Bagian 5

548 51 4
                                    

Entahlah, suaranya berseru lembut kala menatap bola mata bulat penuh polos itu begitu dalam. "kemarilah, Kookie." lagi-lagi dadanya berdetak tak karuan didalam sana.

Taehyung bahkan bisa mendengarnya, ia meringis kecil. Takut Jungkook menangkap basah dentuman itu.

Jungkook membatu. Kenapa suara berat dan lembut Taehyung membuatnya sangat sesak hingga matanya bergetar?

Jungkook bisa lihat ada tembok yang begitu tebal, tinggi, dan kokoh tak bisa ia tembus. Seolah Jungkook ingin meraihnya dan lolos dengan menghancurkan penghalang diantara keduanya.

Maka Jungkook harus merayap sekuat mungkin untuk bisa melewatinya. Membawa tubuhnya mendekat, dengan ragu menerima dekapan hangat Taehyung yang terbuka lebar.

Melihat sikap Taehyung yang sangat Denial akut, Jungkook tak ambil pusing lagi. Ia hanya butuh tidur, man. Raganya lelah, tapi matanya tak mau diajak kerja sama sebelum mendekap Taehyung.

Dan sekarang, Jungkook menyamankan diri menikmati sensasi ini yang begitu ia damba beberapa bulan ini, pemuda manis berotot jelas tak mau menyianyiakan uluran Taehyung begitu saja.

"terimakasih Hyung." hanya itu yang mampu ia utarakan sebelum jatuh kealam mimpi. Ya, dalam sekejap. Jungkook langsung terlelap begitu mudahnya.

Taehyung dibuat terkesiap, bahkan ia juga sering melihat Jungkook yang terlelap dalam hitungan detik setelah ia dekap erat. Hanya saja, Taehyung baru memperhatikannya.

Tangannya bekerja seperti biasanya, mengusap lembut rambut halus Jungkook. Memberi afeksi nyaman untuk Pemuda manis ini. Dan Taehyung baru menyadarinnya, bagaimana ia begitu memanjakan Jungkook jika terlelap disisinya sebelum perselisihan tidak jelas diantara keduanya beberapa minggu belakangan ini.

Apa Jungkook menyadari detakan cepat pada dadanya? Tidak mungkin pemuda manis ini tidak menyadarinya, ini terdengar sangat jelas, bahkan Taehyung meringis nyeri merasakannya saat ini.

Berhentilah bodoh.

Kau terlalu bekerja keras malam ini eoh?

Tenanglah, sialan.

Dan kita semua tahu milik siapa umpatan itu.

.
.
.
.

Sesuai perkataan Taehyung malam itu, mereka bersiap pagi-pagi sekali. Dering ponsel diatas meja sudah bergetar tanpa henti, pemilik seolah tuli dan acuh karena terlalu merugi jika netranya sedikit saja berpaling.

Tujuan mereka hari ini tidak lebih hanya berjalan-jalan seharian penuh. Rencananya awalnya begitu memang.

Melihat curah hujan tiada henti membuatnya berpikir, rencana hanyalah sebuah rencana. Jika ada halangan, ya sudah, lupakan. Begitulah pola pikir Taehyung pagi ini.

Mendengus keras melihat kegigihan orang-orang yang menghubunginya, Taehyung dengan malas menerima panggilan. Namjoon si caller id kali ini.

"Hallo." sapanya lebih dulu. Tangannya tak henti-henti mengusap rambut halus Jungkook yang mendusal nyaman didadanya.

"kenapa belum keluar? Apa semua baik-baik saja disana?"

"semua baik-baik saja."

"kebawahlah, Sejin Hyung mengkhawatirkanmu dan Jungkook. Ini waktunya sarapan, dan untuk kelanjutan kegiatan hari ini akan direvisi lagi, melihat cuaca tidak mendukung."

Taehyung terdiam sejenak. "Hyung, bisa antar sarapan kami kekamar? Jungkook sedikit tidak sehat, aku akan menemaninya di sini. Please."

Waw Kim, apa maksudmu berbohong heh?

Catching Feelings (VKook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang