6 bulan kemudian...
Hubungan Tania dan Satya berjalan dengan mulus, semenjak kejadian itu Riko benar-benar tidak memunculkan batang hidungnya.
Tania merasa kebahagiaan benar-benar menghiasi hari-hari nya, pernah merasakan sakit hati adalah pengalaman yang Tania rasakan membuat Tania menjadi lebih dewasa dalam menyikapi hal apapun.
Terkadang kita tidak perlu melakukan hal apapun untuk membalas perbuatan seseorang yang menyakiti kita, kita hanya butuh waktu untuk menyaksikan sang kuasa membalas semua perbuatannya.
Hari ini Tania menghirup nafas dalam-dalam dengan mata terpejam, hal itu yang ia lakukan sebelum masuk ke toko buku. Aroma buku menyeruak masuk ke dalam hidungnya yang mancung.
Telpon berdering membuyarkan nya. Saat melihat nama Satya ia pun tersenyum dan segera menekan tombol hijau.
"Hallo sayang, iya aku di toko buku. Oke sampai ketemu".
Tania mematikan telpon dan bergegas masuk ke dalam.
--
Tania berkeliling menelusuri setiap rak buku, ia duduk di sudut dan membuka salah satu novel favoritnya. Sambil menunggu kedatangan Satya ia menghabiskan waktunya dengan membaca.
Seseorang duduk tepat di sampingnya, Tania sedikit menggeser tubuhnya dengan mata yang masih fokus pada novelnya itu.
Ia tersenyum melihat Tania yang senyum-senyum sendiri membaca novel itu.
"Hai apa kabar ?".
Tania membeku, ia mengamati suara yang tidak asing baginya. Ia menoleh seseorang yang duduk tepat di sampingnya, Riko.
Riko tersenyum lembut menatap Tania, ia begitu merindukan gadis yang selama ini masih menempati hatinya.
"Apa kabar Tania ?".
Tania menarik nafas panjang dan menutup bukunya. Ia berdiri hendak meninggalkan tempat.
Tangan Riko menahannya, ia menarik Tania agar tetap duduk."Ada apa lagi Rik ?".
"Aku kangen sama kamu tania, apa aku gak boleh kangen sama kamu ?".
"Itu hak kamu, tapi aku gak mau kamu muncul di hadapan aku kayak sekarang".
"Kenapa, kenapa sekarang kamu berubah ?".
"Rik, jangan bikin aku meninggikan suara. Ini toko buku, kamu jangan mancing emosi aku!."
"Oh jadi semenjak sama dia kamu jadi emosian ?".
"Enough! Aku gak peduli
"Tania, selama ini aku coba tapi tidak bisa. aku menderita. beri aku kesempatan, tolong!".
Tanpa menoleh Tania pun berlalu meninggalkan Riko yang masih mematung di tempatnya.
Tania sudah tidak tertarik dengan toko buku, ia keluar dari sana dan menggerutu kesal.
"Satya kenapa lama banget sih ? kalau memang masih sibuk kenapa harus buat janji coba".
"Duhhhh ada yang kesel nih ?".
Tania menoleh menemukan sosok yang ia tunggu-tunggu sejak tadi.
Ia memeluk Satya dengan erat, namun dengan cepat menggigit punggung sang kekasih.
"Awwww, sakit!! kebiasaan ih".
"Aku tuh sebel sama kamu tau gak, kamu lama banget. aku nunggu kamu di dalem sampe berjamur".
"Iiihhh masa, pacar aku jamuran. Iiihhhh jorok".
"Satya ih!!".
Bukannya menghibur justru Satya meledek Tania, ia selalu senang melihat kekasihnya menekuk wajahnya sambil memanyunkan bibir mungilnya.
"Jangan mancing aku kayak gitu dong, kamu mau aku cium di tempat umum ?"
Tania menggeleng keras.
"Yaudah makanya senyum dong, aku suka gak tahan liat bibir kamu".
"Dasar mesum".
Satya tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan gadisnya itu. Tanpa mereka berdua sadari ada sepasang mata yang sedang menahan amarah.
Satya menggandeng sang kekasih dengan mesra lalu menoleh ke arah Riko yang sedang menatapnya dengan geram.
Satya tersenyum padanya dan mengedipkan mata pada Riko.
"Jika aku tidak bisa mendapatkan Tania maka siapapun tidak boleh memiliki nya". Ucap Riko mengepalkan tangannya.
--
Tania dan Satya sudah berada di dalam bioskop, mereka menonton film yang baru tayang di bioskop.
"Kenapa kau menutup mata begitu, kalau takut kenapa pilih film horor ?". Tanya Satya menggeleng kepalanya
"Hehee aku bukan takut, tapi kan gak seru kalau nonton film horor itu tidak ada expresinya".
"Expresi apaan ? kamu ini alasan aja".
"Hehe".
Kini Tania dan Satya sudah keluar dari bioskop, mereka saling memegang perut masing-masing.
"Mau makan apa ?". Tanya Satya matanya berkeliling
"Aku pengen makan dimsum".
"Gak mau makan nasi ?".
"Sekalian hehe".
"Dasar gembul, ayo!!".
Pasangan yang sedang di mabuk asmara itu pun memilih tempat yang nyaman dan segera memesan. Tania terkejut melihat salah satu pelayan yang menatap nya dengan tatapan teduh.
Tania hanya tersenyum dan pelayan itu hanya mengangguk sopan. Sosok pelayan itu tidak lain dan tidak bukan adalah dani
Dani menghampiri leadernya dengan wajah lesu.
"Permisi pak, saya izin ke toilet sebentar".
"Oh iya dan silahkan."
Ia berjalan tergesa-gesa menuju toilet, sepertinya kali ini ia tidak sanggup melihat wanita yang selama ini ia cintai sudah memiliki kekasih, dan itu dengan orang yang berbeda.
"Sadar Dani kamu itu hanya seseorang yang tidak penting baginya. Kamu itu seorang pengecut."
Dani menatap dirinya dari pantulan kaca, ia mencuci muka dan mengusapnya dengan kasar dengan kedua tangannya.
"Sampai kapan terus begini ?."
--
Tania dan Satya berada di perjalanan menuju pulang, Tania terlihat lelah.
"Tidur aja! nanti kalau sudah sampai aku bangunin."
"Iya, aku lelah banget."
Butuh waktu 45 menit menuju rumah, kini mereka sudah berada di depan rumah Tania.
"Sayang bangun! sudah sampai.".
Tania hanya melenguh pelan lalu kembali pulas.
"Sayang ayo bangun!."
"Hmmm udah sampai ya ?." Tania mengucek matanya
"Sudah! ngantuk banget ya ?."
"He'em, kamu mau mampir dulu gak ?."
"Kayaknya langsung pulang aja biar kamu bisa lanjutin tidurnya."
"Maaf ya sayang aku malah tidur di mobil."
"Gak apa-apa sayang, ayo turun aku sekalian pamit sama Tante."
"Iya , ayo!."
"Tante saya pamit ya."
"Loh gak mampir dulu nak Satya."
"Lain kali aja Tante, Tania juga kecapekan."
"Yaudah kalau gitu, hati-hati ya nak."
"Iya Tante."
"Hati-hati ya satya."
"Iya, bye."
"Bye."
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGKHIANATAN
Romance"Anggap saja aku salah menilai mu". Ucapku lirih "Jangan pernah menegur ku jika suatu saat kamu melihat ku! begitupun dengan aku". Ia hanya terdiam menunduk, mencerna setiap kata yang ku ucapkan untuk nya. Aku bergegas pergi dari hadapannya dan tida...