BAB 15

3.3K 452 47
                                    

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Naruhina Alternate Universe
...

Naruto mengguncang pintu kayu di depannya. Pintunya terkunci dan dia tidak memiliki kebiasaan memegang kunci. Tentu saja, dia cukup yakin bahwa orang lain tidak akan masuk ke ruangannya tanpa izin meskipun pintu tidak tekunci. Dia tidak tahu bagaimana bisa pelayan itu mengunci seseorang di dalam kabin padahal semua pelayan yang sudah diberitahu mengenai pengeboman kapal ini.

Naruto tidak suka apabila rencana yang sudah ia susun dan kerjakan pada akhirnya akan merepotkannya.

Naruto mundur tiga langkah dan menyiapkan tendangannya. Tidak sampai satu detik, pintu terbuka. Sebenarnya Naruto hanya mengeluarkan sedikit tenaga untuk membuka pintu itu, namun itu cukup untuk mematahkan engsel-engsel pintu.

Apa yang membuatnya semakin kesal adalah kenyataan bahwa Hinata masih bergulung nyaman di tempat tidur, tidak terusik dengan suara dobrakan pintu dan udara yang semakin panas. Naruto menghampiri Hinata.

“Hinata, bangun!”ucapnya seraya menepuk pipi Hinata, namun tetap saja tidak ada sahutan yang Naruto terima.

Pakaian Hinata sudah semuanya diubah. Gaun hitamnya tergantikan oleh gaun tidur berwarna merah marun.

Mata safirnya tidak sengaja melihat belahan dada Hinata. Dadanya begitu adil dan bervolume. Dia juga melihat tanda samar di tulang selangka Hinata. Mata Naruto semakin dalam. Dia tidak menyangka bahwa dia bisa melakukan hal seperti itu dalam hidupnya. Tidak pernah dia berpikir untuk menyentuh wanita dan menikahinya.

Jari-jari tegasnya menyentuh pipi Hinata. Pipinya tidak sepanas sebelumnya. Naruto menghela napas.

“Apa obatnya sekuat ini?”gumamnya.

Naruto memiliki pengalaman untuk membangunkan anak buahnya saat di ketentaraan. Dia tinggal menendang tubuh anak buahnya sampai kesakitan dan akhirnya terbangun. Jadi, apakah dia harus menggunakan cara ini kepada wanita?

Tidak. Pria sejati tidak akan melakukan itu kepada wanita.

Tentunya jika mereka adalah pria normal. Tetapi, yang ada di sini adalah seorang Uzumaki Naruto. Dia tidak membedakan pria dan wanita dalam perlakuannya.

Naruto sudah bersiap mengangkat kaki kirinya, namun guncangan akibat gelombang air membuat ruangan ini sedikit miring. Beberapa benda kaca jatuh dan berserakan di lantai.

Ashh..”desis Hinata.

Naruto menyimpan kembali kakinya. Dia menghampiri Hinata yang sedang memegangi keningnya. Kening mulus itu tersuntuk ujung meja.

“Bangun.” Naruto kembali menepuk-nepuk wajahnya. Hinata membuka matanya walau tidak sempurna. Bulu matanya berkedip dan mulutnya sedikit terbuka.

“Ah.. apa? Kenapa ini, semuanya berputar..”ucap Hinata. Kedua tangannya seakan hendak mengambil sesuatu di udara.

Naruto semakin jengkel. Ia mengunci kedua tangan Hinata dan membawa tubuh mungil itu ke dadanya. Naruto dengan cekatan menggendong Hinata. Tidak membuang waktu lagi, dia segera keluar dari kamar ini.

Persis seperti yang Naruto duga. Tidak ada orang lain di kapal ini selain mereka berdua. Beberapa pilar sudah mulai runtuh dan api semakin besar. Posisi kapal ini menjadi miring dan hampir tenggelam. Api juga menyebabkan jendela di sepanjang koridor satu persatu pecah.

Naruto sudah beberapa kali kehilangan keseimbangan karena ada Hinata di tangannya. Bahkan banyak serpihan kaca jendela mengenai punggungnya.

Naruto melirik Hinata yang setengah tertidur di pelukannya. Speedboat miliknya sudah mulai menjauh dari kapal. Tali yang menghubungkan speedboat dengan kapal terputus. Jika Naruto sendirian, dia bisa saja langsung melompat tepat ke atas speedboat-nya, namun ada wanita bersamanya.

BLACK LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang