Chapter 1: The First Last Day Of High School.

146 8 0
                                    


Jakarta dengan kombinasi "pagi + hari Senin" bukanlah suatu perpaduan yang cukup baik bagi hampir seluruh penduduk yang tinggal di kota metropolitan itu tanpa memandang umur. Namun, Senin pagi ini merupakan salah satu hari penting bagi para orangtua murid di Sekolah Pelita Cahaya karena akhirnya mereka bisa bernafas lega mengetahui bahwa anak-anak mereka akan kembali ke rutinitas sekolah sehingga mereka tidak perlu mengawasi perilaku atau mendengar anak-anak merengek meminta perhatian sepanjang hari.

Sekolah Pelita Cahaya merupakan elite private school terbaik yang berlokasi di Jakarta. Terdapat persaingan ketat untuk memasuki sekolah ini karena selain harus pintar secara akademis, siswa yang diterima tentu saja harus memiliki kemampuan untuk membayar tuition fee dengan angka yang cukup fantastis. Maka dari itu, di sekolah elite ini hanya terdapat siswa dari kalangan atas yang telah disiapkan oleh orangtua mereka untuk memiliki masa depan yang cerah. Untuk mendukung tujuan itu, Sekolah Pelita Cahaya memiliki fasilitas terbaik untuk mendorong siswanya menjadi yang terbaik diantara yang terbaik di Indonesia.

Jam menunjukan pukul 6.45 pagi, kurang dari lima belas menit lagi sekolah akan segera dimulai. Banyak mobil yang mengantri di lobby sekolah dimana beberapa siswa baru saja diantarkan, namun banyak juga siswa kelas 12 yang memilih untuk melawan macet dan mengemudikan mobil mereka sendiri (beberapa dari mereka tantu saja ada yang bertujuan untuk pamer mobil baru). Terdapat beberapa siswa yang sedang sibuk memarkirkan mobil mereka, ada juga beberapa yang sedang mengobrol karena tidak ingin cepat-cepat kembali ke rutinitas sekolah. Pemandangan yang dapat dilihat setiap pagi hari di Sekolah Pelita Cahaya.

Tidak terkecuali Calvin Halim, The sole heir of Halim Group yang merupakan siswa kelas 12 Sekolah Pelita Cahaya yang sedang melajukan mobil BMW keluaran terbaru dan memasuki area parkir. Namun yang membuat pemandangan pagi hari itu berbeda yakni adanya seorang gadis yang menduduki kursi penumpang mobil Calvin. Gadis itu adalah Shakila Laksmana. Sebenarnya gadis itu pernah bersekolah di Pelita Cahaya, namun pada tahun kedua, Shakila pindah ke Chicago mengikuti Ibunya setelah perceraian orangtuanya diputuskan. Tahun ini Shakila memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan melanjutkan sekolahnya di kota ini.

"Sha, gue mau ngambil sepatu dulu di mobil Will, lo tungggu di pintu barat aja ya." Calvin menunjuk pintu barat dengan jari telunjuknya. "Nanti ke ruang administrasinya bareng aja, gue juga ada perlu soalnya."

"Oke." Shakila dan Calvin turun dari mobil. Shakila membenarkan dasi sekolahnya sambil berjalan menuju pintu yang ditunjuk oleh Calvin untuk menunggu laki-laki itu. Sementara Calvin menghampiri Range Rover hitam yang terparkir tidak jauh dari mobilnya.

"Hai? Kila?" Shakila kemudian membalikan badannya untuk melihat siapa yang memanggil namanya dengan nada bingung itu. "Bener, kan? Shakila? Lo masih inget gue gak?" tanyanya lagi, seperti ingin memastikan apa yang dilihatnya benar apa tidak.

"Hai! Bianca, kan? Inget lah kita sekelas dulu." Jawab Shakila, dia sangat senang karna baru saja sampai sudah ada yang mengingat dirinya.

"OMG Sha! I'm shocked!! Udah lama banget gak ketemu! Apa kabar? Gilaa udah setahun loh! Lo balik for good nih?" Shakila tersenyum mengingat kembali cerewetnya teman yang dulu pernah sekelas dengannya itu. Dia yang langsung diserbu berbagai pertanyaan itu lalu tertawa dan menganggukan kepalanya. Mengkonfirmasi bahwa dirinya telah kembali ke sekolah itu.

"Ayo, Sha." Ajak Calvin yang tiba-tiba menghampiri Shakila.

"Morning, Calvin." Yang disapa kemudian menengokan kepalanya terhadap Bianca dan tersenyum ramah.

"Hai, Bianca. Tumben gak telat." Kata Calvin dengan anda meledek.

"Ish!" Bianca lalu mengacuhkan Calvin. "Eh, lo kelas apa? Gue di IPS 2 nih."

Highschool SocietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang