Bab 8

3.8K 342 29
                                    

Sebelum mulai baca, yuk vote dan mention asal kamu di kolom komen😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum mulai baca, yuk vote dan mention asal kamu di kolom komen😍

***

Setelah menutup pintu di depannya, Zela berbalik dengan pandangan yang menatap laporan di tangannya, membuat Zela menutup kedua matanya dengan helaan napas kasar yang terdengar dari mulutnya.

Sejak dari rumah sakit tadi, Zela terus saja dilanda rasa mual, membuat dirinya tidak bisa begitu fokus menyelesaikan laporannya, dan membuatnya berakhir mendapat omelan dari pak Irwan yang menurutnya laporan yang dibuatnya tidak se rapi biasanya.

"Muka kamu kok kusut gitu Zel, ada masalah?" tanya Amelie sesaat melihat Zela memasuki kubikelnya dengan wajah muram.

Melihat Zela yang mengangguk pelan membuat Amelie berinisiatif mendekati gadis itu, ketika melihat Zela yang kini sudah kembali duduk di depan komputernya.

"Emang ada masalah apa?"

"Pak Irwan, katanya aku perlu ngerivisi laporan keuangan bulan ini," jelas Zela yang membuat Amelie menatapnya bingung.

"Tumbenan, biasanya kamu cuman sekali buat."

"Aku juga gak tau, mungkin karena buatnya kurang fokus jadi hasilnya berantakan, huaaa mana katanya harus selesai besok lagi," keluh Zela dengan wajah yang ditelusupkan pada kedua tangannya yang dilipat di atas meja.

"Hahaha kamu yang sabar ya, Zel," ucap Amelie menyemangati disertai dengan tepukan pelan dibahu kiri Zela.

***

"Zela? Kamu ngapain masih disini?"

Zela yang tengah serius menatap layar komputer di depannya yang saat ini menampakkan jurnal-jurnal yang berisi pergerakan alur kas kantor dalam satu bulan ini, menoleh ke arah pintu sesaat dirinya mendengar suara lain yang menegurnya.

"Oh Bagus, udah mau pulang Gus?" tanya Zela basa-basi yang sama sekali tidak di tanggapi oleh pria yang saat ini melangkah pelan mendekatinya.

"Ini udah jam7, udah pulang semua, ayo nanti kuantar."

Zela yang kembali sibuk dengan komputernya, hanya melirik Bagus sekilas, sebelum kembali memfokuskan pandangannya ke arah depan.

"Kamu pulang duluan aja, ini juga udah mau kelar kok."

Melihat Bagus yang langsung pergi begitu saja, membuat Zela menghela napasnya, kemudian meregangkan otot-otot lehernya yang terasa begitu ngilu.

Setelah meregangkan otot-ototnya yang terasa ngilu, dengan lincah jari-jari Zela kembali menari di atas keybord, dan mengerjakan tugasnya dengan penuh ketelitian. Sebisa mungkin menyelesaikan revisi laporan sesuai dengan batas waktu yang diberikan.

"Ini untukmu."

Mendengar suara benda yang beradu dengan mejanya, membuat fokus Zela terpecah sesaat matanya melirik segelas kopi dengan aromanya yang begitu nikmat memasuki indra penciumnya.

My Protective DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang