TS-3

60.2K 6.1K 38
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading


Kilas Balik di Gerbang kematian

Syintia terduduk menatap sebuah gerbang besar bersama pikiran yang berkecamuk.

Suara asing yang menggema ditelinganya membuat dirinya pusing tujuh keliling.

"Apa yang harus gue lakuin, kalau emang belum saatnya gue mati, terus gue harus balik kemana disaat tubuh gue udah ga berbentuk." monolog sintiya.

"Emang tuh kuda sialan, ngapain juga ngamuk ngelampiasinya ke gue, ending nya kan gue jadi kelindes truk." monolognya lagi.

Sintiya kembali mengingat disaat dirinya sedang berjalan menuju kantor yang memanggilnya interview namun saat dirinya menyebrang dirinya mendapat tendangan dadakan dari seekor kuda yang mengamuk, membuat tubuhnya terpental, dan sayang tempat pendaratan nya tidak mulus alias dia mendarat tepat didepan truk yang melaju cepat sehingga membuat tubuhnya terlindas hingga tak berbentuk, ngeri memang, Sintiya pun sampai syok di buatnya saat melihat tubuh nya.

"Em maaf ganggu, bisa bicara sebentar"

Sintiya tersentak mendengar suara seseorang, matanya menatap asal suara tersebut, dan melihat seorang gadis muda yang terlihat sembab.

"Iya, gimana?" Tanya sintiya.

"Kenalin aku Alisa, kakak namanya siapa" Gadis yang bernama Alisa ini tersenyum lembut menatap Sintiya yang menatapnya bingung.

"Aku sintiya, ada yang bisa saya bantu" tanyanya to the point

"Boleh aku minta bantuan kakak"

"Bantuan apa?"

"Bisakah kakak bertransmigasi ke tubuh ku?"

Sintiya melotot kaget "Maksudnya masuk ke tubuh kamu, Raga kamu?"

Alisa mengangguk "Iya, seseorang memberitahu ku bahwa kakak belum saatnya untuk mati, namun raga kakak sudah rusak karena terlindas truk, apa aku benar?"

Sintiya mengangguk lesu "Tapi kenapa, apakah kamu tak bisa masuk lagi."

Alisa menggeleng lemah "Tubuhku menolak kak, sepertinya tubuhku sangat membenciku, dan juga ini memang waktunya aku meninggal, hanya saja masih banyak hal yang harus aku lakukan, jika hal itu tidak terlaksana aku tidak bisa masuk gerbang kematian, karena aku masih menjadi arwah penasaran, jadi tolong masuklah ketubuhku dan lakukan hal tersebut."

Sintiya heran, kenapa kesannya terasa memaksa "Kamu memaksaku?"

"Maaf, tapi waktuku tidak banyak, sekarang aku sedang kritis tak lama lagi aku akan dinyatakan meninggal, dan apabila waktu itu tiba tubuhku benar-benar tidak akan bisa dimasuki lagi, jadi tolong masuklah, nanti akan aku jelaskan hal apa yang harus kamu lakukakn ditubuhku dan alasan mengapa semua ini terjadi.

Sintiya yang memang sedang gamang akhirnya menuruti permintaan Alisa, dirinya segera menuju tubuh Alisa berada tepatnya di Rumah Sakit Kersaning Bunda. Diantar Alisa, Sintiya disambut tangisan Bunda dan Ayah Alisa.

"Masuklah, dan Terimakasih, Aku akan menemuimu nanti."

Setelah berhadapan dengan tubuh Alisa, Sintiya mulai berbaring menyesuaikan dengan tubuh Alisa, dan tak lama dirinya merasa tersedot kedalam, hingga dirinya tak sadarkan diri.

Dan pada saat terbangun dirinya sudah berada di tubuh seorang Alisa Xaquela Rembulan Anjaswara.

*****

"Aku mulai paham, apakah hal yang harus aku lakukan adalah menebus semua kesalahamu kepada keluargamu?"

Tanya Sintiya to the point sambil menatap Alisa, Alisa mengangguk ringan.

"Dan juga... tolong beri pelajaran kepada Leoniel dan sahabatnya itu, ah sudahlah masalah disekolah kau akan tau sendiri, kalau kakak masih kurang paham, kakak bisa tanyakan ke Meta"

"Meta..."

"Dia teman sekelasku, kami tak akrab sih tapi aku sebenarnya ingin sekali berteman dengan nya, jadi tolong ya berteman dengannya"

Alisa menampilkan wajah berharapnya, sehingga membuat Sintiya merinding.

"Ya akan aku usahakan"

"Yes, makasih kak sintiyaaa...Sekarang aku harus pergi, waktuku sudah habis, sampai berjumpa dilain waktu, babayy..."

Tak lama Alisa menghilang dari pandangan Sintiya, dirinya menghela nafas. "Okey saatnya berperan."

Sintiya memandang jam, pukul 20.00 WIB, apakah orang rumah sudah beristirahat pikirnya. Sintiya hanya mengedikkan bahunya lalu turun dari kasur tidurnya tujuannya adalah dapur. Sintiya mau makan.

(Note : dari sini kita mulai panggil sintiya dengan Alisa ya)

"Loh Abang belum tidur"

Saka terkejut saat mendengar suara Alisa dari belakang, dirinya mengusap dada. matanya menatap Alisa tajam, lalu tanganya bergerak membuat isyarat.

Tentu saja Alisa mendesah lelah. "Abang maaf, aku engga ngerti."

Seakan tersadar Saka kembali menggerakan tangannya, membentuk kata maaf.

"Nah kalau yang ini aku tau, soalnya kemarin Bunda ngajarin... Gapapa kok, besok aku kursus bahasa isyarat. jadi gasabar pengen cepet-cepet bisa."

Alisa menepuk tangannya, menandakan dirinya sudah tak sabar ingin belajar. Saka hanya tersenyum lembut lalu mengusap kepala Alisa sayang.

"Abang, aku laper, ada makanan ga."

Saka menjauhkan tangannya dari kepala Alisa, lalu mengangguk, Saka melangkah menuju meja makan diikuti Alisa dibelakang.

"Wah, Ini buat Alisa ya."

Saka tersenyum lalu duduk menemani Alisa makan

"Abang engga makan" tanya Alisa, Saka hanya menggeleng, lalu mengusap perutnya "Sudah kenyang?" tanya Alisa lagi, dan saka hanya mengangguk membenarkan. Alisa ikut mengangguk.

"Ayah sama bunda kemana?"

Saka mengetik sesuatu di handphone nya lalu menyerahkan handphone nya kepada Alisa.

"Ayah ada di ruangan kerjanya, kalau bunda udah tidur katanya kepalanya pusing."

"Tapi, bunda baik-baik aja kan"

Saka mengangguk, lalau kembali mengetikkan kata "Bunda baik-baik aja kok, tenang aja"

Alisa menghela nafas lega. Setelah mendengar kisah Alisa asli, membuat Sintiya ikut tak enak hati. Menjadi selalu khawatir kalau menyangkut soal keluarganya. Entahlah mungkin Sintiya sudah mulai nyaman dengan keluarga ini. Sehingga tak ingin mereka tersakiti lagi.

Mungkin karena 23 tahun ini, Sintiya belum pernah merasakan kasih sayang keluarga karena dirinya yang hidup sebatang kara, masa kecilnya iya habiskan dipanti asuhan, lalu setelah sudah menginjak SMP, Sintiya sudah keluar dari Panti tersebut dan mulai mencari kerja untuk memenuhi kebutuhannya.

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Transmigration Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang