Zela menggigit kuku jari tangannya, kebiasaannya sejak dulu saat dirinya dilanda rasa bingung.
Sudah beberapa menit yang lalu dirinya berdiri di depan pintu unit Aksa, namun Zela ragu akan keputusannya yang akan menemui dan menanyakan perihal ini pada Aksa. Zela takut dengan jawaban apa yang akan diberikan Aksa padanya saat dirinya bertanya.
Zela menghembuskan napasnya kasar, kemudian menatap pintu di depannya. Oke, dirinya tinggal mengetuk pintu di depannya, kemudian masuk dan menanyakan hal ini pada aksa batin Zela yang terus saja mencoba memberi keyakinan pada dirinya sendiri.
Cklek.
Baru saja Zela melayangkan kepalan tangannya ke arah pintu, suara pintu yang terbuka membuat Zela dengan cepat menarik kepalan tangannya, dan membalas tatapan Aksa yang kini menatapnya dengan alis terangkat.
"Ada apa?"
Pertanyaan yang dilontarkan Aksa padanya, membuat Zela berdehem kemudian mengangkat wajahnya untuk menatap Aksa yang lebih tinggi darinya, "aku ingin menanyakan sesuatu."
Dilihatnya Aksa yang memasang wajah bingungnya, kemudian menggeser tubuhnya, memberinya ruang untuk masuk ke dalam unit pria itu.
Zela yang sudah melangkah masuk, langsung mendudukkan dirinya disofa. Setahu Zela dirinya baru berdiri beberapa menit di depan pintu unit Aksa, tapi entah kenapa dirinya begitu merasa lelah.
"Apa kamu punya minuman dingin?" tanya Zela yang baru saja melihat Aksa melangkah masuk setelah menutup pintu unitnya.
"Aku ambilkan dulu."
Zela mengangguk, kemudian mengipasi wajahnya menggunakan kertas yang dirinya temukan di atas meja.
"Ini, minumlah," ucap Aksa sembari meletakkan segelas air putih di atas meja.
Setelah menghabiskan segelas air yang dibawa Aksa. Melalui ekor matanya, Zela dapat melihat Aksa yang kini sudah mendudukkan dirinya diujung sofa.
Aksa pasti tau kan apa yang sebenarnya terjadi? Tanya batin Zela, memperhatikan Aksa yang terlihat sibuk dengan ponselnya.
Tapi gimana tanyanya? Masa aku tiba-tiba tanya 'apa sebelumnya kita pernah melakukan one night stand?' tanya batin Zela lagi, kemudian menghela napasnya kasar. Membuat Aksa yang duduk di sampingnya menoleh padanya.
"Kenapa?" tanya Aksa yang kini sudah merubah posisinya menghadap Zela, dengan sebelah tangan yang ditumpukan di atas senderan sofa.
"Ngga, aku cuman ... kurang enak badan."
"Kamu sakit?"
Zela mematung di tempatnya, saat Aksa semakin mendekatkan dirinya, kemudian menempelkan punggung tangan pria itu didahinya, "bagian mana yang sakit? apa aku perlu bawa kamu kerumah sakit?"
Zela yang melihat Aksa bangkit dari sofa, dengan cepat menarik tangan pria itu. Membuat Aksa dengan cepat menoleh padanya, "aku ambil kunci mobil dulu."
Zela menggeleng, "gak perlu, kalau dibawa istirahat juga pasti udah baikan."
"Kalau gitu malam ini kamu tidur disini aja."
Zela yang mendengar ucapan Aksa, dengan cepat menoleh kearah pria itu, "aku bisa tidur di unitku sendiri."
"Kalau gitu, aku yang menginap disana."
Dengan mata melotot, Zela berdiri dari duduknya kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "kenapa harus menginap? Kamu gak ada niat jahat kan?"
Aksa yang melihat tingkah Zela, menutup kedua matanya kemudian menghembuskan napasnya pelan.
"Kalau aku ada niat jahat, mungkin aku udah jahatin kamu sejak awal. Aku mohon jangan bersikap seperti ini, hargai usaha aku yang ingin bertanggung jawab."
"Ber-bertanggung jawab?"
"Ya, aku hanya mau mempertanggung jawabkan perbuatanku. Mungkin perbuatanku gak bisa dimaafkan, tapi seenggaknya biarin aku bertanggung jawab atas kesalahan yang sudah aku perbuat."
"A-aksa..."
"Dan juga ... aku minta maaf kalau sikapku buat kamu jadi kurang nyaman," lanjut Aksa.
"Anu ... aku."
"Sudah, gak usah dibahas. Bisa ... kamu duduk lagi?" tanya Aksa dengan senyum yang menghiasi wajah pria itu, sembari menepuk pelan sofa di sampingnya.
"Ba-baik."
Zela yang sudah kembali duduk, hanya bisa menundukkan kepalanya dalam. Dirinya begitu sadar bahwa Aksa masih memperhatikannya dengan senyum yang masih terukir. Membuat wajah Zela bersemu malu, karena tingkahnya yang begitu konyol.
"Oh ya, daritadi aku mau tanya, kenapa kamu cuman berdiri di depan? Kenapa gak langsung pencet bel aja?"
"Kamu tau?"
Aksa yang mendengar pertanyaan dari Zela tertawa pelan, kemudian menunjuk kearah laptopnya yang saat ini menampakkan lorong bagian luar unit pria itu.
Membuat Zela yang melihat itu menggaruk tengkuknya canggung, kenapa dirinya sama sekali tidak menyadarinya! teriak batin Zela, " oh itu, aku ... cuman gak tau aja mau ngasih alasan apa kalau bertamu di apartement cowok malam-malam kayak gini," jawab Zela yang sepenuhnya tidak berbohong.
Sedangkan Aksa yang mendengar jawaban Zela semakin melebarkan senyumnya. Diletakkannya tangan kanan miliknya di atas kepala Zela kemudian mengacak rambut gadis itu pelan, "lain kali kalau mau bertamu langsung pencet bel aja, kamu gak perlu nyiapin alasan dulu oke?"
Dengan wajah memerah Zela menganggukkan kepalanya pelan, "o-oke."
Aksa yang menyadari kegugupan Zela, dengan cepat menarik tanganya dari atas kepala gadis itu, "ma-maaf, jangan marah yah. Soalnya aku cuman gemas aja sama kamu. Jadi aku refleks."
"Mmm ... apa aku ngasih pin unit aku aja?" tanya Aksa tiba-tiba setelah beberapa menit terdiam.
Zela yang sedari tadi menunduk, seketika memberanikan diri mengangkat kepalanya, menatap Aksa, "untuk apa?"
"Untuk jaga-jaga."
"Mana ponsel kamu?" tanya Aksa, membuat zela menatapnya bingung.
"Ponsel aku? buat apa?"
"Siniin aja dulu."
Zela menghela napasnya, kemudian merogoh saku celananya, dan memberikan ponselnya kepada Aksa.
"Kamu ngapain?" tanya zela memperhatikan Aksa yang kini terlihat sibuk dengan ponselnya.
"Ini ... aku udah tulis pin unit aku disitu, dan bonus nomor ponsel aku," ucap aksa yang kini sudah mengembalikan ponselnya.
"Kamu udah minum susu hamil?"
"Susu hamil?"
Aksa mengangguk, "iya, kamu sudah minum?"
Zela menggeleng, "aku belum makan, makanya susunya juga belum diminum."
"Kamu belum makan sama sekali?" tanya Aksa tidak percaya.
"Sejak pagi tadi aku udah coba makan, tapi baru cium baunya aja udah buat aku mual."
Aksa menghela napasnya kemudian berdiri dari sofa, "yuk sini ikut. Biar aku yang masakin," ucap Aksa sembari mengulurkan tangannya.
"Eh?" tanya Zela menatap uluran tangan Aksa di depannya.
Melihat senyum yang terukir di wajah Aksa membuat Zela menghela napas, "ah iya," ucapnya, kemudian menerima uluran tangan Aksa.
TBC
Menurut kalian bab ini gimana?
Coba kasih tau aku apa yang kalian rasain setelah baca bab ini.
Btw jangan lupa untuk sumbang vote dan komen sebanyak-banyaknya di bab ini, biar updatenya juga makin cepet😅
See you next time💖
Sriwahyuni_6104

KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Doctor
Literatura FemininaFollow dulu sebelum membaca. Bagaimana, jika tiba-tiba ada seorang pria yang datang menghampirimu dan mengatakan bahwa kau sedang mengandung anaknya? Terlebih pria itu merupakan orang asing yang bahkan belum pernah kau temui sama sekali. Itulah yang...