TS - 37

23.3K 2.5K 63
                                    

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca ...

Jangan Lupa Tekan Bintang

Warning!!

Cerita ini murni fiksi dan tidak nyata.

semua keadaan yang ada di cerita ini tidak nyata.

Bijaklah dalam membaca

Jangan bawa cerita ini ke dunia nyata.

Cukup nikmati saja.

*****

Langah kaki jenjang Alisa bertalu dengan tenang, Pukul 8 malam, Alisa pulang dengan seragam yang masih melekat di tubuhnya. Setelah tersadar dari pingsannya, Alisa langsung meminta Ragas untuk mengantarnya pulang, untung saja Ragas membawanya ke puskesmas, jadi tidak terlalu rumit untuk dirinya keluar.

Dan ada satu hal yang dapat menguntungkannya juga.

"Alisa ..."

Panggilan dari Bunda Rita terdengar di telinganya, Alisa yang sudah dekat dengan lift mengurungkan niatnya untuk segera mesuk kedalam lift. Dirinya berbalik menghadap Rita. "Baru pulang nak ..." tanya nya lembut, Rita menghampiri Alisa, mendekatinya lalu mengusap surai rambut Alisa.

"Iya, Bund ..." Alisa tahu, sangat tahu kalai Rita memanggilnya bukan sekedar bertanya itu saja, pasti ada hal lain yang ingin dirinya tanyakan, tapi, Alisa tak terlalu memikirkan itu, dirinya sudah lelah, ingin segera bebersih badan, dan rebahan di kasur idaman.

"Hm, Bund Alisa kekamar dulu ya, Alisa cape."

"Ah ya, iya ..." ucapan Rita terbata. "Tapi Sa ..." Rita mencekal tangan Alisa ringan, menatap anak bungsunya dengan pandangan yang ragu. "Em, di ruang tamu ada tamu Ayah, kamu gak mau nyapa dulu?" tanya Rita.

Mengdengar itu, seketika dahi Alisa berkerut samar, matanya sedikit melirik kearah ruang tamu yang tersekat dinding pembatas, dirinya merasa bingung dengan pertanyaan bundanya ini. "Ngapain Alisa nyapa tamu Ayah, gak biasanya..." balas Alisa sedikit keki.

"Ah itu-"

"Duh Bund, nanti aja deh nyapanya Alisa cape, mau mandi udah gak nyaman. Alisa ke kamar dulu ya, bye Bunda." Sebelum mendengar alasan, Alisa langsung memotong ucapan bundanya, lalu melenggang masuk menuju lift, memberikan senyum pada bundanya, pintu lift pun mulai tertutup mengantarkan Alisa menuju kamarnya.

"Cih, kebaca banget." Senyuman yang tadi ia berikan untuk Bundanya, kini hilang digantikan cebikan kesal. Wajahnya sangat kentara sekali akan ketidaksukaan pada bundanya itu.

Namun ekspresi itu tak bertahan lama karena seketika, smirk licik tercipta pada bibirnya, matanya menyorot kelicikan, Alisa merasa senang dengan keadaannya sekarang. "Wel, sekarang gue udah bebas."

Transmigration Soul ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang