Duduk termenung di depan cermin. Angin semilir menghantar hangatnya peluk tawa. Menatap mata itu nanar dan datar. Aku ke kanan, kamu pun ikut ke kanan. Aku tertawa, kamu pun ikut tertawa. Aku duduk bersila, kamu pun mengikuti. Kamu pencontoh ulung bak anak balita, atau jangan-jangan aku-lah yang mengikutimu? Ah, ini aku atau kamu yang mencontoh? Rupa-rupanya kita saling merefleksi. Saling pandang satu sama lain, wahai temanku. Cermin pun kalah dalam upaya merefleksi. Nyatanya dengan siapa kita duduk, itulah yang akan tercermin pada kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Belum Berakhir [Selesai]
Novela JuvenilTerkadang masa lalu itu menyesakkan. Seolah tidak ada lagi harapan untuk bangkit dan memulai kehidupan yang baru. Padahal kesempatan-kesempatan itu terbuka sangat lebar. Aku dan kamu menjadi bagian yang mampu bangkit atau sebaliknya? Jangan berha...