Seduce The Goodboy

50.9K 2.5K 106
                                    

***

"Lho ... kok nggak ada?!"

"Apanya yang nggak ada, Dis?"

Distia mengerang kesal lantaran bacaan yang disukainya tiba-tiba hilang dari library. Dimas hanya bisa menggelengkan kepala melihat sahabatnya yang mulai uring-uringan seperti ini. Padahal, tadi cewek itu paling bersemangat karena akan maraton series Marvel kesukaan mereka berdua.

"Iniii, Seduce The Goodboy tiba-tiba nggak ada di library gue! Penulisnya resek banget, padahal gue suka baca novel ini, Dim! Udah empat part lhooo, malah di-unpublish!" rengek Distia seraya memukuli bonekanya.

Dimas terkekeh lalu duduk di samping cewek itu. Series yang mereka akan tonton sudah diputar, Dimas memilih Agents of Shield karena keduanya memang belum menonton season terbaru yang baru saja menjadi penutup dari rangkaian seasons sebelumnya. Yeah, mereka memiliki kesamaan, yaitu sama-sama pecinta film bergenre action dan sci-fi.

"Authornya ngambek kali, karena lo males vote dan komen."

"Enggak ya! Gue selalu vote dan komen! Pembaca gelap aja tuh yang males, gue mah rajin. Sekadar mengingatkan, crepes cake yang lagi lo makan sekarang adalah buatan tangan gue."

Dimas mengulum senyum, berusaha menelan kue buatan Distia yang lumer di mulutnya. "Iya rajin banget kok .... Rajin banget sampe makalah aja gue yang bikin."

"Lo nyindir gue? Lo nggak ikhlas?!"

"Gue bukan nyindir, tapi ngomong to the point di depan lo. Gue juga bukan nggak ikhlas, kalau nggak ikhlas mah mending sekalian gue pecat lo jadi sahabat gue."

Distia memberengut lalu merengsek ke tubuh Dimas. Mengalungkan salah satu tangan cowok itu ke pinggangnya.

"Nggak mau dipecat, maunya naik pangkat."

Ucapan Distia membuat kening Dimas mengernyit tak mengerti. Lantas, cewek itu malah terkikik sendiri karena melihat ekspresi Dimas yang menurutnya menggemaskan.

"Pacaran aja yuk, Dim ... lo ganteng gue cantik. Kita pasti cocok!"

Dimas melengos, lalu menyembunyikan kepala Distia di ketiaknya. "Nih pacaran aja sama ketek gue."

"Dimas jorok ih!! Tapi untung wangi," Distia berhasil lepas dari belitan cowok itu, sebagai gantinya dia merangkum sisi wajah Dimas guna menatap kedua mata cowok itu dalam-dalam. "Tapi bo'ong ... hahahha! Gue nggak mungkin pacaran sama lo, Dim. Kita adalah sahabat bagai Dora dan Boots. Gue Dora, elo Boots. So, gue nggak mungkin menjalin hubungan sama monyet."

"Well ... seenggaknya monyet ini sering banget lo cium-cium," kata Dimas tak tersinggung sama sekali.

"Tapi itu bukan karena pengen ya! Itu karena gue adalah mentor percintaan lo, gue kan ngajarin lo gimana caranya memikat hati wanita. Dan, salah satunya itu dengan kissing, kalau lo jago kissing pasti pasangan lo nanti akan senang dan terpuaskan!" jelas Distia berapi-api, seolah itu adalah hal yang sangat membanggakan.

"Kayaknya lo harus berhenti baca wattpad deh, Dis."

"Hah kenapa?"

"Isi kepala lo makin horor ...."

Distia mendelik, dan detik itu juga dia mencium bibir Dimas secepat kilat sebelum berkata, "Itu ciuman terkahir kita. Nanti-nanti gue nggak mau lagi ngajarin lo ciuman!" kata Distia lalu memisahkan diri dengan kedua tangan bersidekap sambil menyilakan kaki sementara kedua matanya fokus ke layar TV yang ada di kamarnya.

Hari ini adalah hari minggu, karena tidak ada perkuliahan Distia pasti pulang ke rumah setelah menghabiskan lima hari di kosan tercinta. Namun, kedekatannya dengan Dimas membuat gadis itu tak bisa jauh-jauh dari cowok itu. Sehingga, Dimas akan selalu mengunjungi Distia yang pulang ke rumah orangtuanya. Malahan, terkadang orangtua Distia meminta Dimas menginap, tapi laki-laki itu selalu menolak karena tak nyaman. Ya, tentu saja.

Keluarga Distia adalah keluarga teraneh yang pernah Dimas temui, awal mengenal dia dibuat terkejut namun lama kelamaan dibuat terbiasa. Termasuk pemandangan aneh di mana kerap kali dia melihat papa Distia mengobrol dengan monyet peliharaannya, atau seperti ketika Dimas bertandang, papa Distia sering mengajaknya ke ruang kerjanya dan mengajari Dimas tentang bisnis, karena katanya cowok itu akan menjadi penerus perusahaan.

Aneh sekali bukan? Padahal Dimas dan Distia hanyalah teman kuliah. Kebetulan saja mereka bersahabat baik tapi kedua orangtua cewek itu malah bersikap berlebihan seolah mereka meramal apa yang belum tentu terjadi di masa depan.

"Gitu aja ngambek ...." Dimas menggeser tubuhnya, mendekati cewek itu dan menyenggol lengan Distia dengan sikunya. "Jangan ngambek, nanti siapa yang bantuin lo ngerjain tugas. Siapa yang bantuin ngangkat galon, siapa yang beliin lo martabak saat lo laper malam-malam."

"Ada abang ojol!"

"Tapi abang ojol nggak bisa peluk lo kayak gini kan ... nggak sewangi dan seganteng gue juga kan?" kata Dimas yang sudah memeluk cewek itu dari belakang.

"Jangn deket-deket! Ngapain coba peluk-peluk segala!" Distia mencoba melepas belitan tangan Dimas, tapi hanya sebagai formalitas karena diam-diam, ia berharap Dimas semakin mengeratkan pelukannya.

"I like your smell ...," kata cowok itu sembari menciumi leher Distia.

"Dim ... nggak bisa fokus nonton ini gue! Lepas ih," pinta Distia yang bertolak belakang dengan gesture tubuhnya.

Well, terbukti dengan kikikkan geli yang keluar dari mulutnya. Distia bahkan mengusap rambut Dimas dengan penuh perasaan.

"Nggak takut digrebek, Dim?" tanya Distia sambil sedikit mendongak menatap Dimas.

"Nggak. Pintunya udah gue kunci."

"What?"

Kedua mata Distia mengerjap, Dimas memberikannya jawaban di luar ekspektasinya. Cowok manis bak kucing rumahan itu kini malah memberinya sengatan listrik di sentuhan tangannya. Lalu, kepala Dimas mendekat dan matanya menggelap.

"Sengaja ... karena gue mau ini," gerakan selanjutnya berhasil membuat Distia kehilangan kata. Cowok itu menciumnya tepat di bibir. Memagutnya dengan perlahan tapi pasti. "Please, Dis. Ingetin gue buat berhenti setelah lima menit ...."

Permintaan Dimas membuat Distia tergelitik untuk terus memancingnya dengan pertanyaan nakal.

"Kalau lebih lima menit, emang kenapa?" tanya gadis itu dengan wajah sok polos. Oh jangan lupa juga bagaimana dia menggigit bibir bawahnya dengan sengaja, membuat Dimas mengerang tertahan dibuatnya.

Maka dari itu, Dimas memejamkan mata sesaat sebelum mengumpulkan setiap abjad untuk ia katakan kepada Distia. Namun di sisi lain, ada satu hal yang membuat tubuh gadis itu menegang, yaitu sentuhan telapak tangan Dimas yang sudah merayap di permukaan kulit perutnya.

"Kalau lebih lima menit ... bisa-bisa kita punya bayi. Emang lo mau, punya bayi sama gue?"

***END***

Hahah, kangen lapak Duo D. Buat yg gatau, Dimas adalah adiknya Renita 'Dangerous Boss' 🐈dia punya lapak sendiri (Seduce The Goodboy) tapi utk sementara aku unpublished wkakakak 👌

Short Story Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang