"AYAH!!!" Anak laki laki berumur tujuh tahun itu berlari, menghampiri pria yang baru saja menginjak usia kepala empat, yang sudah tergeletak berlumuran darah setelah terlempar beberapa meter di depan mata kepalanya sendiri. Tangisan anak itu pecah sembari memeluk ayahnya, mendekapnya erat tanpa peduli bagaimana keadaan bajunya yang ikut dipenuhi darah, berharap Tuhan iba dan memberi kesempatan untuk tetap hidup, menyaksikannya tumbuh hingga menjadi sosok lelaki dewasa.
Ayah dari anak itu berusaha mengumpulkan seluruh sisa tenaganya, menyempatkan diri untuk menatap anaknya dalam, mengeluarkan segala kemampuannya untuk bisa bertahan meski sejenak. Ia tahu, secepatnya, ia akan dijemput oleh malaikat, yang hendak membawanya berpulang ke rumah yang sesungguhnya. Perlahan, ia menggerakkan tangannya, meraih dan mengusap lembut tangan kecil putra sematawayangnya, "A.. ayah ti..tip Bun..da ya..."
***
Vale melirik jam tangannya, kemudian kembali menatap temannya yang sama sekali tidak berkutik dari buku yang sudah lama berada di genggamannya. Dua jam sudah ia lewati hanya dengan menemani rekannya yang dibuat sibuk oleh dunianya sendiri, padahal sedari tadi perutnya sudah meraung minta diisi. "Mata lo nggak capek, apa?"
"Nggak."
"Gue yang capek, anjir," protes Vale.
"Gue nggak minta lo buat nemenin gue, Val."
"Lo nggak laper, apa? Ke kantin dulu ayo, Lan," ajak Vale.
"Lo duluan aja." Vale menghembuskan napas kasar, temannya sama sekali tidak bisa diganggu jika sudah menjalin ikatan dengan bukunya. Tanpa banyak basa-basi, dia meninggalkan Aslan, kali ini perutnya lebih penting dibanding persahabatannya.
***
Kyra menikmati suapan terakhir dari salah satu makanan favoritnya dengan lahap, bakso. "Makan tuh yang cepet, Ndy," goda Kyra melihat makanan temannya yang masih tersisa setengah porsi, membuat Indy mengerucutkan bibirnya. "Gue duluan deh, ya."
"Dih, kok main ninggal sih! Nggak asik," protes Indy. "Disini dulu deh, Ra, temenin gue," rengeknya. Indy memang tidak suka sendirian, berbeda dengan Kyra yang tidak masalah ketika ia memang harus sendirian.
"Lagian makan lo lama banget. Sekali suapan, seribu kunyahan, tau ga lo. Keburu jadi bubur tuh baksonya di mulut lo," kata Kyra gemas. "Besok-besok kalau pesen makanan, request sama abangnya setengah porsi aja, biar cepet."
"Yee, namanya juga makanan, jadi kudu dinikmati. Lo aja yang laper, mana cepet banget makannya," protesnya tidak mau kalah. "Ah, diem dulu. Kalau lo ajakin gue ngobrol, bakal makin lama selesainya." Kyra tersenyum kecil, sahabatnya ini memang tidak pernah berubah.
Gadis berambut panjang ini memilih untuk membuka media sosialnya, menggulir linimasa Instagram, mencoba mencari hiburan yang dapat mengalihkan rasa bosannya menunggu Indy yang belum juga merampungkan baksonya. Jarinya terhenti ketika menemukan sebuat foto dari salah satu akun yang menampilkan seorang lelaki yang ternyata cukup terkenal di sekolahnya. "Dia emang sepopuler itu ya, Ndy?" tanya Kyra masih memerhatikan layar gawainya, mengamati seorang lelaki yang sedang berpose dengan bole basket di tangannya.
Indy melirik handphone Kyra, ingin tahu siapa yang sedang Kyra bahas. "Vale? Siapa si yang nggak kenal sama Vale? Coba deh, siapa?" jawab Indy masih berusaha menyuap baksonya, meskipun perutnya sudah menolak untuk diisi lagi. "Keknya gue nggak bisa ngehabisin bakso ini, deh, Ra."
"Dih, habisin lah. Tanggung jawab itu juga dilatih dari bagaimana kita memperlakukan makanan yang sudah kita beli," kata Kyra kembali menggulir linimasanya.
"Tapi gue udah kenyang, Kyra. Ntar, kalau gue kekenyangan trus muntah, gimana?"
"Alasan lo gitu gitu aja, kreatif dikit kek," kata Kyra bangkit dari duduknya. "Ya udah, ayo balik ke kelas. Lain kali beli setengah porsi aja, sayang banget kalau nggak lo habisin lagi." Tanpa menunggu temannya, Kyra mengambil langkah, meninggalkan Indy yang bersusah payah meneguk minumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight
Teen FictionJika kau bertemu dengan gadis cantik yang terkenal dengan sifat angkuhnya, akankah kau mencintainya? Lalu, jika kau bertemu dengan lelaki pintar dan juga baik hati tetapi memiliki sikap yang dingin, akankah kau membuka hati untuknya? Lantas, apabila...