#typo mohon di maafkan
#tidak nyambung mohon di maafkan
#lagi padat-padatnya tugas jadi males revisi.••••
"Mah!" Bondan menghampiri ibunya. Dia merengkuh tubuh wanita itu erat lalu kembali melepasnya "Mamah kemana aja? Aku nungguin di bandara tadi." Bondan terlihat khawatir, bahkan lelaki itu berbicara lebih dari dua kata hanya karena penasaran kemana ibunya pergi tadi.
Putri tersenyum lembut pada putranya, dia mengusap lembut rambut lebat dan pekat itu "Mamah abis dari rumah sakit,"ujarnya.
"Sakit apa mah?!" Bondan memutar tubuh ibunya untuk memeriksa dimana letak sakitnya.
Putri malah tertawa pelan lalu menghentikan putranya, dia memegang kedua tangan Bondan "Bukan mamah, tadi mamah gak sengaja nabrak orang. Jadi, mamah ke rumah sakit dulu deh, takut orang tadi meninggal."
Bondan menghela napas lega namun keningnya langsung mengerut "Kok bisa sih mah? Terus gimana sama korbannya?" Bondan itu tipe lelaki yang irit ngomong kalau sama temen-temen, tapi kalau di depan keluarga atau seseorang yang dia sayangi, dia bakal cerewet apalagi kalau lagi khawatir. Jadi, jangan aneh ya.
"Udah di tangani dokter, besok antar mamah ke rumah sakit ya."
"Iya."
Tidak mau ambil pusing, dia memilih menyetujui perkataan ibunya. Padahal, dia sudah berjanji besok akan menemui Chiko dan yang lain untuk membahas Cahya.
Sudahlah, paling juga sebentar. Setelah itu baru menemui Chiko.
°C H I K O°
Baru saja pintu rumah terbuka, Chiko sudah di kagetkan dengan kedatangan seseorang yang sangat dia rindukan. Orang itu berdiri dengan kedua tangan bersidekap di dada, dia menampilkan wajah datar pada Chiko, bahkan kedua orangtuanya pun ikut-ikutan.Dengan gugup bercampur takut dia berjalan masuk. Langkahnya pelan namun terasa berat.
"Tiga hari gak pulang. Kemana aja kamu, hah?!" Bukan Ami, melainkan Dermawan yang terlihat marah dengan rahang yang di keraskan.
Ami mendekati suaminya lalu mengusap tangan pria itu "Tenang dulu yah," ujar Ami.
Chiko berdiri di hadapan mereka dengan kaku, dia menarik napas panjang "Maaf bun, ayah. Chiko buat kalian khawatir," kata Chiko tulus. Lelaki itu mengalihkan pandangannya tidak berani menatap mereka semua yang meminta penjelasan.
"Kayaknya geng-geng itu ngasih dampak buruk buat kamu! Ayah gak bakal ngizinin kamu ikut geng motor lagi!" Sentak Dermawan membuat semuanya kaget termasuk Chiko. Detak jantung lelaki itu hampir saja berhenti.
Ami mengangguk setuju. Sedangkan Daffa masih memperhatikan kakaknya dengan tenang.
"Gak bisa gitu dong. Ini gak ada kaitannya sama Gregorus, ayah!" Bantah Chiko, bahkan hampir membentak Dermawan. Chiko mengontrol napasnya yang hampir memburu.
"Kamu udah berani naikin suara kamu, itu karena geng gak jelas itu! Keluar dari Gregorus atau ayah coret dari kartu keluarga?!" Ancam Dermawan. Ami yang mendengar itu lantas menggelengkan kepalanya dengan cepat "Ayah tarik ucapannya!"
Dermawan menoleh "Enggak! Ayah capek sama dia bun, pulang se-enaknya."
Chiko menunduk ketika melihat kedua orangtuanya malah adu mulut. Dia benar-benar merasa bersalah, harusnya dirinya menjadi contoh yang baik bagi Daffa, tapi lihat? Dia menjadi contoh buruk.
"Pokoknya ayah pengen dia milih bun!! Kalau dia sayang sama kita, dia pasti milih keluar dari geng gak jelas itu!!"
"Tapi gak sampai ngancem nyoret nama Chiko juga!!"