Follow dulu sebelum membaca.
Bagaimana, jika tiba-tiba ada seorang pria yang datang menghampirimu dan mengatakan bahwa kau sedang mengandung anaknya?
Terlebih pria itu merupakan orang asing yang bahkan belum pernah kau temui sama sekali.
Itulah yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebelum mulai baca, yuk vote dan mention asal kamu di kolom komen😍
***
“Yakin gak mau bareng aja?” tawar Aksa yang kesekian kalinya, membuat Zela yang tengah membawa piring kotor mereka ke wastafel melirik Aksa yang terus saja mengekorinya seperti anak kucing yang mengikuti tuannya.
“Iya, aku udah pesan taksi soalnya.”
“Dibatalin kan gapapa, gimana? mau kan?” tawar Aksa lagi yang sama sekali belum menyerah untuk membujuk Zela untuk berangkat bersama pagi ini, membuat Zela yang sudah meletakkan piring di wastafel menatapnya singkat sebelum kembali sibuk dengan piring kotor bekas sarapan mereka.
“Gak usah, aku pergi sendiri aja, oke?”
Mendengar suara helaan napas dari pria di sampingnya, membuat Zela yang mulanya sibuk menyabuni piring ditangannya melirik Aksa yang saat ini berdiri di sampingnya, dan entah ini akibat hormon atau ada hal yang lain, melihat raut putus asa yang ditunjukkan Aksa saat ini entah kenapa terlihat begitu menggemaskan dimatanya.
“Yaudah gapapa, tapi kalau udah sampai kantor jangan lupa kabarin aku.”
“Iya.”
“Kalau kamu butuh atau mau makan sesuatu langsung kabarin aku.”
“Iya.”
“Di kantor jangan terlalu kelelahan, itu gak baik buat kondisi kamu.”
“Iya.”
“Nanti pulangnya aku jemput.”
“Iya, apa?” tanya Zela seketika.
“Apa?” tanya Aksa balik menatap Zela dengan tampang polosnya membuat Zela dengan cepat mencuci kedua tangannya yang dipenuhi busa kemudian mendongak menatap Aksa yang saat ini juga balas menatapnya.
“Yang tadi, kamu apa?”
“Pulangnya aku jemput?”
“Gak usah, aku bisa pulang sendiri kok.”
Mendengar penolakan Zela yang entah sudah kesekian kalinya pagi ini, Aksa mendesah pasrah kemudian menganggukkan kepalanya mengerti dengan kedua sudut bibirnya yang dipaksa untuk melengkung. Membentuk senyum manis demi gadis di depannya.
“Hmm ya udah, gapapa,” ucap Aksa mengalah.
“Aku pergi ya, jaga diri baik-baik dan ingat kalau ada apa-apa jangan lupa kabarin aku,” lanjut Aksa, dan sebelum benar-benar pergi tidak lupa pria itu memberikan kecupan pelan di keningnya, membuat tubuh Zela yang belum terbiasa mendapat perlakuan seperti ini seketika menegang kala dirinya merasakan benda basah itu menempel dikeningnya untuk beberapa detik.
“Titip pesan buat babynya, jangan buat mama muntah-muntah ya,” bisik Aksa lirih sebelum menjauhkan dirinya. Namun, entah kenapa bisikan lirih itu begitu berpengaruh untuk pacu jantung Zela yang seketika memompa dua kali lebih cepat dari biasanya.