Pengkhianatan bisa terjadi. Pengkhianatan juga bisa saja di lakukan oleh orang tersayang, terdekat, teman, sahabat, bahkan keluarga. Tapi, yang jelas tidak mungkin muncul sebuah pengkhianatan jika tidak ada alasannya.
••••
"Jadi, temen saya enggak bersalah pak. Justru cewek itu yang bersalah. Bukti kuatnya udah ada disini, ini Arlan. Dia korbannya, pasien yang ada disana itu cuma mayat yang mukanya udah gak di kenali. Kita sengaja jebak mereka karena cewek itu pengen bukti aslinya gak ada, dengan cara ngebunuh Arlan dan ngejebak Chiko." Cahya berbicara panjang lebar di depan polisi. Dia berani bersumpah, suasananya terasa tegang sekali.
Celvin dan Arlan mengangguk. Pak polisi itu menatap mereka penuh curiga "Bapak kalau gak percaya bisa liat rekaman cctv yang berhasil saya dapat , karena saya sengaja naro kamera CCTV itu di antara bunga yang ada di atas meja. Dan kalau bapak masih gak percaya, bapak bisa tanya ke rumah sakit tentang pasien yang tinggal di kamar nomor 209. Gimana pak?"
"Sebentar."
Polisi itu menelpon seseorang "Tunggu disini untuk beberapa menit, saya cari tahu terlebih dahulu." Dia mempersilakan mereka untuk keluar. Lalu dirinya pun ikut keluar dan pergi untuk mencari bukti.
Celvin yang melihat itu lantas berdecak "Nyeblosin orang ke penjara hanya karena tuduhan, tapi ngebebasinnya nyari bukti dulu, dih." Lelaki itu memutar bola mata jengah.
"Sabar, kan emang kaya gitu."
"Udah, kita tunggu aja. Gue mau ketemu Chiko, lo ikut gak?"
"Ikut!"
°C H I K O°
"Gue yang udah ngasih tau Humaira tentang kondisi Arlan."
Pengakuan Cahya membuat semua anggota GREGORUS yang ada disana kaget. Cahya sudah menjadi fokus mereka sekarang.
Wajah Chiko terlihat santai, namun napasnya terlihat memburu. Berulang kali dia menarik napas agar tetap tenang.
"Lo becanda?" Tanya Dandi namun Cahya menggeleng kuat "Gue serius."
"BANGSAT LO!" Teriak Legawa yang sudah terpancing amarahnya. Lelaki itu hampir menonjok Cahya kalau saja Damar tidak mencegahnya.
"Jangan main tonjok-tonjok. Ini lagi di kantor polisi!" Tajam Damar, lelaki itu merasa akhir-akhir ini menjadi sangat serius. Apalagi tanpa kehadiran Celvin, dan sekarang ada Celvin tapi tetap saja suasananya masih serius.
"Lepasin tangan lo dari tubuh gue! Orang kaya dia harus di kasih pelajaran!!" Desis Legawa, menatap tajam Cahya.
"Iya gue tau, tapi gak disini juga!" Gertak Damar.
Semua anggota Gregorus menatap tajam Cahya, bahkan dari mereka ada yang merasa tak percaya dengan pengakuan Cahya tadi.
Celvin yang sudah tau alasan Cahya malah bengong sendiri, dirinya merasa seperti di hipnotis dan malah garuk-garuk kepala "Sebenarnya Cahya itu---" dengan wajah yang masih seperti orang bloon dia mencoba membuka suara namun langsung di larang oleh Cahya melalui isyarat mata.
"Jangan kasih tau mereka."
Calvin mengerutkan keningnya "Loh?" Sedangkan Arlan diam di tempat dengan kebingungannya.