☀☀

21.4K 2.3K 36
                                    

"Jaemin pulang"ucap Jaemin saat membuka pintu apartemenya memperlihatkan kedua orang tuanya yang duduk disofa.

"Kamu tuh yah udah dibilangin ga usah kerja ditempat gituan, masa depan kamu terjamin jadi CEO perusahaan papah"ucap lelaki berambut coklat menatap anak semata wayangnya yang sangat keras kepala ini.

"Aku bosen disini sendiri, lagian kerja disana asik ko"ucap Jaemin duduk disebelah Mamahnya.

Jaemin mencium sekilas pipi mamahnya dan memeluk erat karena sudah sebulan mereka tidak bertemu, "Nanti ga ada lagi pergi lama apalagi mamah dibawa kalo kerja papah pergi sendiri aja"ucap Jaemin seperti anak kecil.

"Seenaknya kamu bilang mamah ga ikut nanti papah kesepian dikamar"

"Emang aku pikirin"ucap Jaemin sambil menjulurkan lidahnya.

"Udahhh, mending Nana sekarang istirahat besok hari terakhir sekolah sabtu kita main okey"ucap wanita satu-satunya disana dengan rambut pendeknya.

"Nahhh gitu dong mah, yauda aku kekamar dulu papah mending pulang aja sana biar mamah disini"ucap Jaemin membuat lelaki yang mirip denganya kesal.

"Awas aja papah ambil semua aset kamu tau rasa"ucap lelaki berkepala 3 itu.

"Kamu udah tua masih aja kaya gini malu ih"ucap mamah Jaemin sambil meningalkan suaminya untuk keluar dari apartemen Jaemin dan masuk ke apartemennya.

Keluarga Jaemin memang punya rumah tapi sangat jauh dari sekolah Jaemin jadi mereka memutuskan untuk membeli apartemen yang dekat dengan sekolah Jaemin dan mereka juga ikut beli karena letak apartemenya dekat dengan bandara.

☾ˏˋ°•*⁀➷𝕯𝕰𝕾𝕿𝕴𝕹𝖄ˏˋ°•*⁀➷ ☽

"Sekarang apalagi yang akan kau lakukan anak kecil"ucap lelaki berkepala 3 tapi terlihat lebih muda dari umurnya dengan pakaian rapih.

"Tidak usah memasang muka seolah kau peduli denganku"

"Anak kurang ajar! harusnya aku ikut membunuhmu"ucap lelaki itu melepas sabuk kulitnya dan memukul tubuh anak satu-satunya ini.

Sabuk itu tidak mengenai kepala anaknya tapi malah digengam erat oleh anaknya dan menatap dia dengan tatapan tak talah tajam sambil terus menarik sabuknya, "Sudah kubilang aku bukan anak kecil."ucapnya mengelegar didalam ruangan.

"Lee Jeno. Dimana letak rasa hormatmu"teriak lelaki itu karena anaknya semakin bebel.

"Sudah hilang saat kau membunuh wanita yang melahirkanku"ucap Jeno sarkas.

"Lee Jeno."teriak lelaki itu lagi semakin kuat, keadaan ruangan semakin keruh dua pengawal yang menjaga didepan ruang bisan merasakan betapa kuatnya aura kedua orang didalam ruangan.

"Margaku Liu bukan Lee"teriak Jeno tidak kalah kuat dari ayahnya.

"Brengsek!"

Terjadilah pertengkaran antara ayah dan anak tanpa ada yang melerai karena takut terkena pukulan yang sangat kuat dari mereka berdua, tidak ada satu pun dari mereka yang mengeluarkan darah karena mereka bisa menghindar dengan cepat dari serangan.

Bugh!

Pukulan kuat dari Jeno dipipi ayahnya karena dia bisa membaca langkah apa yang akan dipakai oleh ayahnya, "Lee Donghae!" suara teriakan dari pintu masuk membuat mereka berdua terdiam.

"Kalian keluarga masih saja bertengkar. Bawa masuk Jeno dan jangan izinkan dia sekolah selama tiga hari" ucap lelaki bermata tajam.

"Paman! lelaki brengsek itu duluan yang memulainya"teriak Jeno tidak terima karena kenapa harus dia yang dihukum bukan si Donghae sialan.

"Jaga ucapanmu! dia ayahmu. cepat bawa Jeno masuk"

Jeno diseret oleh enam lelaki berbadan besar meuju kamarnya dan dikunci dari luar lalu dijaga oleh dua orang didepan kamar, dua orang dibawah balkon kamar, dua orang didekat tangga.


DESTINY [NOMIN]  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang