Bab 11

3.1K 242 45
                                        

Sebelum mulai baca, yuk vote dan mention asal kamu di kolom komen😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum mulai baca, yuk vote dan mention asal kamu di kolom komen😍

***

Zela berbaring miring dengan sebelah tangan yang terulur meraih ponselnya di atas nakas. Dan mengetahui bahwa sudah hampir tengah malam, yang mana berarti dirinya telah menghabiskan waktu hanya berbaring selama kurang lebih tiga jam, Zela seketika menghela napasnya gusar.

Zela pikir sekembalinya dari pesta, dirinya bisa mengistirahatkan diri. Namun, bukannya mengistirahatkan diri. Dirinya malah gelisah sendiri saat sekelebat bayangan beberapa makanan menghantui, tiap kali mencoba menutup mata. Tak tahan dengan perasaan gelisah yang di alaminya. Zela bangkit dan duduk di atas kasur dengan pandangan menatap ragu ponsel di tangannya.

Apa sebaiknya dirinya memberitahu Aksa? tapi bagaimana jika dirinya malah mengganggu pria itu?

Zela menggeleng. Bukannya Aksa sendiri yang mengatakan padanya untuk tidak berpikir dua kali untuk meminta bantuannya? menyakinkan diri, Zela membuka kunci ponselnya dan segera mencari kontak whats*ap Aksa. Namun baru mengetik beberapa kata, Zela kembali menghapusnya. Tidak. Sudah cukup dirinya merepotkan pria itu dengan mengantar dirinya pulang lebih awal dari pesta tadi.

“Kamu yang sabar ya dek, besok nanti kita cari makan sepuasnya,” gumam Zela sembari mengelus perutnya yang masih terlihat rata.

Di tengah aksinya yang tengah bernegosiasi dengan calon anaknya untuk mau menunggu sampai esok hari. Suara dari dering ponselnya membuat Zela menoleh, menatap ponselnya yang tergeletak tepat di sampingnya. Dan melihat nama Aksa yang tertera, membuat Zela yang tadinya yakin tidak akan kembali merepotkan pria itu seketika dilanda kegamangan.

Angkat aja Zel, dan minta bantuan aksa buat nyariin seblak, toh dia juga belum tidur.

Zela menoleh ke arah kanan dengan kepala yang mengangguk pelan, membenarkan apa yang baru saja di katakan oleh dirinya yang lain.

Abai aja Zel, emang kamu gak malu terus-terusan ngerepotin Aksa?

Kembali mendengar suara lain dari arah kirinya. Zela menghembuskan napasnya kasar.

Bukannya Aksa sendiri yang menawarkan diri? jadi gak masalah dong. Ucap dirinya yang lain yang berada di seblah kanannya, membuat dirinya yang lain yang berada di seblah kiri melotot tak terima.

Tau diri juga perlu! Bukan karena dia sendiri yang nawarin diri, kamu jadi gak tau ma--

“Kalian bisa diem gak sih!” teriak Zela kesal dengan kedua tangan yang dikibaskan ke udara, mengusir bayangan-bayangan dirinya yang membuatnya kesal.

Melirik ponselnya yang kini sudah kembali ke layar utama. Zela menghela napasnya lega. Awalnya Zela pikir memilih mengabaikan panggilan Aksa adalah pilihan tepat, ya seperti itu. Tidak sebelum ponselnya yang kembali berbunyi dan membaca pesan yang baru saja masuk.

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang