Nicolaj meringis nyeri karena luka tembaknya yang belum pulih. Sudah dua minggu semenjak kejadian hari itu, sudah selama itu pula Nicolaj fokus kepada penyembuhan dirinya. Beruntung, gadis pencuri itu tidak melakukan sesuatu yang membuatnya semakin pusing seperti mecoba kabur seperti biasa.
Alina tidak pernah lagi merencanakan pelariannya, tapi gadis itu menggantinya dengan menyelinap diam-diam ke kamar Nicolaj untuk melihat keadaan pria itu, atau pergi ke dapur dan mencari makanan dan menghabiskan waktu dengan melihat kebun bunga milik mendiang ibu Nicolaj.
Seperti pagi ini misalnya, Nicolaj dapat melihat gadis itu berlari mengejar kupu-kupu di taman milik ibunya, pria itu berdiri di balkon kamar sementara para penjaga tetap mengawasi pergerakan gadis itu.
Helaan napas panjang terdengar dari pria itu, luka tembak di perutnya bukan terjadi tanpa alasan, ia bertemu dengan Robert Mavraa dan para anak buahnya. Pria tua itu meminta agar putrinya dilepaskan tapi Nicolaj menolak kecuali pria itu sendiri yang datang ke rumahnya dan mengakui semua perbuatannya di depan Alina.
Sampai akhirnya Robert tersulut emosi dan berakhir dengan menembak pria itu. Robert juga mengatakan ia akan mengambil Alina dengan tangannya sendiri secepatnya. Awalnya, Nicolaj pikir Robert akan datang lebih cepat, tapi hingga hari ini ia tidak mendapati tanda-tanda kedatangan pria itu.
Nicolaj juga sebenarnya tidak berniat menahan gadis itu lebih lama, sedikit banyak perbincangannya dengan Fellix berhasil membuka mata hati Nicolaj bahwa tidak sepantasnya ia melimpahkan semua dendamnya kepada gadis itu. Robert Mavraa memang bajingan, tapi putrinya tidak bersalah sama sekali. Oleh karena itu Nicolaj tidak terlalu peduli lagi jika Alina berniat kabur tapi ternyata gadis itu malah tidak melakukan apapun selain mengganggu masa istirahatnya selama dua minggu ini.
"Hei, aku membawakan bunga untuk kamu."
Sebuah suara membuat Nicolaj terkejut dan ia segera berbalik lalu melihat gadis pencuri itu sudah berdiri di depannya dengan setangkai bunga mawar merah.
"Apa kamu selalu menyelinap seperti hantu?" tanya Nicolaj dengan mata menyipit.
"Tentu saja tidak." Alina dengan berani menarik salah satu tangan pria itu dan meletakkan bunganya di sana. "Untukmu."
"Dan kamu mencurinya dari tamanku," kata Nicolaj sinis. "Pencuri."
"Apa kamu tidak bisa bersikap ramah? Monster di film Beauty and The Beast saja bisa bersikap baik dan menyayangi Bellé yang diculiknya, kenapa kamu tidak?"
"Karena aku bukan monster jelek itu dan kamu bukan Bellé."
"Memang bukan, tapi apa yang kualami sangat mirip dengan dongeng itu. Lihat, aku terjebak di istanamu yang menyeramkan ini—kecuali taman bunga itu—lalu kamu tidak membiarkan aku pergi dan selalu berhasil menangkapku kembali, kamu mengambil aku dari keluargaku, membuatku terpisah dari ibu, ayah, dan adikku—"
"Pergilah."
"Apa?"
Nicolaj mendengkus kecil sebelum kembali berbalik memunggungi gadis itu. "Pergilah kalau itu yang kamu mau, aku tidak akan menahanmu lagi...."
"...."
"...."
Alina mengerjapkan matanya beberapa kali dan entah mengapa ia menjadi sedih melihat punggung pria itu. "Aku mendengarnya...."
Kening Nicolaj mengerut mendengar ucapan gadis itu tapi ia tidak mengatakan apapun dan menunggu Alina berbicara.
"Aku mendengar pembicaraanmu dengan Fellix...."
Pegangan Nicolaj pada pagar balkonnya mengerat sementara napasnya terhenti sesaat. Gadis itu pun kembali berkata, "Tapi aku tidak percaya... ayahku... tidak mungkin melakukan hal sekeji itu. Itu pasti salah paham, atau ia... ia hanya dijebak."
![](https://img.wattpad.com/cover/236858586-288-k313441.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story Collection
NouvellesCerita pendek. Boleh request cerita dan kasih ide. Lapak untuk sobat halu. 🚧 THE RULES: Komentar yang sifatnya menjatuhkan tanpa memberi saran akan langsung di-BLOCK. Kenapa? Karena aku sering banget nemu komen: "kentang banget thor" di beberapa...