dan jungkook akhirnya memilih untuk terus memijiti kening gadisnya, "Tidur saja. Kalau tidak bisa, cukup pejamkan matamu dan jangan memikirkan yang tidak-tidak!"

^^^

Seminggu berlalu, tapi keadaan jimin masih rentan untuk ditinggalkan. Gadis itu hanya diam menatap kosong kedepan, dan selalu menolak asupan makanan. Yang malah membuat ia terus mendapatkan tenaga nya dari selang infus yang kini tertancap dipunggung tangan kirinya. Bahkan, dua hari yang lalu, ia sempat mendapatkan transfusi darah sebab tubuhnya tak mendapat nutrisi apapun selain air putih.

Karena itu juga, jungkook memutuskan untuk menginap disana, di apartemen jimin. Selalu merawat dan menemani gadisnya yang sepertinya sudah kehilangan arah.

"Sayang— makan ya? Sedikit saja. Aku khawatir jika kau terus diam seperti ini." bujuk jungkook yang saat ini sedang duduk berhadapan dengan jimin yang menyender pada kepala ranjang.

Jungkook menghela nafas lelah ketika lagi-lagi presensinya terabaikan.

"Kenapa? Lelah ya? Sebegitu lelahnya kah menghadapi ku? Ah, sepertinya iya, makanya ayah dan ibu meninggalkan ku. Apakah kau juga akan meninggalkan ku?"

Jungkook bahagia, saat yang ditunggu akhirnya tiba. Jimin mau berbicara. Tapi, bukan kebahagiaan ini yang dimintanya, maksudnya bukan kalimat seperti ini yang dipinta olehnya.

Jungkook menaruh mangkok yang berisi bubur ke nakas disampingnya. Kedua telapak tangannya dibawa untuk menangkup wajah jimin agar menghadap nya, "Kau ini bicara apa? Siapa yang lelah? Dan siapa yang akan meninggalkan mu? Aku tidak akan meninggalkan mu, aku janji—"

"AAAA STOP!!!" teriakan jimin menyentak ucapan jungkook. Lebih terkejut lagi saat melihat tubuh jimin bergetar pelan seraya menutup kedua telinganya rapat-rapat.

Jungkook dengan perasaan khawatirnya segera berusaha menyadarkan jimin, "Apa yang salah? Jimin? Kau dengar aku?"

"Jangan berjanji! Hiks."

"Huh?"

"Semuanya pergi meninggalkan ku ketika selesai mengucapkan janji untuk tidak meninggalkan ku! Jadi tolong, kau satu-satunya orang yang kumiliki. Jangan pergi!"

Jungkook terenyuh. Maniknya berkaca-kaca melihat kekasihnya. Jika jimin sakit, ia akan lebih sakit.

"Aku adalah pria paling tolol jika berani meninggalkan mu!" kata jungkook sembari menarik jimin kedalam pelukan hangatnya diiringi kecupan-kecupan kecil pada pucuk kepala jimin yang berhasil menenangkan kekasihnya.

"Aku sangat mencintaimu!"

"Aku juga!"

—END—


















maaf mengecewakan banget🙏🏻💔
epilog menyusul yaaa💖

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang