She's The Devil #Downpour; Spin Off

7.7K 693 54
                                    

"Anjir! Seriusan lo, Bro, Ferra ngalamin hal mistis itu?!" Gustav berseru tidak percaya ketika Revano baru saja bercerita.

"Terus gimana sama payungnya, secara Akbar udah meninggal. Terus payung itu ada apa enggak dan siapa yang bayarin pas di minimarket?" Kali ini Wira menyerobot tidak sabaran sementara kedua matanya menyorot penasaran.

Malam ini, mereka berkumpul bersama dan melakukan permainan kecil yang mewajibkan setiap orang menceritakan pengalaman horor yang pernah mereka alami. Revano, sebagai satu-satunya yang tidak pernah memiliki pengalaman mistis di antara mereka semua akhirnya secara terpaksa menceritakan pengalaman adik sepupunya satu tahun yang lalu.

Yang baru saja Revano ceritakan adalah Akbar, salah seorang anggota club renang yang meninggal karena gagal jantung ketika mereka sedang latihan berenang pada siang hari itu.

Jika saja Akbar masih hidup, mungkin sekarang ia sedang duduk bersama teman-teman sekelasnya di sana dan menikmati pemandangan pantai Bali yang indah malam ini. Sekadar berbagi kenangan dengan sekaleng minuman soda di tangan masing-masing, atau bercanda dan membicarakan hal konyol tidak penting. Andai Akbar masih ada, mungkin ia akan kembali mengambil posisi pertama di ujian kenaikan kelas semester ini dan menghabiskan tahun terakhirnya di bangku SMA.

Revano mengembuskan napas panjang, ia merindukan masa-masa di mana mereka masih menjadi siswa baru yang kebingungan harus mengikuti pengembangan bakat di bidang apa. Akbar adalah orang pertama yang meyakinkan Revano bahwa bergabung dengan club renang bukanlah ide buruk, hari-hari berjalan begitu baik dan menyenangkan dan Akbar... sengaja merahasiakan penyakitnya karena ia sangat menyukai renang.

"Van, gimana lanjutannya? Malah ngelamun...." Meira yang berstatus sebagai pacar cowok itu menyentuh lengan Revano karena pacarnya terlalu lama merenung.

"Iya, gimana sama payung itu, Bro? Penasaran nih gue." Gustav mengangguk setuju begitu juga dengan anak-anak lain yang masih enggan beranjak meski malam semakin dingin.

"Payung itu ada," kata Revano membuat semua orang terkesiap-tidak semuanya, ada satu cewek yang malah menguap bosan karena ia hanya menganggap itu bualan belaka. Dan ekspresi itu ditangkap dengan baik oleh mata russet Revano sehingga ia berkeinginan kuat untuk segera melanjutkan kalimatnya dan membuktikan bahwa ia tidak berbohong. "Besoknya, gue ajak Ferra ke minimarket itu dan nge-check cctv di sana. Semua terekam dengan jelas.... Gimana payung itu beneran ada dan dia bawa sampai pulang."

Wira membelalak ngeri dan memeluk Gustav yang duduk di sampingnya. "Gilak, yang bener aja! Jadi itu hantunya Akbar beneran?!"

Revano menggeleng kecil lalu kembali bercerita, sesaat, cowok itu menatap satu-satunya cewek yang tadi memandangnya tidak percaya dan meremehkan, sekarang cewek itu mendengkus keras dan membuang pandang ke arah lain.

"Apa nggak lari orang-orang liat itu payung ngambang di udara, Van?! Itu kalo si Anwar yang liat gue yakin dia bakal ngompol sampek pingsan, hahahah!" Gustav meledek salah seorang siswa di kelas mereka yang paling gemulai itu. "Canda, War, canda."

Meira menggelengkan kepala lalu memeluk lengan Revano karena angin yang berembus cukup kuat. "Lanjutin Van...."

"Payung itu... Ferra sendiri yang beli, dan dia sendiri yang bayar," cerita Revano. "Bahkan mbak yang jaga kasir aja sampek bingung gara-gara Ferra senyum-senyum dan ngomong sendiri. Dia kira adek gue nggak waras," kata Revano kemudian. "Dan untungnya sekarang Ferra udah nggak pernah digangguin lagi, mungkin Akbar cuma penasaran dan melakukan itu buat yang terakhir kalinya. Karena, sehari sebelum dia meninggal dia sempet liat foto Ferra di hape gue."

"Anjir! Merinding gue, kampret!" Wira memeluk Gustav semakin erat dan berakhir dengan toyoran di kepalanya dari Gustav.

"Homo lo! Peluk Anwar sono!"

Short Story Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang