Teori Asal Usul Kehidupan

34 13 28
                                    

Lelaki jangkung itu melangkah dengan secangkir teh manis di tangannya. Sebenarnya, dia tidak mengerti mengapa temannya berada di klinik, padahal Vale hampir selalu menolak ketika diajak mengunjungi ruangan serba putih itu. Setengah perjalanan, netra Aslan menangkap sosok Indy yang tampak kebingungan. Indy, yang juga sedang memperhatikan Aslan, langsung menghampirinya. "Kenapa, Ndy?"

"Lo lihat Kyra, nggak?" tanya Indy to the point. Aslan menggeleng sebagai jawaban. "Serius nggak lihat Kyra? Lo nggak ribut lagi, kan, sama dia?"

"Enggak, gue sama sekali nggak lihat dia. Bukannya biasanya nempel sama lo, ya?" Indy menghembuskan napas, tidak ingin menjawab pertanyaan Aslan yang sama sekali tidak membantunya.

Merasa diabaikan, Aslan kembali mengambil langkah, berniat meninggalkan Indy yang sedang bergelut dengan pikirannya. Namun, langkahnya kembali berhenti ketika Indy menahan tangannya. Dia menatap Indy, seakan memberikan pertanyaan kenapa-lagi lewat tatapannya.

"Lo mau kemana?"

"Klinik," jawab Aslan singkat. "Lo mau ikut gue?"

"Boleh ikut?" tanya Indy memastikan dan hanya dibalas dengan anggukan oleh Aslan. Lelaki dengan tinggi badan hampir 180 cm itu memberikan anggukannya. Mereka berjalan beriringan dengan jarak yang lumayan jauh, Indy tidak ingin membuat Aslan merasa tidak nyaman karena Aslan berteman dekat dengan kakaknya, Abhim. "Emang lo mau ngapain ke klinik?" tanya Indy memecah keheningan.

"Vale disana."

"Vale bisa sakit?" Aslan mengangkat bahunya, tanda tidak tahu. Indy mendengus kesal, sebenarnya dia tidak nyaman berada keheningan bersama Aslan, tetapi dia juga terlalu malas untuk kembali membuka percakapan dengan lelaki yang lebih suka membungkam lisannya.

Aslan membuka pintu klinik yang kemudian menemukan seorang Vale sedang terduduk santai di sofa klinik. Tanpa permisi, Aslan langsung mendekati Vale, begitu pula dengan Indy.

"Kok lo sama Indy?" tanya Vale bingung dengan kehadiran Indy.

"Nggak sengaja ketemu, terus dia ikut," jawab Aslan singkat. "Kenapa lo?"

"Sehat bugar sentosa."

"Terus kenapa di klinik?" Indy membuka suara. "Lo bolos, Le?" curiga Indy. "Gila lo ya, bener kata Abhim kalau lo doyan bolos."

"Kaga, gue kaga bolos, Indy. Ketahuan nih kalau sering rumpiin gue sama Abhim, ngaku nggak lo?" elak Vale.

"Ya, terus kenapa lo disini?" Kali ini Aslan ikut buka suara. Bertepatan dengan pertanyaan Aslan, pintu toilet terbuka dan terlihat sosok Kyra keluar dari sana. Aslan mengernyitkan dahi, sedangkan Indy terlihat membulatkan matanya dengan bibir yang lumayan terbuka. Kyra juga tak kalah terkejutnya melihat keberadaan Aslan dan Indy, yang seharusnya mereka tidak ada disini. "Lo ngapain sama Kyra?" tanya Aslan menyelidik.

"Gila lo ya, jaga omongan lo," seru Kyra.

"Gue cuma nanya, lo ngapain sama Kyra?" ulang Aslan tanpa melihat Kyra.

"Bro, lo tau gue kan? Gue nggak mungkin lah macem-macem sama cewek, jangan mikir yang aneh-aneh," jelas Vale. Lelaki itu menyisir rambutnya santai lalu menoleh ke arah Kyra yang masih berdiri di tempatnya. "Kyra pingsan di deket toilet yang ada di koridor, kebetulan gue lewat, jadi ya udah gue bawa ke klinik." Penjelasan Vale membuat Aslan kembali menatap Kyra, sebenarnya dia merasa bersalah karena sudah berprasangka buruk pada gadis itu, tetapi dia tidak ingin merendahkan hatinya untuk kali kedua, mengingat sampai detik ini Kyra belum melontarkan kata maaf padanya setelah pertengkaran yang belum lama terjadi.

"Kalau nggak tau kejadiannya, mending diem aja deh, daripada sok tau," sindir Kyra tersenyum miring. "Malu," tekannya sekali lagi. Kyra menghampiri Aslan, mengambil alih secangkir teh manis hangat dari tangannya. Netranya menatap Aslan tajam dengan bibir mungilnya yang sedikit tersenyum miring. Tanpa persetujuan lawan bicaranya, gadis itu meneguk teh tersebut lalu menarik lengan Indy dan mengajaknya pergi begitu saja, meninggalkan Aslan yang masih menatapnya dingin. Vale tersenyum kecil melihat permusuhan antara Aslan dan Kyra, menurutnya ini akan menjadi hal yang menarik.

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang