Sebelum mulai baca, yuk vote dan mention asal kamu di kolom komen 😍
***
Dengan wajah masam Aksa melangkahkan kakinya menuju mobil dengan sebelah tangan yang terus menggenggam pergelangan tangan Zela. Membuat Zela sedikit kewalahan mengimbangi langkah lebar Aksa. Dalam hati Zela bertanya-tanya apa yang membuat lelaki di depannya terlihat begitu frustasi. Apa karena melihat dirinya dan Bagus bersama? apa Aksa cemburu pada Bagus? Zela yang tengah sibuk dengan pikirannya tersentak ketika langkah Aksa terhenti kemudian berbalik menghadapnya.
“Kamu belum memberitahu apapun padanya?”
“Iya. Aku belum memberitahu apapun soal kita dan tadi itu dia menyatakan perasaannya padaku.”
“Lalu kamu jawab apa? kenapa kamu gak bilang kalau kamu gak bisa menerima dia karena sedang mengandung anakku?”
“Lalu apa yang harus aku katakan padanya!? mengatakan bahwa saat ini tengah mengandung anak dari seorang pria yang pertama kali aku temui di depan cafe!?”
“Zela…”
“Kamu pikir siapa yang akan percaya saat aku mengatakannya!? bahkan aku juga nggak percaya dengan semua ini, tapi bodohnya aku memilih untuk percaya padamu!”
“Kamu mau membahasnya lagi?”
“Membahasnya lagi” dia bilang?
Dengan tangan yang kini mengepal kuat di samping tubuhnya, Zela menatap Aksa nyalang bahkan Zela dapat merasakan tubuhnya gemetar menahan emosi.“memangnya siapa yang lebih dulu membahasnya!? bukannya kamu? Seharusnya sejak awal aku nggak pernah percaya sama kamu atau mungkin sejak awal aku menggugurkannya saja, dengan begitu kamu gak perlu bertanggung jawab dan aku yang nggak akan terlibat dalam situasi--”
Kalimat Zela terhenti bersamaan dengan tangan Aksa yang mengcengkram kedua bahunya. Sekaligus menyadarkan Zela atas apa yang baru saja keluar dari mulutnya. Yang mana membuat Aksa tidak lagi dapat menahan emosinya.
“Aksa, aku…”
“Aku disini karena aku tahu ada kamu dan bayi kita yang menjadi tanggung jawabku.”
Entah kenapa melihat bagaimana cara Aksa menatapnya saat ini, menimbulkan rasa sakit lain selain di bahunya akibat cengkraman lelaki itu. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat matanya menatap sorot mata Aksa yang saat ini memancarkan kekecewaan padanya.
“Kamu mau menggugurkannya? kalau iya, silahkan aku tidak akan menghalangi. Tapi liat kamu kayak gini. Entah kenapa mengingatkan aku pada sosok ibu yang juga tak menginginkan anaknya, sepertimu.”
Bibir Zela seketika kelu untuk sekedar membalas Aksa. Perkataan Aksa barusan tidak hanya membuat jantung Zela seperti diremas, melainkan juga membuat Zela sadar betapa kecewanya aksa padanya.
Zela mendongak, memberanikan diri kembali menatap Aksa bersamaan dengan lelaki itu yang tiba-tiba melepas cengkeramannya. Aksa mundur kemudian berbalik tanpa menoleh lagi. Lelaki itu berjalan mendekati mobilnya meninggalkan Zela yang masih berdiri kaku menatap kepergiannya.
***
Zela akui dirinya sudah kelewat batas jika dilanda emosi, seperti kemarin saat dirinya tidak sadar mengatakan hal-hal yang begitu memancing kemarahan Aksa. Zela menghela napas panjang mengingat sejak pertengkaran mereka di parkiran kantor semalam Aksa tidak lagi pulang ke unitnya.
Awalnya Zela menganggap ketidak pulangan Aksa semalam di akibatkan adanya kesibukan seperti operasi mendadak. Tapi, semua prediksi Zela salah, ketika ia menelpon asisten Aksa yang mana nomor ponselnya Zela dapatkan dari dokter kandungannya, Alya. Lelaki itu berkata jika Aksa tidak memiliki jadwal operasi bahkan lelaki itu mengatakan bahwa Aksa telah pulang sore tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Doctor
ChickLitFollow dulu sebelum membaca. Bagaimana, jika tiba-tiba ada seorang pria yang datang menghampirimu dan mengatakan bahwa kau sedang mengandung anaknya? Terlebih pria itu merupakan orang asing yang bahkan belum pernah kau temui sama sekali. Itulah yang...