Gadis dengan rambut bergelombang sepanjang siku itu, terlihat tengah asik membaca novel kesukaannya, dengan tangan yang sesekali terarah mengambil cookies di dalam mangkok yang terletak di sampingnya.
Pip Pip Pip.
Suara alarm yang terdengar begitu nyaring, membuat gadis yang tengah asik dengan dunianya itu, seketika tersadar. Dimatikannya alarm yang telah menganggu aktivitasnya. Kemudian melangkah kearah rak buku dan mengembalikan buku yang dibacanya pada tempatnya.
"Sudah saatnya..." Gumam gadis itu sembari memperhatikan seluruh penjuru kamarnya.
Ditariknya koper yang kini sudah terisi penuh dengan pakaiannya. Kemudian mengambil sepatu hak tinggi di salahsatu lemari di dalam kamarnya.
Didorongnya pintu kayu berwarna cokelat di depannya. Kemudian menghela napas. Rasanya begitu berat untuk keluar darisini. Membuatnya kembali menoleh dengan koper yang berada di tangannya.
Ditutupnya kedua mata indahnya.
Saat pandangannya jatuh pada figura foto yang menampakkan dua orang dewasa dengan senyum bahagia yang tecetak diwajah mereka, tengah memeluk anak dengan rambut sebahu serta poni yang menutupi dahi. Membuat gadis itu dengan cepat melangkah keluar meninggalkan suara bantingan pintu yang begitu terdengar.Masih terekam jelas di ingatan, kenangan masa kecilnya dengan keluarga utuh yang begitu bahagia. Namun, seperti yang sering manusia lain katakan, bahwa semuanya dapat berubah, hanya menunggu waktu, kapan semua itu terjadi...
***
"Apa kau tau seberapa fatal kesalahan yang kau lakukan!!" Teriak seorang pria yang kini tengah mencengkram kerah kemeja pria lainnya. Membuat pria yang kini tengah di cengkram kerah kemejanya menunduk dengan tubuh bergetar ketakutan.
"Maafkan kami atas kesalahan yang kami lakukan Tuan," ucap pria lainnya yang berada di belakang pria yang tengah menghadapi kemurkaan Tuannya dengan kepala menunduk dalam.
"Apa kalian belum mengerti? Kesalahan yang telah kalian lakukan ini, berakibat fatal padaku! Kalian mengerti!?"
"Maafkan kami Tuan."
"Jangan katakan maaf yang tidak berguna padaku. Segera cari tahu keberadaan gadis yang bernama Anzela itu!"
***
Anzela Pov
Tidak banyak hal yang terjadi di hidupku sejauh ini. Sejak meninggalkan rumah tiga bulan lalu, membuatku harus mencari nafkah untuk diriku sendiri. Sebisa mungkin aku membiayai hidupku yang kini serba pas-pasan. Tidak seperti diriku yang dulu, hanya mengatakan keinginanku dan aku akan mendapatkannya hanya dalam waktu beberapa jam saja.
Tidak terasa tiga bulan telah berlalu. Namun tidak ada satupun dari mereka yang mengabariku, hanya untuk sekedar menanyakan kabar atau keadaanku saat ini. Aku sadar bahwa aku telah cukup besar untuk bergantung kepada mereka. Tapi, bukankah seorang anak tetap berhak menerima kasih sayang orang tuanya walaupun kini sudah beranjak dewasa?
Aku menatap iri seorang anak yang kini tengah berlarian dengan saudaranya. Suara tawa bahagianya terdengar begitu jelas saat gadis berambut pirang itu berhasil di tangkap oleh kakak laki-lakinya yang aku perkiran hanya berjarak satu atau dua tahun dari adiknya.
Orang tuaku kini telah memilih jalan mereka masing-masing. Meninggalkan luka yang masih belum mengering hingga saat ini dihatiku. Aku marah, kecewa, kepada mereka. Namun, sekeras apa aku menyakinkan keduanya, tetap saja mereka lebih memilih untuk tetap berpisah, dengan berbagai alasan yang mereka ciptakan.
Dulu, sejak aku kecil kedua orang tuaku juga sering membawaku ke taman di waktu weekend seperti sekarang. Mengajakku bermain sepanjang hari, hanya sekedar menebus waktu mereka yang lebih banyak dihabiskan di tempat kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Doctor
ChickLitFollow dulu sebelum membaca. Bagaimana, jika tiba-tiba ada seorang pria yang datang menghampirimu dan mengatakan bahwa kau sedang mengandung anaknya? Terlebih pria itu merupakan orang asing yang bahkan belum pernah kau temui sama sekali. Itulah yang...