🌱21🌱

76 13 51
                                    

"aku nggak bisa dateng, maaf......."jawab Bunga di sambungan telepon itu.

"Tapi....... Kenapa??"tanya Steiner duduk disamping makam seseorang.

Hening, tak ada jawaban dari Bunga.

Mengeratkan kepalan tangannya, perasaan Steiner campur aduk.
"Bunga"panggil Steiner.

"I-iiya??"

"Gw mau tanya, tolong jawab yang jujur"menatap langit cerah diatasnya, Steiner menghela nafas nya berat.

"Apa??"

"Jujur!! Lo ngehindarin gw kan??"

Hening, cukup lama Bunga diam.

"Hm, sebenarnya aku cuma lagi sibuk aja hehehe"

"Gw cuma butuh jawaban iya atau nggak!!"ucap Steiner, dia harus melakukan ini, bagaimana pun dia butuh jawaban nya.

Namun lagi-lagi Bunga hanya diam, Steiner memejamkan mata nya lalu menunduk.

"Gw ada salah apa sama Lo, Bunga?!!"

"Nggak!! Nggak ada!! Kamu nggak ada salah sama aku, Steiner!!"

"Lo marah?? Kalau iya, gw minta maaf........"

"Nggak!! Aku nggak marah......."

"Terus kenapa Lo selalu menghindar di sekolah!!"

Hening.

"Maaf....."

Mengacak-acak rambutnya, Steiner tak tau mengapa dirinya jadi begini. Steiner baru tau, seperti ini lah perasaan tanpa hak.

"Maaf, karena ngebentak Lo"pasrah Steiner.

"Aku...... Nggak suka dibentak......"sedikit terdengar suara isakan dari sana.

Pikiran Steiner semakin kalut.

"Bunga, maaf..... gw cuma mau bil----"

"Maaf Steiner"lalu sambungan telepon itu dimatikan sepihak.

"Gw cuma mau bilang, gw kangen........"

Menatap bunga mawar ditangan nya, Steiner semakin merasa bersalah.

Lalu Steiner tersadar, dia sedang berada di makam seseorang.
"Hallo Tante, ini saya Steiner yang waktu itu datang sama Bunga"ucap Steiner berusaha tersenyum.

"Maaf, tadi Steiner ngebentak Bunga......."

"Steiner nggak bermaksud gitu........ Tapi Steiner cuma bingung Bunga kenapa......."

Steiner meletakkan bunga mawar ditangan nya tadi ke atas makam itu.
"Steiner titip ya, buat Bunga...... Siapa tau nanti dia kesini"

Entah sudah gila atau bagaimana, tapi Steiner benar-benar meletakkan bunga mawar itu untuk Bunga disana.

"Tante, Steiner mau minta izin"menghela nafas nya panjang.

"Izinin Steiner perjuangin Bunga"

Lalu dia bangkit dan pergi dari sana.

Tak lama Steiner pergi, ada seseorang orang yang mengambil bunga mawar itu dari sana.



Lintang keluar dari rumah nya, seperti biasanya Steven sudah ada di sana untuk menjemput nya.

"Haiii"sapa Lintang dengan wajah ceria nya.

Three Twins || Kim Sunwoo✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang