Chapter 3: New Friend And Old Friend

52 8 2
                                    


Shakila pergi dari Jakarta hanya satu tahun, akan tetapi sepertinya Shakila membutuhkan waktu untuk beradaptasi kembali dengan kehidupannya disini. Menghabiskan waktunya sendiri di Chicago dan berkenalan dengan berbagai macam budaya membuatnya melupakan bagaimana beberapa hal bekerja disini. Shakila pikir kehidupannya disini akan jauh lebih mudah setelah dia kembali.

Ternyata, kabur bukanlah jawabannya.

Drama-drama kehidupan remaja-nya yang dahulu masih tertinggal di Pelita Cahaya. Hubungannya dengan Luna, sang sahabat kecil yang sudah dia kenal bertahun-tahun itu, tentu saja lebih baik. Setelah kira-kira selama dua minggu Shakila meminta maaf, Luna akhirnya membuka hatinya dan membiarkan Shakila kembali hangout dan duduk bersama di meja mereka di kantin sekolah.

Tetapi ada perasaan mengganjal di hatinya yang Shakila belum tau pasti apa. Seperti bagaimana posisinya sekarang berada ditengah-tengah grup pertemannya, yaitu Luna, Athena, dan Bela. Serta bagaimana ketiga gadis itu tidak menyukai dirinya yang dekat dengan Calvin. "Dari kecil kita semua deket sama Calvin, cuman karna gue kembali setelah setahun pergi, apanya yang tiba-tiba berubah pula?" Pikir Shakila. Gadis itu mencoba membenarkan kemungkinan gosip-gosip yang beredar tentang mereka, dan berusaha mengerti. Meskipun tetap saja Shakila merasa ada yang janggal tentang perilaku mereka.

Namun Shakila berusaha mengabaikan perasaan itu.


Lalu, bagaimana hubungannya Shakila dengan Calvin? Tentu saja baik-baik saja, dan untuk bagian ini, Shakila meyakini bahwa fakta ini tidak perlu diketahui oleh teman-teman perempuannya.

Nadia, Ibu dari Shakila yang menjabat sebagai direktur rumah sakit Husada Internasional sangatlah sibuk setelah satu tahun cuti. Selain pekerjaannya yang menumpuk, Nadia juga perlu menetapkan posisinya dalam perkumpulan sosialita. Maka dari itu seringkali supir ibunya tidak bisa menjemputnya pulang sekolah karena jadwal mereka yang bentrok. Pada saat-saat seperti ini, Calvin lah yang mengantarnya pulang.

"Sha, kalo mama kamu sibuk, bareng sama Calvin aja pulang sekolah ya? Gausah malu-malu, toh rumah kita deketan. Sekalian biar tante juga tenang karna kalo bareng kamu pasti Calvin gak keluyuran lagi." Kata Selaras, Ibu dari Calvin yang merupakan teman dekat dari Nadia karena sama-sama berada di perkumpulan sosialita.

Shakila yang masih kaku dengan kemampuan menyetirnya serta belum memiliki sim itu dengan berat hati harus bergantung dengan Calvin yang selalu "bersedia" mengantarnya (diikuti dengan ledekan terus-menerus sepanjang perjalan). Dan jangan lupakan bagaimana Shakila yang harus diam-diam memasuki mobil Calvin agar Luna dan teman-teman tidak ada yang melihat.

Sepanjang perjalanan pulang sekolah, Shakila dan Calvin menghabiskan waktu mereka dengan mengobrol berbagai hal. Shakila juga bertanya apakah Calvin sadar bahwa ada orang yang menyukainya.

"Ya, iyalah." Jawab Calvin dengan percaya diri, "Yaa gue ganteng gini masa gak ada yang suka."

"Huek, jijik." Kata Shakila dengan ekspresi ingin memuntahkan seluruh isi perutnya setelah mendengar Calvin.

"Tapi ini yang lo tanya maksudnya Luna kan?"

"Jadi lo selama ini sadar?" Shakila kaget.

"Keliatan banget. Lo tau kan, tahun lalu bahkan dia jadi manager tim basket? Gue sampe diledekin anak-anak."

"Loh terus-terus gimana?"

"Gak ada terusannya. Orang gak ada apa-apa antara gue sama Luna, kok. Lagi tahun lalu gue deket sama orang lain."

"HAH SIAPAA?"

"Celine. HAHAHAHH. Ini beneran, we were super close last year!" Kata Calvin.

Highschool SocietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang