Love Sign

44 13 33
                                    

Vale menembak bola basketnya ke dalam ring dan berhasil mencetak three point. Kali ini, mereka sedang berkumpul di rumah Abhim, berlatih basket di lapangan basket milik Abhim. "Lo pada nggak mau main?" tawar Vale yang mulai bosan latian sendirian.

"Gue skip," tolak Abhim yang sibuk memainkan gitarnya.

Manik mata Vale beralih ke arah Aslan, berharap temannya berbaik hati untuk memilihnya dibanding buku yang sedari tadi berada di tangannya. Namun, Aslan lebih mencintai bukunya daripada temannya yang memamerkan wajah termanisnya.

Vale mendengus kesal, terkadang teman-temannya memang sangat menjengkelkan, seperti saat ini. "Ayo olahraga teman-teman ku, kesehatan fisik itu penting," kata Vale berusaha merubah pikiran dua lelaki yang sedang sibuk dengan dunianya. "Ayo dong, ah, nggak asik lo."

"Bacot lo, anjir. Main aja dah sendiri, sana," tolak Abhim.

"Coy, maen bola bekel aja lebih asik ada temennya, apalagi basket. Lo kira tanding basket itu individu?" protes Vale. "Ayo, bentar aja, Bhim, Lan," katanya merajuk temannya. "Temen kalian mau persiapan tanding loh ini."

"Yang tanding kan lo, bukan gue," kata Aslan melirik sekilas ke arah Vale. "Semangat," tambahkan tersenyum tipis kemudian kembali fokus pada bacaannya. Bibir Vale mengerucut, jika seperti ini ia sudah tidak bisa memaksa teman-temannya.

"Misi bujang-bujang, tuan putri bawain camilan nih," kata Indy yang tiba-tiba datang membawakan nampan berisi camilan dan minuman dingin. "Dimakan ya bujang-bujang," tambahnya.

"Makasi ya, babu," ucap Abhim.

"Kurang ajar lo. Gue itu TUAN PUTRI," kata Indy tidak terima, menekankan perkatannya.

"Mana ada tuan putri bawain camilan?" goda Abhim.

"Ye, ini kan tuan putrinya lagi baik aja, nawarin diri sekalian membesuk bujang-bujang gabut," kata Indy tidak mau kalah. "Gue boleh gabung nggak, sih?"

"Dih, sapa lo," lagi lagi Abhim yang menjawab seluruh perkataan Indy.

"Lo mulu yang jawab, bosen gue. Vale, Aslan, gantian kek lo yang jawab omongan gue," protes Indy kesal. "Susah emang ngobrol di circle yang beda frekuensi."

"Emang lo tau artinya frekuensi itu apa?" kata Vale yang tertarik untuk bergabung menggoda Indy.

"Tt...tau lah, gila lo ya. Gue kan pinter," ucap Indy.

"Coba kasih tau gue, apa sih frekuensi itu?" tambah Abhim terkekeh. "Kasih tau gue, tuan putri yang pintar."

"Ya... ya pokoknya itu dah, gue nggak bisa jelasin," kata Indy, sebenarnya dia sendiri tidak tau arti dari kata frekuensi itu sendiri. Dia hanya sering mendengarnya lalu ikut menggunakannya.

"Nggak bisa ngejelasin apa emang nggak tau?" goda Vale. "Aslan, coba deh kasih tau Indy, frekuensi itu apa sih?"

"Tergantung, frekuensi dalam konteks apa dulu," kata Aslan sembari membalik lembaran bukunya. "Menurut KBBI, frekuensi adalah kekerapan munculnya suatu hal dalam batasan tertentu. Dilihat dari konteks fisika, berarti jumlah banyaknya getaran dalam satu detik atau satu sekon. Frekuensi dalam ilmu statistik adalah banyaknya kemunculan suatu bilangan dalam sebuah deretan angka. Nah, kalau arti frekuensi dalam pandangan hubungan pertemanan, maknanya adalah persamaan tentang pola pikir yang sama mengenai eksistensi diri masing-masing," jelas Aslan panjang lebar. Vale, Abhim, dan Indy cengo, tidak menyangka Aslan akan menjelaskan dari segala konteks. "Ada lagi?"

"Cukup, jangan lagi," kata Vale. "Lo udah cukup bikin gue pusing, Lan," tambahnya.

"Bukan lo aja, Le, gue juga. Indy keknya juga pusing denger omongan lo, Lan," tambah Abhim.

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang