Naruto menoleh ke arah penculik yang dengan tergesa membidik dirinya. Dia dengan ringan mengelak, mengambil pisau dan melemparkannya ke belakang. Kakinya terangkat, kemudian menendang ke arah perut.
Kedua orang itu jelas bukan lawan Naruto. Mereka dibuat pingsan dalam hitungan menit.
Naruto membersihkan debu di tangannya dan mencibir.
Hinata segera keluar dari tempat persembunyiannya. Dia menghampiri Naruto, dan dengan cemas berkata. “Apa kau terluka?”
Naruto melihat kecemasan Hinata dan sedikit tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jarang ada orang yang menunjukan ekspresi seperti itu kepadanya. Akhirnya ia hanya menggelengkan kepalanya dan berkata. “Tidak ada luka.”
Hatinya yang daritadi mengencang akhirnya lega. Dia sangat ketakutan saat pisau menuju ke arahnya. Untungnya.. dia baik-baik saja. Dia melupakan fakta bahwa dia baru keluar rumah sakit hari ini.
Perhatian mereka tertuju pada remaja yang terkapar—ada banyak darah mengalir dari perutnya, dan seorang bocah lelaki yang menangis keras.
Naruto segera memeriksa keadaan gadis itu. “Tidak apa-apa, dia masih hidup.” Kemudian dia membuka mantel dan merobek kain bajunya untuk menghentikan pendarahan di perut.
Hinata menyaksikan tindakan Naruto yang bersih dan cekatan. Kemudian dia melirik ke arah bocah di sampingnya, mungkin berusia lima tahun, dan memiliki wajah oriental.
Dia ingin memeluk bocah itu, tetapi tangannya ditepis olehnya dan membuat goresan panjang di punggung tangannya.
“… Pergi, kalian orang jahat! Ja-jangan dekati aku!”
Hinata terkejut dengan keagresifan bocah itu. Punggung tangannya berdarah. Naruto yang melihat darah di tangan hinata segera menatap tajam kepada bocah itu. Setelah menyelesaikan pendarahannya, dia mendekati bocah itu.
“Kamu bocah, apa yang kau lakukan kepada wanita saya?”
Dia kemudian mengambil bocah itu dan mengangkatnya. Bocah itu segera melawan dan memukul Naruto, yang membuat wajahnya semakin gelap.
Hinata berseru. “Hati-hati, jangan buat anak itu takut.”
Naruto menurunkan tangan yang hendak memukulnya. Dia hanya mendengus. “Kamu, berterima kasih lah kepada wanita ini. Jika tidak, aku akan memukul pantatmu sampai kau tidak bisa merasakan pantatmu sendiri.”
Bocah itu sepertinya mengerti apa yang Naruto katakan. Dia ketakutan dan tidak berani bergerak, hanya meringkuk di tangan naruto.
Hinata hanya terdiam melihat interaksi dua orang di depannya.
Tidak lama kemudian polisi datang. Mereka dibagi menjadi dua tim. Satu tim untuk menyelidiki TKP, dan yang lainnya membawa korban ke rumah sakit.
…
Mereka tiba di rumah sakit.
Bocah itu tertidur di tangan Naruto.
Naruto tidak memiliki kesabaran untuk anak kecil. Dia ingin menurunkan anak ini, tetapi setiap kali tangannya bergerak, tubuh anak itu akan bergetar ketakutan.
Tidak lama kemudian, seorang dokter keluar dari unit gawat darurat.
“Pasien kekurangan darah dan persediaan di rumah sakit habis. Apakah ada di antara kalian yang memiliki golongan darah A rhesus negatif?”
“Aku.”
Naruto yang mendengar suara di sebelahnya segera mengerutkan kening, tidak lama kemudian memelototi hinata. “Apa kau bodoh? Tanganmu baru saja terluka.”
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK LOVE
FanfictionPada malam itu, Hinata tidak sengaja melihat perbuatan mesum Naruto. Besoknya, Hinata bertemu lagi dengan Naruto, namun sikap yang ditunjukan Naruto kepadanya sangat berbeda. "Berhentilah menciumku!" "Tidak bisa." Hinata semakin marah ketika melihat...