Duduk di sofa kecil Kamarnya, Sterwin tampak bingung.
Dengan tangan yang bertaut, bertumpu pada kedua lututnya. dia melirik jam dinding berwarna Hitam, yang terletak pada sudut kamarnya itu.
Masih pukul 05.04 pagi, terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah sekarang. Tetapi Sterwin harus berangkat sekarang.
Berdiri mengambil tas, ponsel dan kunci motornya lalu memilih keluar kamarnya. Berjalan pelan menuruni anak tangga, lampu rumahnya masih dimatikan, bener-bener gelap.
Sepagi ini berada disekolah sangat membosankan, mungkin Sterwin akan berkeliling kota terlebih dulu dengan motor nya. Menikmati dinginnya embun pagi lalu mencari sarapan.
Pada pijakan anak tangga terakhir, terdengar suara seseorang membuat langkah Sterwin berhenti.
"Sterwin"suara itu terdengar dari ruang makan.
Tanpa menoleh pun Sterwin sudah tau itu suara siapa.
"Sterwin, kesini sebentar sayang"panggilnya, membuat Sterwin terpaksa berbalik lalu jalan mendekati nya.
"Kenapa harus ketahuan sih"gumam Sterwin kesal yang masih terus berjalan mendekatinya.
"Sarapan dulu Win"ucapnya lalu tangannya terulur untuk memundurkan kursi yang ada disebelahnya, menyuruh Sterwin duduk disana.
"Sterwin sarapan diluar aja"balas Sterwin, dia masih berdiri, enggan menatap lawan bicaranya.
"Udah hampir tiga hari Bunda nginep disini.... Dan kamu nggak mau sarapan bareng Bunda, mau sampai kapan??"tanya Hasna pada putra bungsunya itu.
Diam, Sterwin tidak tahu harus menjawab apa. Karena memang benar Sterwin berangkat sepagi ini hanya untuk menghindari sang Bunda.
"Udahhh.... Jangan diem aja, sini duduk"ucap Hasna seraya menarik lengan tangan Sterwin, membuat nya terpaksa ikut duduk disana.
"Gimana sekolahnya a?? SMA seru nggak?? Aa udah punya pacar belum sih?? Bunda nggak pernah denger kalo Aa lagi deket sama cewek??"tanya Hasna dengan senyuman yang sangat merekah di wajah cantiknya.
Terdiam, Sterwin cukup sangat terkejut mendengar Bunda nya kembali memanggil nya dengan sebutan Aa seperti dulu lagi.
"Sering-sering cerita Aa tuh sama Bunda"ucap Hasna seraya menuangkan teh kedalam gelas.
"Bunda denger dari Ayah, katanya Mas udah punya pacar ya??"tanya Hasna lalu meletakkan gelas berisi teh hangat itu didekat Sterwin.
"Nggak tau, Steven nggak cerita"jawab Sterwin acuh.
"Mas aja udah punya masa Aa belum??"tanya Hasna seraya berdiri mengambil roti tawar yang tadi ia panggang di dapur.
"Panggil Sterwin aja"ucap Sterwin dengan nada yang sedikit kesel.
"Nggak papa lah dipanggil Aa aja, toh mas sama Abang aja juga mau-mau aja Bunda panggil begitu. Masa Aa nggak mau??"tanya Hasna lalu kembali duduk.
"Itu Steven sama Steiner. Bukan Sterwin!!"teken Sterwin.
Yap, Sterwin memang berbeda. Jika Steven tidak peduli dirinya dipanggil Mas, dan Steiner tidak keberatan dipanggil Abang, maka berbeda pula dengan Sterwin yang akan selalu menolak jika dirinya dipanggil dengan sebutan Aa.
"Bunda cemburu sama Ayah"ucap Hasna seraya menatap Sterwin.
"Kenapa??"tanya Sterwin membalas tatapan dari sang Bunda nya itu.
"Kamu beda kalo lagi sama Ayah... Kamu selalu tersenyum kalo sama Ayah.... Bunda cemburu"ucap Hasna jujur dengan senyuman yang dipaksakan.
Sterwin diam. Mengalihkan pandangannya, suasana canggung mulai menyeruak dari keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Twins || Kim Sunwoo✓
Короткий рассказ[ FOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA] _Belum Di Revisi_ [tentang si kembar, cinta dan masa lalunya] • "STEINER!! INI KAN BAJU GW!! KENAPA BISA ADA DI KAMAR LO SIH?!!" "ITU PUNYA GW!! PUNYA LO ADA DI JEMURAN, STEVEN!!" "BISA DIEM NGGAK LO BERDUA, HAH...