BAB 42

1.1K 208 25
                                    

Setelah beberapa instruksi, mereka berdua keluar dari ruangan. Satu di depan dan satu di belakang, tidak ada interaksi.

Tidak lama setelah mereka berjalan, Naruto yang pertama membuka suara. "Aku akan menelepon seseorang, kau pergi lebih dulu."

Hinata tidak merasakan ada yang salah dengan Naruto. Dia melihat sekilas dan mengangguk perlahan. "... Oke."

Setelah memastikan Hinata menghilang dari pandangannya, Naruto berbalik ke arah kamar mandi. Itu sunyi, dan sedikit menyesakan.

Tidak ada panggilan telepon atau sejenisnya. Hanya omong kosong.

Dia membasahi wajahnya dan melihat ke arah kaca yang memantulkan bayangan dirinya.

Tetesan air jatuh dari rambut ke rahang tegas miliknya.

Pikirannya tidak tenang sejak dokter menjelaskan keadaan bocah yang ia selamatkan. Faktanya, ia hampir melupakan gangguan kepribadian yang dideritanya.

Dia tidak pernah ceroboh tentang hal ini. Namun, wanita itu membuatnya lupa. Lupa bahwa kondisinya tidak cocok untuk menjalin hubungan antara pria dan wanita.

Dalam kasus di mana penderita kepribadian ganda menikah dengan orang normal, mereka tidak akan mencapai kehidupan ideal.

Naruto berpikir seperti itu.

Memikirkan seseorang berbagi cinta dengan kepribadiannya yang lain, itu terasa menjijikan baginya.

Naruto mengencangkan tangannya yang memegang tangan wastafel, mata birunya semakin gelap, dan kepalanya terasa sakit.

"Apa kau butuh rokok?"

Naruto menggeser pandangannya melalui cermin, hanya untuk menemukan seorang pria di sebelahnya sedang menyalakan rokok.

Pria itu mengeluarkan rokok yang lain beserta pemantiknya kepada Naruto. Dia dengan santai menghiraukan larangan merokok di rumah sakit.

"Kau terlihat bermasalah. Nikotin bisa menenangkan pikiranmu."

Naruto melihat rokok di tangannya. Dia sangat pemilih dalam hal pribadi seperti rokok. Tidak sembarangan jenis rokok bisa ia konsumsi.

Rokok di tangan pria itu seharusnya tidak Naruto terima, tetapi dalam kondisi seperti ini dia mengabaikan aturannya dan mengambilnya. Nyalakan.

Pria itu terkekeh, tidak pernah melihat pria sombong seperti Naruto. "Bung, sama-sama."

Naruto yang baru saja menyalakan rokok berhenti. " ... Hmm."

Tawa pria itu semakin besar. "Itu keberuntunganmu karena aku dalam mood yang baik saat ini. Jika tidak, tinjuku sudah mendarat di wajahmu lima detik lalu."

Naruto sepenuhnya mengabaikan pria itu dan masuk dalam kenikmatan nikotin.

Cincin asap keluar dari mulutnya. Pikirannya sedikit teralihkan.

...

Hinata berada di depan kamar rawat Kawaki. Pikirannya sedikit linglung melihat beberapa pengawal berbaju hitam berdiri menjaga pintu.

Orang-orang ini.. dari mana mereka berasal?

Keraguan Hinata tercerahkan. Seorang pria berusia empat puluhan keluar dari kamar Kawaki.

Pria itu tersenyum lembut pada Hinata. “Nona, apakah Anda yang menyelamatkan tuan muda kami?”

Hinata belum pulih. Dia menatap orang di sekitarnya dengan bingung.

Pria itu melihat raut kebingungan Hinata dan kemudian teringat sesuatu. Dia terbatuk. “Maaf saya terlambat memperkenalkan diri. Saya kepala pelayan rumah Fujiwara di Kyoto. Dua orang yang Anda selamatkan adalah cucu dari ketua Fujiwara.”

BLACK LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang