"Gue gak mau tau, lo habisin dia sekarang juga!!"
Kelompok pria yang memakai pakaian serba hitam mengangguk, mereka turun dari mobil lalu masuk kedalam rumah sakit secara sembunyi-sembunyi.
Hari sudah mulai larut, mereka lebih leluasa masuk kedalam karena rumah sakit terlihat sangat sepi.
Semuanya masuk kedalam ruang inap seseorang, salah satu dari mereka mengunci pintu ruangan itu dari dalam. Si pemimpin mendekati pasien yang tengah terbaring lemah di atas brankar, ia menyuntikkan sesuatu kedalam selang infus, ia melepas alat pernapasan yang tengah di pakai oleh pasien itu lalu dengan kejam menutup wajahnya menggunakan bantal sofa, tak lupa ia menekannya kuat hingga tubuh pasien tegang dan kejang-kejang.
Lalu, suara monitor terdengar. Garis zig-zag itu berubah menjadi garis lurus.
Salah satu dari mereka menelpon seseorang "Beres!"
°C H I K O°
"Hampir aja gue mau mati." Lelaki dengan pakaian pasien bernapas lega, ia mengusap dadanya pelan.
"Untung ada kita, ya gak?" Ia mengangguk.
Kepalanya menengok kebelakang "Tapi, kok lo bisa tahu kalau gue terancam?"
"Karena gue pengkhianat." Jawab si pendorong kursi roda.
Ia terkejut, sangat terkejut bahkan sampai tersedak karena saking terkejutnya.
"Anj!! Lo nyari mati hah?!" Sentak lelaki itu.
"Gue punya alasan, lo gak perlu tau alasannya."
°C H I K O°
"Lo semua langsung ke rumah sakit, gue mau ke rumah bunda dulu," sahut Chiko.
Mereka mengangguk. Lalu melambaikan tangan "Kita duluan bang!" Teriak Petro.
"Hati-hati!"
Semuanya menancap gas dan berlalu pergi. Jalanan yang awalnya ramai kini mendadak sepi, Chiko kembali melajukan motornya namun berbeda jalan dengan temannya. Ia berbelok ke arah perumahan elite.
Gerbang yang menjulang tinggi langsung terbuka otomatis, motor besar milik Chiko yang sewaktu itu di antarkan oleh ayahnya, masuk kedalam pekarangan rumah.
Ia melepas helm full nya, turun dari atas motor dan melangkah masuk kedalam.
Di tekannya bel, tidak ada yang menyahut. Untung saja Chiko memakai jaket kebanggaan GREGORUS jadi ia tidak kedinginan ketika udara malam menyentuh kulitnya.
Suara mobil dari arah belakang membuat Chiko berbalik. Itu mobil bunda-nya. Pantas saja tidak ada yang menyahut dari dalam, ternyata Ami tengah berada di luar rumah.
Ami keluar dari dalam mobil, wajah wanita itu langsung ceria dan tak lupa ia tersenyum lebar.
"Chiko? Kamu pulang?" Tanya Ami yang langsung berlari dan memeluk Chiko.
"Iya, mau ketemu bunda," jawabnya.
"Yaudah, ayo masuk. Dingin banget di luar," Ami menarik tangan putranya untuk masuk kedalam.
Chiko menarik napas, mencium aroma rumah yang sangat dia rindukkan. Sudah beberapa Minggu tidak ada disini, dan itu seperti bertahun-tahun. Chiko sangat merindukannya.