BAB 30

1.4K 254 9
                                    

30. Hinata kembali berselisih dengan pria bajingan

Hinata selesai mencuci tangannya dan berniat kembali ke aula makan. Namun, ketika dia baru saja keluar kamar mandi, siluet pria berjas menghalangi jalannya. Dia akan menggunakan sisi lain, namun itu segera dihalangi oleh pria itu.

Hinata mengernyitkan keningnya, “Maaf tuan, Anda menghalangi jalanku.”

Pria itu menatap tubuh Hinata dengan rakus. Meskipun gaun yang Hinata gunakan lebih tertutup daripada gaun lainnya, itu tidak bisa menyembunyikan aset tubuhnya yang indah. Pria itu memainkan lidahnya. Dia tidak menyangka juniornya akan menjadi wanita yang sangat menawan.

“Hinata, kau melupakanku?”

“Hm?”

Pria itu terkekeh. Dia akan memeluk bahu Hinata jika Hinata tidak menghindarinya.

“Tuan, perhatikan tanganmu.”desis Hinata

Pria itu membawa kembali tangannya di udara, “Oke.. kau tidak perlu bersikap defensif kepadaku. Aku Takuya, seniormu saat SMA.”

Takuya pernah satu lingkaran bersama Sasori. Dia juga memendam rasa kepada Hinata, tetapi terhalang oleh Sasori yang saat itu menjadi tuan muda terkaya di antara mereka.

Hinata tidak peduli dengan siapapun di masa sekolah itu. Sasori dan Ino berhasil membuat dirinya enggan berhubungan dengan masa lalu.

Hinata melihat wajah Takuya. Dia tidak ingat memiliki senior dengan wajah seperti itu. Namun, dia sadar bahwa pria di depannya ini memiliki niat yang buruk pada tubuhnya. Hinata tersenyum, “Ya? Kebetulan sekali kita bertemu di sini.”

Takuya bersemangat dan berkata, “Ya! Sungguh kebetulan sekali. Bagaimana denganmu? Perusahaan mana yang kau wakili?”

“Hanya perusahaan yang baru saja bergabung dengan industri otomotif.”ucap Hinata ringan.

Takuya tersenyum cerah. Mungkin itu hanya perusahaan kecil yang baru dibentuk dan tidak bisa dibandingkan dengan tempat kerjanya. Dia terbatuk sebelum ingat sesuatu, “Aku ingat bahwa perusahaan kakakmu sedang kekurangan dana.”

Hinata mengangkat alisnya. Hidup mati perusahaan keluarganya tidak ada hubungannya dengan pria ini. Hinata berniat pergi dari sini, namun tangannya dicekal oleh Takuya dan mendorongnya segera ke dinding.

“Apa yang kau lakukan?!”pekik Hinata. Dia tidak ingin menimbulkan masalah selama perjalanan bisnis ini. Apakah itu sulit dilakukan?

Takuya menatap gumpalan daging di dada Hinata dan perut bagian bawahnya langsung memanas. Sialan wanita ini, dia hanya menatapnya tapi sudah tidak sabar untuk membawanya ke tempat tidur.

“Kekasihku memiliki posisi di perusahaan Hoshi. Aku bisa membujuknya untuk memberikan suntikan dana kepada Hyuuga corp. Hanya saja… ”

Takuya menghapus jarak di antara mereka dan memainkan rambut di bahu Hinata, “Jika anda bersedia menemaniku selama pertemuan bisnis ini.”

“Kau tidak perlu khawatir hal ini akan terungkap. Tidak akan ada yang tahu selama kita tidak membocorkannya. Perlu kau ketahui, di sekolah dulu aku sudah menempatkanmu di mataku. Hanya saja Sasori bajingan itu terus menekan kami dengan uang yang dia punya. Untung saja kau menolaknya. Jika tidak, sangat disayangkan bahwa tubuhmu akan disentuh oleh pria kotor itu.”

Hinata tahu jika petemuan ini akan berakhir dengan bahasan tubuh wanita. Hanya saja ucapan Takuya yang seolah-olah lebih baik dari Sasori membuat Hinata menghinanya di dalam hatinya. Dia mengangkat tangannya dan menampar Takuya, “Apakah kau tidak bercermin? Kau sama bajingannya dengan pria itu!”

Takuya mundur beberapa langkah karena panas di pipinya. Ketika dia berbalik, matanya menatap tajam wanita yang hendak melarikan diri, “Kau berani menamparku?”

Takuya segera menarik rambut Hinata dari belakang, “Hinata, bukankah kau terlalu meninggikan harga dirimu? Perusahaan keluargamu akan bangkrut dan kau hanya karyawan di perusahaan kecil. Di depanku kau masih bermain-main?”

Hinata ingin mengangkat tangannya, namun itu dikunci oleh Takuya. Apakah pria ini mengganggap dirinya wanita yang mudah?

“Kehidupanku tidak ada hubungannya denganmu. Berhenti di sana dan lepaskan aku. Apa kau sakit?!”

Takuya semakin mengeratkan cengkramannya ke tubuh Hinata, “Yah.. mulai dari sini kita akan memulai hubungan. Awalnya aku ingin membayarmu dengan biaya standar, tapi melihat reaksi tubuhku yang berlebihan terhadapmu membuatku berpikir untuk memberimu tiga kali lipat dari biaya asli.”

Dia hendak mencium bibir Hinata sebelum teriakan nyaring menginterupsi mereka berdua.

“Bi*ch! Apa yang kau lakukan dengan kekasihku?!”

Ni segera berjalan ke arah Hinata dan menarik rambutnya, membenturkannya ke dinding di dekatnya, “Sudah kuduga bahwa kelakuanmu serendah ini. Kau bahkan berani merayu pria lain?!”

Kepala Hinata terasa berdenyut. Dia meringis dan terhuyung sebelum ditarik kembali oleh Ni agar mendekatinya.

Hinata berusaha membuka matanya. Kemudian dia menatap Ni dengan dingin, “Kau kekasih bajingan itu?”

“Siapa yang kau sebut bajingan? Sayang, dia berusaha merayuku saat aku keluar dari kamar mandi. Dia juga hampir menciumku jika kamu tidak muncul tadi.”

Hinata terkekeh. Dia dengan paksa melepas tangan Ni yang menarik rambutnya, “Siapa yang merayu siapa hanya kita berdua yang tahu. Apakah aku begitu buta untuk merayu pria jelek sepertimu? Ada banyak pria yang lebih tampan dan kaya darimu.”

“Nona Ni, anda seharusnya menjaga pasanganmu agar tidak bermain mata dengan wanita lain. Mungkin sudah banyak wanita yang dia rayu sebelum aku. Selain itu dia berkata bahwa kau hanyalah ATM berjalan untuknya.”

Tepat setelah Hinata menyelesaikan ucapannya, sebuah tamparan mendarat di pipi mulusnya. Itu adalah telapak tangan pria yang sedikit kasar.

“Sialan wanita! Kapan aku berkata seperti itu?” Takuya berkata dengan marah. Dia sangat tidak puas hanya memberikan Hinata satu tamparan.

Hinata tidak mempedulikan panas di pipinya. Dia hanya menatap Takuya dan berkata, “Bukankah itu intinya? Kau menggunakan uang kekasihmu untuk berkencan dengan wanita lain.”

“Ada CCTV di depan toilet wanita. Nona, kau bisa melihatnya sendiri.” Setelah itu dia berjalan menjauhi mereka.

Takuya ingin mencekal tangan Hinata, tetapi terlebih dahulu dibawa oleh Ni. Ni menatap marah Takuya, “Apakah itu benar?”

Ni seorang wanita yang memiliki gengsi dan harga diri yang tinggi. Jika kekasihnya benar-benar melakukan pemerasan secara diam-diam kepadanya, itu tidak bisa dimaafkan.

Apalagi jika hal itu diketahui oleh wanita yang ia benci.

Takuya menatap bergantian ke arah Hinata dan Ni. Dia menatap marah ke punggung Hinata yang baru saja berbelok.

Hinata tidak sekalipun melihat ke belakang hanya untuk mendengar perkelahian pasangan itu. Dia mengetuk kepalanya dan tangannya beberapa kali menyangka tubuhnya ke dinding. Hanya saja karena rasa sakit di kepalanya yang tidak berkurang sama sekali membuat visinya tidak jelas. Dia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang berdiri dua langkah di depannya.

“Aku mendengar keributan di sana. Tidak kusangka bahwa wanitaku ini senang terlibat dengan hal seperti itu?”

BLACK LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang