40.Sabun batang yang bolong?

3.9K 147 3
                                    


H
A
P
P
Y

Reading
Semuaaaa

•••

Sesampainya di rumah, Oriza buru buru memasuki kamar mandi. Ia hanya sekedar membanjur tubuhnya, sikat gigi, dan cuci muka. Kenapa gak mandi aja? Ini kan udah malem mamang, gak inget kalo Oriza lagi hamil besar?.

Setelah selesai ia ingin menggunakan bajunya, eh tapi kok gak ada ya? Hadeh lupa bawa dia.

"Astaga lupa bawa lagi" gerutu Oriza. Tanpa pikir panjang Oriza langsung keluar dari kamar mandi yang hanya menggunakan sehelai handuk yang melilit di tubuhnya. Handuk itu hanya menutupi sebatas atas paha nya saja. Kenapa? Karena perut Oriza yang begitu besar membuat handuk nya terangkat.

Terlihat Reza yang sedang rebahan di tangah tengah kasur dengan tangan kanannya yang menutup wajahnya dan tangan kirinya ia gunakan sebagai bantalan.

Oriza berjalan menuju lemari pakaian untuk mengambil bajunya. Tanpa ia sadari Reza sedari tadi mengintip kegiatan Oriza sedari tadi. Ketika Oriza ingin memasuki kamar mandi kembali, ia di kagetkan oleh suara bariton Reza. "Disini aja kali make bajunya, sama suami sendiri ini" ucapnya seperti menggoda. Matanya terbuka sedikit seolah ia sedang mengintipi perawan sedang mandi. Tangannya masih di posisi yang sama, tangan kirinya untuk di jadikan bantal dan tangan kanannya menutup wajahnya.

"Idih ogah, kamunya yang keenakan" lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, tetapi baru saja dua langkah ia di berhentikan oleh Reza yang mencekal lengannya, lalu ia duduk dari rebahannya menghadap ke arah Oriza.

"Gak boleh ngebantah sama suami!, dosa loh" ucapnya tanpa beban dengan senyuman jahilnya.

"Bodo" Oriza melepaskan cekalan tangan Reza lalu berjalan kembali menuju kamar mandi. Tetapi lagi lagi ia di berhentikan oleh Reza. Tanpa aba aba Reza menarik tangan Oriza sampai ia terduduk di pangkuan Reza. "Heh Reza apa apaan sih kamu itu"

"Makanya nurut apa kata suami" bisik Reza tepat di telinga. Badan Oriza seketika meremang ketika merasakan hembusan nafas hangat dari Reza.

"Kalo aku turutin, takut kamunya malah kebablasan"

"Ah kata siapa? Ngawur kamu" elak Reza sambil menoyor pelan kening Oriza.

Oriza mengerucutkan bibirnya manja. "Ih kamu mah gitu, maen noyor noyor aja" cibir Oriza. "Dah ah aku mau pake baju dulu, lama lama masuk angin ntar" Oriza berdiri dari pangkuan Reza dan mengambil bajunya yang tergeletak di lantai.

"Makenya jangan di kamar mandi, disini aja!"

"Iya bawel" gumam Oriza. "Mesum juga" lanjutnya meledek.

Oriza menurunkan lilitan handuknya, ia sebenarnya malu harus memakai baju di hadapan suaminya-reza. Tapi apa boleh buat, dirinya sudah berbicara sedari tadi tetapi tidak membuahkan hasil sedikit pun, yang ada ia masuk angin karena AC kamarnya yang begitu dingin.

Oriza mulai memakai satu persatu pakaiannya, mulai dari pakaian dalam hingga pakaian luarnya, dengan pipi yang memanas. Ia yakin pipinya saat ini sangat merah seperti kepiting rebus.

Reza meneguk salivanya berkali-kali secara kasar, sebenarnya ia tidak tahan melihat Oriza yang seperti ini di hadapannya secara langsung, ingin rasanya ia melahapnya.

Nikah Saat Sma (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang