Bagian 7

43 7 0
                                    

"CELVINNNN!!"

Brak!

Cintia memukul kuat meja paling depan sisi kanan menggunakan tangannya, meski sedikit meringis namun wajahnya tetap santai. Dia berjalan mendekati Celvin yang masih diam tidak tahu apa yang terjadi.

Buku besar yang di pegang oleh Cintia membuat Celvin mengangguk paham. Lelaki itu buru-buru berdiri dan hendak pergi, namun baju belakangan nya di tarik oleh seseorang.

"Mau kemana lo hm?"

"Ck, lepasin Damar! Gue mau pipis, kebelet nih."

"Celvin!!" Teriak Cintia.

Celvin menoleh hati-hati kemudian berbalik "Gue mau pipis dulu bentar," Alibinya.

"Bayar uang kas dulu cepet!"

"Nanti aja lah, besok deh janji!"

"Heleh, bilangnya besok terus giliran besok di tagih lo pasti bakal ngilang lagi kan?" Tanya Cintia dengan mata mengintimidasi.

Kepala Celvin menggeleng "Enggak, sumpah!"

"Gak ada alasan! Sekalian bayarin hutang si Chiko!" Perempuan itu memukulkan bukunya ke telepak tangan secara berulang kali.

"Loh, ngapa minta ke Celvin?" Tanya Damar yang sedari tadi diam memperhatikan mereka.

Cinta melirik Damar sinis "Lo, diem!"

Bibir Damar tertutup rapat, dia mengangguk patuh. Serem juga ya kalau perempuan udah marah.

Celvin menghela napas "Kasih gue alasan dulu baru gue bayar."

"Oke, tadi Chiko bilang sama gue. Hutang uang kasnya Lo yang bayar, udah kan? Sekarang mana duitnya?!" Perempuan itu menyodorkan tangannya, menagih uang kas.

Damar tertawa paling keras "Jadi ini pirasat yang lo rasain terhadap Chiko?!! Fftttttt najonggg!!"

Celvin menatap Damar tajam lalu dia beralih menatap Cintia kesal "Berapa?" Tanya Celvin pasrah.

"Hutang Chiko lima ratus ribu, terus hutang lo enam ratus ribu. Jadi totalnya satu juta seratus ribu. Cepet keluarin duit lo!" Ujar Cintia layaknya seorang renternir yang tengah menagih hutang.

Celvin terbelalak terkejut.

Damar lagi-lagi tertawa di tempat, dia menatap iba pada Celvin yang melohok layaknya orang bego.

Tau tidak berapa uang saku sekolah Celvin? Ya itu, jumlah hutang Celvin+Chiko. Kasiannn, mana jam pulang masih lama.

"B-boleh nego gak sih? Tawar menawar gituh?" Tanya Celvin, dia dibuat mati kutu.

"Kenapa? Gak bisa bayar lo? Katanya sultan, cih ternyata miskin." Ledek Cintia.

Celvin melotot pada Damar yang tertawa sangat keras, lalu kedua tangannya mengepal keras, malu banget.

"Mm gini ya, jujur deh gue jujur. Gue tuh sebenernya anak orang miskin, i-itu jumlah uang yang lo sebutin sebenarnya jumlah uang gue selama sebulan. Plisss, kasih keringanan ya?" Ujar Celvin, wajahnya di buat seakan-akan dia itu emang orang susah.

"Boong tuh boong! Mana ada orang miskin punya motor gede flus mobil banyak... Hati-hati Cintia, dia tuh nyoba ngibulin lo." Sambar Damar membongkar kartu as Celvin.

Mulut nya tertawa pelan tapi, hatinya tertawa paling keras itu lah Damar. Seneng banget gitu bisa liat temennya sengsara.

Kebahagiaan Damar ialah : teman sengsara hati senang.

"Sialan lo!" Umpat Celvin pelan, namun tangannya tidak diam. Dia menjitak kepala Damar sangat kuat, tapi tidak puas karena lelaki itu masih menertawakannya.

Chiko Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang