"Diandra. Apa kamu baru saja menguap di saat saya sedang menjelaskan?"
Diandra terkesiap ketika mendengar namanya baru saja disebut. Gadis itu duduk di kursi paling belakang, tapi sepertinya kedua mata itu sangat tajam. Ah tentu saja, karena seorang Pramaji Aryasaka memiliki empat mata yang membantu penglihatannya.
"Mau bagaimana lagi, penjelasan anda sangat membosankan, Sir...," kata Diandra membuat seluruh kelas langsung memerhatikannya karena ucapan beraninya.
"Gila, gila... si Diandra berani banget sama guru baru."
"Gue nggak ikut-ikutan, please... pokoknya gue nggak mau kena getahnya!"
"Tapi Pak Pram seksi banget, kayak CEO wattpret. Nggak pa-pa deh dia gantiin Bu Mike lama-lama."
Beberapa siswi perempuan mulai saling berbisik membicarakan sang guru pengganti. Lebih tepatnya, sudah dua bulan ini Prama mengajar di SMA Bunga Pertiwi. Salah satu sekolah elit swasta ternama di Jakarta.
Bu Mike, guru sejarah yang biasanya sedang cuti melahirkan. Prama menggantikannya ketika ia mendapatkan tawaran langsung dari si pemilik sekolah yang begitu dikaguminya—Pratama Wiradjasa. Lagipula... mereka sudah lama saling mengenal, mendapatkan kesempatan langka untuk mengajar di Bunga Pertiwi tentu tidak akan ia sia-siaka.
"Membosankan? Jadi... begitu menurut kamu?" tanya Prama yang berjalan mendekat ke meja Diandra.
"Ya. Sangat, sangat, membosankan dan membuat saya mengantuk."
"Oh, begitu rupanya." Kemudian mata Prama mengedar ke arah lain. "Reynand, bagaimana menurutmu? Apa penjelasan saya sulit dipahami?" tanya Prama kepada salah satu siswa yang paling pintar di kelas dan sekolah itu.
"Tidak ada masalah, Sir. Cara mengajar anda baik-baik saja."
Prama mengangguk lalu menatap Diandra lagi. "Berdiri," perintah pria itu.
Dengan malas-malasan, Diandra berdiri dari tempat duduknya. Hal itu membuat banyak siswa laki-laki berdecak kagum dan hampir meneteskan liur karena... tubuh Diandra yang terbentuk sempurna dengan balutan seragamnya yang sudah lumayan sempit.
Prama mengetatkan rahang ketika gadis itu tak menunjukkan tanda-tanda takut sama sekali. Justru, Diandra bersidekap menantang dengan dada membusung tepat di depan mata Prama. Sial. Apa gadis itu tidak memiliki seragam lain yang lebih layak?
"Keluar. Keliling lapangan tiga kali," perintah Prama yang segera dilakukan Diandra.
Gadis itu berjalan begitu saja melewatinya, tanpa basa-basi apalagi meminta maaf karena sudah tidak sopan. Well, sebenarnya Prama sudah diberitahu oleh sang wali kelas, siapa saja siswa yang membuat geleng kepala dan darah tinggi dan siapa saja siswa yang terkenal pintar dan baik hati.
Diandra, adalah salah satu siswi yang berada dalam daftar hitam sang wali kelas. Meski gadis itu tidak pernah melakukan pelanggaran paling berat seperti pembullyan, tapi Diandra cukup menguji kesabaran dan keimanan para kaum adam yang ada di sekolah itu.
Diandra Arwin memiliki tubuh dengan lekukan yang sempurna. Warna matanya cokelat terang, lehernya jenjang dan bibirnya kecil tapi penuh itu selalu berhasil membuat siapa saja menahan napas ketika berpapasan.
"Kita lanjutkan lagi pelajarannya Kamis depan," kata Prama begitu bel istirahat berbunyi.
Kelas pun bersorak senang seraya merapikan buku mereka. "Yeeey...!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story Collection
Short StoryCerita pendek. Boleh request cerita dan kasih ide. Lapak untuk sobat halu. 🚧 THE RULES: Komentar yang sifatnya menjatuhkan tanpa memberi saran akan langsung di-BLOCK. Kenapa? Karena aku sering banget nemu komen: "kentang banget thor" di beberapa...