32. Aku pernah tidur dengannya sekali
Gaara berada di kamar Hinata.
Dia bersikeras ingin mengobati lukanya. Hinata sudah berusaha untuk menolaknya namun gagal. Dia tidak tahu bagaimana dengan Gaara, tetapi untuknya, keadaan sekarang ini agak canggung. Dia tidak terbiasa mendapat perlakuan seperti ini dari seorang pria. Hinata agak menghindar.
Hinata menggerakkan tubuhnya tak nyaman. Dia berusaha menjaga jarak dengan Gaara, meskipun pria itu beberapa kali memperingatkannya agar mendekat sehingga memudahkannya dalam mengobati luka di kepalanya. Sepertinya Gaara tidak canggung dalam posisi ini.
Bel berbunyi.
Hinata menghela napas lega tanpa sepengetahuan Gaara. Siapa pun yang membunyikan bel pintu kamarnya, terima kasih. Akhirnya dia tidak perlu berada dalam kecanggungan seperti tadi.
Mereka berdua mengalihkan pandangannya ke arah pintu sebelum Hinata mundur dan berbalik menuju pintu. “Aku akan membuka pintu.”
Hinata bergegas menuju pintu dan membukanya. Satu detik kemudian tubuhnya bergeming melihat keberadaan pria tampan yang menghalangi cahaya di depannya.
Tunggu, tunggu, tunggu
Bagaimana bisa Naruto muncul sekarang?
“Hinata, siapa yang datang…”
Jantung Hinata melonjak. Dia baru menyadari ada pria lain di kamarnya. Tidak… mengapa dia merasa sedang tertangkap basah karena berselingkuh di belakang suaminya.
Suami apa! Dia bahkan belum pernah berpacaran.
Pemikiran macam apa itu.
Dengan instingnya dia langsung menutup pintu, tetapi gagal. Naruto bisa menahan pintu itu hanya dengan satu tangan.
Hinata bisa merasakan suhu di sekitar mereka turun hingga nol derajat. Naruto.. Pria itu tidak akan macam-macam, kan.
Tunggu. Dia seharusnya tidak perlu setakut itu. Dia dan Naruto tidak memiliki hubungan khusus apapun. Dengan siapa dan apa yang sedang dilakukan Hinata di kamarnya sama sekali bukan urusan Naruto.
Ketika Hinata jatuh dalam pikirannya, tangannya terpentalkan.
Naruto menendang keras pintu itu sampai sepenuhnya terbanting, menyebabkan dia bisa menangkap dengan jelas keadaan kamar Hinata.
Wajah Naruto sangat suram sekarang ini. Tubuhnya mengeluarkan ancaman yang tak terlukiskan. Mata tajam pria tampan itu menyapu Hinata dan pria yang sedang duduk di samping tempat tidur.
Bajingan merah lagi! Bagaimana bisa mereka tetap bertemu meskipun sudah dipisahkan.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Naruto berkata retoris kepada Gaara. Setiap kata yang diucapkannya mampu membuat tubuh Hinata menegang.
Tangan di sisi Naruto mencengkram erat kotak medis yang dibawanya. Tendon hijau terlihat di kedua tangannya yang mengepal. Jelas dia sangat marah. Sialan wanita ini. Dia berniat membantu mengobati luka di kepala wanita itu. Siapa yang mengharapkan dia malah menerima pemandangan seperti ini.
Hinata berjalan di depan Naruto, mengahalanginya agar tidak melangkah lebih jauh, “Ketua, ini…” Dia tidak bisa melanjutkan ucapannya ketika dibungkam dengan tatapan tajam Naruto.
“Hinata, jangan menghalangiku.” Setelah menjatuhkan kotak medis dia berjalan ke arah Gaara dengan kemarahan di dadanya.
Hinata semakin kalut memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia tahu seberapa besar kekuatan Naruto. Benar-benar monster! Dia saksi bahwa Gaara bukan lawan tandingnya sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK LOVE
FanfictionPada malam itu, Hinata tidak sengaja melihat perbuatan mesum Naruto. Besoknya, Hinata bertemu lagi dengan Naruto, namun sikap yang ditunjukan Naruto kepadanya sangat berbeda. "Berhentilah menciumku!" "Tidak bisa." Hinata semakin marah ketika melihat...