Bagian 14

577 54 13
                                    

Setelah mendengar hal itu, mata bergetar tak tentu arah. Kepala terasa dihantam besi hingga nafas pun harus dipaksa. Pemuda yang barusan melontarkan kalimat itu menutup wajah di dalam kedua tangannya seraya menangis tanpa suara. Abai dengan respon Taehyung di sampingnya.

Tiap ruangan kedap suara, meski teriakannya nyaring beruntung orang diluar tak akan dengar sedikitpun. Ia bisa bernafas lega untuk hal itu. Tapi balik lagi kesisi.

"ya tuhan..." lirih Taehyung, matanya tak berpaling. Tangannya senantiasa masih bergetar.

"maaf hyung. Kau mungkin sudah jijik padaku, silahkan keluar. Aku ingin sendiri." berucap tanpa mengangkat wajahnya yang berantakan. Jungkook hendak pergi kekamar mandi menenangkan diri, kendati itu rencana awal tapi berakhir dalam dekapan.

"aku yang seharusnya minta maaf. Tidak, kau sama sekali tidak menjijikan, jangan mengatakan hal itu lagi hm?" meraih tubuh itu lebih mendekat padanya, sembari membawa kepala Jungkook dibahu berpuas diri menangis.

"apa sikapku menyusahkanmu?" tanya Taehyung hati-hati, elusan tangannya enggan berhenti.

Tanpa lisan, Jungkook mengiyakan.

"Maaf. Aku belakangan ini hanya berusaha berpikir keras dengan keadaan." Ujarnya seraya mengusap kepala sang adik, tapi itu sebutan dulu.

Kini Taehyung tak lagi mampu melihat Jungkook seperti dulu.

Jungkook mengusap wajahnya yang berantakan, menaruh minat kala kalimat Taehyung yang begitu ambigu di inderanya.

"Aku tidak mampu menjelaskan semua yang asing ini. Mencari semua yang ku tahu dipencarian pun aku sama sekali tak paham."

"Aku sedang takut Jungkook-ah."

"Hyung, aku juga. Aku takut." Sela Jungkook, mengusap kembali wajahnya kala luruh tak juga berhenti.

"Bagaimana aku bisa menghadapimu sedangkan permasalahannya ada di kita berdua?"

Taehyung menghentikan sejenak kekalutan memeluk sekitar mereka. Menjernihkan sedikit sebagian akal sehatnya. Tubuhnya ia sandar penuh pada sofa dengan netra menatap kosong sebuah speaker besar didepannya.

"Kau...benar-benar ingin berhenti?"

Jungkook tak bisa berpikir lagi, semuanya kacau pikiran maupun hatinya tak lagi bisa diajak kerja sama. Diam yang dapat ia lakukan. Semuanya sangat tidak terarah, membiarkan Taehyung mengambil situasi kekalutan mereka berdua.

Taehyung menoleh, "Jangan. Aku mohon padamu, jangan lakukan itu."

"Kau gila?!" Menelan ludah terasa seperti batu besar menyerang kerongkongannya, Jungkook tertawa disela ia mencerna.

"Hei." Taehyung tahu, mereka sama-sama takut. Sama-sama tidak menginginkan semua ini.

"Aku bukanlah orang yang mampu menutupi diri. Seperti yang kau tahu, menghindar dan menjauhimu tapi berujung aku tak mampu lepas dari keasingan ini. Dan aku bukan sepertimu yang bisa menyembunyikan itu semua."

"Lalu apa yang kau inginkan Hyung? Jangan memperkeruh keadaan. Lupakan saja. Keluar dari kamarku sekarang!" Seru Jungkook seraya berdiri. Nafasnya tak lagi teratur.

"Biarkan aku mencoba- ah bukan...kita. biarkan kita mencoba."

"Dasar gila. Kau tidak memikirkan kedepannya bagaimana? Jangan biarkan rasa penasaranmu itu padaku. Kau hanya ingin kepuasan memenuhi dirimu Hyung. Ah sudahlah,"

"Omong kosong apa yang kau katakan Jungkook. Yang kukatakan bukanlah seperti itu, maksudku sama sekali bukan seperti yang kau tuduhkan. Aku hanya mencoba memahami diriku sendiri, apa yang aku inginkan, apa yang aku mau, dan apa yang inginku raih saat bersamamu. Jangan egois."

Catching Feelings (VKook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang