Bagian 12

38 9 7
                                    

Claudia mendorong sepedahnya di sepanjang jalan di tengah teriknya matahari. Biasanya dia pulang sekitar jam empat sore tapi karena ada rapat guru, jadilah mereka pulang lebih cepat.

"Mun di anterken mah tadi moal kadoang kieuuu!! Moal kudu di hukum!!! Pikesebelen eta jelema!!" Gerutu Claudia di sepanjang jalan.

[Kalau tadi di anterin mah gak bakal kaya gini!! Gak bakal di hukum!! Pikesebelen itu orang]

Jika mengingat kejadian tadi pagi entah kenapa dia jadi tidak mood, bagaimana tidak, karena ke egoisan Chiko dirinya dihukum hormat di depan bendera sampai istirahat.

Tangan mungil itu bergerak memukul kepalanya untuk tidak mengingat tentang lelaki menyebalkan itu.

Perempuan itu berhenti di bawah pohon dengan daun lebat, dia meneduh dari panasnya sinar matahari. Claudia mengambil sebotol kecil Yakult lalu meminumnya.

Dia melirik jam tangan "Panas amat Ya Allah. Patuangan Claudia pan jadi nyeri kieu....." Dia memegang perutnya.

[ Panas banget Ya Allah. Perut Claudia kok jadi sakit gini....]

Claudia menarik napas panjang. Tanpa sengaja netranya bertemu dengan perempuan pemilik mata hitam pekat. Diseberang sana, Clarissa—adik perempuannya berdiri. Dia terlihat was-was dengan kepala yang terus menoleh ke kanan dan kiri.

"CLARISSA!!" Teriak Claudia yang sudah maju berniat menyebrang. Teriakan Claudia terdengar sangat keras hingga Clarissa melotot dan di kejutkan oleh dua orang yang kini berlari menghampirinya.

"ITU DIA ORANGNYA!!!"

Dua pria bertubuh kekar itu datang dari belokkan, Claudia dibuat penasaran dengan identitas mereka, kenapa mereka mengejar Clarissa?

Claudia lega karena bisa bertemu Clarissa setelah menghilang selama dua minggu. Namun, sekarang dia di buat takut karena dua pria itu membawa golok dan pistol.

Kedua mata Clarissa sudah berair, penampilannya yang seperti gembel dengan rok yang koyak membuat hati Claudia teriris.

"Maafin aku teh Au....." Perempuan itu berkata pelan.

Jalanan yang tampak ramai membuat dia susah untuk menyebrang. Melihat Clarissa yang hendak menyebrang, kepala Claudia spontan menggeleng kencang "ULAH NYABRANG BAHAYA!!!" Teriaknya kencang.

[Nyabrang=Nyebrang]

Dalam hitungan detik, dia berlari kedepan menerobos ramainya jalanan. Suara tembakan sekaligus dengan suara benturan berhasil memekikkan telinga. Layaknya jam yang di hentikan, semuanya seolah diam membisu. Jantung Claudia berdetak sangat cepat dengan tubuh bergetar. Di depan matanya, secara langsung, dia melihat adiknya kesakitan.

Clarissa tertabrak dengan tembakan di kepalanya. Perempuan berusia 15 tahun itu terlempar ke tengah jalan. Salah satu pria yang berhasil menembaknya langsung kabur sedangkan pengemudi lain langsung mengerumuni Clarissa.

"Clarissa!!!" Claudia menerobos kerumunan.

Dia menangis mengguncang tubuh adiknya kemudian mendongak menatap mereka semua "Ulah di deleken bae!! Bantuan bawa ka rumah sakit!!!"

[ Jangan di liatin terus!! Bantuin bawa ke rumah sakit!!]

Dia kembali menunduk "Clarissa teteh mohon buka matana hiks." Dia mencium kening Clarissa sambil terus terisak.

Suara Ambulan terdengar semakin jelas, seseorang masuk kedalam kerumunan dan berdiri di samping Claudia.

"Ayo pak bawa masuk ke dalam ambulan!!!"

Chiko Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang