🌱03🌱

379 30 12
                                    

"EVEN, BANGUN SAYANG UDAH PAGI"seseorang masuk ke kamar Steven dan meneriakinya, Siapa lagi kalo bukan Ayah Samuel.

"Even udah bangun Ayah"gumam Steven, namun masih dengan posisi yang sama. memeluk bantal guling nya dengan mata yang terpejam, masih setia dibawah selimut.

"KAMU BEGADANG MAEN GAME LAGI KAN?!! AYO CEPET BANGUNNN BURUAN!!"teriak Samuel lagi seraya menarik selimut berwarna coklat tua itu, berharap sang anak bangun menurutinya.

Tetapi bukannya bangun Steven malah balik menarik selimutnya, sehingga menutupi seluruh tubuhnya hingga ujung kaki sampai ujung kepalanya.

Ya beginilah Steven paling susah untuk dibangunin.

"Lima menit lagi Ayahhhhhh....."

Terdengar hembusan nafas pelan dari mulut Samuel. Pasrah sudah Samuel dengan anaknya yang satu ini. Samuel duduk ditepi kasur anak sulungnya itu.

"Even tau nggak, rumah didepan yang kosong itu udah ada yang ngisi lohhhh..... Ayah liat sih pindahannya semalam, sekitar jam 01.00 dini hari. Aneh kan?? Masa pindahan jam segitu"ucap Samuel seraya melihat lihat sekelilingnya.

"Ayah mimpi kali"ucap Steven dengan posisi yang sama, bahkan enggan untuk membuka matanya.

"Nggak!! Ayah nggak mimpi, Ayah masih sadar Even. Orang Ayah lagi duduk di balkon kok"ucap Samuel seraya memberikan satu pukulan pelan dikaki sang anak.

"______Ayah liatnya kayak yang pindah itu anak perempuan.... Sendirian lagi"Sambung Samuel.

"Terus?? Nggak ada hubungannya sama Even, Even mau tidur lagi Ayahhhhhh"rengek Steven agar sang Ayah membiarkannya tidur kembali.

"Dia kayaknya seumuran sama kamu. Ayah kasihan liatnya, jadi Ayah suruh Bi Atun buatin kue, kasian pasti dia capek pindahan jam segitu, pasti belum sempet bikin sarapan pagi ini"ucap Samuel seraya menarik kembali selimut Steven.

"Kamu anterin kue nya, ya??"pinta Samuel seraya narik lengan tangan sang putra membuat Steven terpaksa duduk dengan posisi mata yang tertutup.

"Kan masih ada Iner sama Win, Ayahhhhhh. Kenapa harus Even??"protesnya dengan posisi yang mengusap usap matanya.

Samuel gemes sendiri melihat tingkah putranya itu. Bagaimana tidak?? Steven terus mengoceh memprotes, dirinya seperti anak paud yang diakhiri mencabikan bibirnya kesal.

Begitu juga dengan Samuel, ia harus menjadi seorang Ayah dan Ibu sekaligus. Mengurus sang anak dan bekerja. Kalau Masalah rumah, ia serahkan kepada asisten rumah tangganya.

"Karena Ayah maunya kamu sayanggg"ucap Samuel seraya mencubit pipi putranya gemes.

"______Udah sana buruan cuci muka terus anterin kue nya!! Ayah turun dulu, awas kalo tidur lagi!!"

Melangkah Keluar dari kamar bernuansa coklat tua itu, Samuel keluar dan menutup pintu kamar itu.

Kalian pikir Steven akan langsung beranjak bangun?? Tidak, itu salah. Ia justru kembali berbaring mengambil posisi yang nyaman.

"EVEN BANGUNNN!!"

"astaghfirullah Ayahhhhhh...."gumam Steven kembali duduk ditepi kasur seraya mengedip edipkan matanya.

"STEVEN BANGUN ATAU AYAH BUANG PS KAMU!!"

"IYAAAAA, IYA AYAH EVEN BANGUNNN!!"pekik Steven seraya bangun dari duduknya dan berlari ke arah kamar mandi.



"Ayahhhhhh, Iner pergi bentar ya. Iner udah bilang kan kalo Iner harus bantu ngajarin temen"ucap Steiner menghampiri Ayah Samuel yang berada di meja makan, lalu ikut duduk disampingnya.

Three Twins || Kim Sunwoo✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang