Hahah maaf ya aku telat up:v xixixi
Jika ada typo tolong komen, nanti Star perbaiki 🌝
[Sekali lagi Star mau bilang, panggil Star aja ya:v jangan Thor or Author. Entah kenapa, Star gak suka di panggil gitu:v xixixi]
Happy reading 🖤
Eveline tercengang kala mendengar ucapan tidak nyambung dari William.
"Apa?! Kau pikir aku menyukaimu? Dalam mimpi saja. Sebaiknya kau bersatu dengan Raja Vaskal dan hidup bahagia. Berhenti berharap padaku. Kau tahu, jika hatiku masih di tempati orang yang sama dari dulu. Tanpa aku perjelas, kau sudah tahu siapa orang itu," ujar William cepat membuat Eveline tercengang.
"Hah? kau bicara apa sih?" heran Eveline. William mendengus pelan sebelum tangannya mencubit gemas pipi Eveline.
"Lupakan saja," ujar William, menurunkan Eveline dari pangkuan dan menuntun untuk duduk di sebelahnya lagi--seperti semula.
Kembali, suasana menjadi hening. Bulir-bulir hujan mulai mereda. Langit mulai terang kembali, gemuruh yang tadinya seperti mengamuk, kini telah diam dan tenang.
Tidak tahan dengan suasana yang tampak senyap, Eveline lantas menatap William yang tampak memasang wajah datar khasnya, sembari menatap kosong ke depan.
Kening Eveline berkerut dalam. Jelas ucapan William tadi masih teringat jelas di benaknya. Setiap deret kalimat yang William lontarkan tadi, sangat membekas di pikiran Eveline.
Lain dengan Eveline, kini William tengah mengaitkan telapak tangannya dengan rahang sedikit mengeras. Pria itu menghela napas berat, sebelum memejamkan mata untuk menetralisir amarahnya.
Suana tampak tenang. Angin berhembus pelan menerpa kulit keduanya. Langit telah berhenti menurunkan bulir airnya, dan hanya menyisakan genangan di tanah, serta pohon-pohon yang tampak terlihat segar kembali.
Keduanya saling melirik dari ujung mata. Sangat jelas jika Eveline dan William ingin mengeluarkan kata, namun terasa enggan dan malu.
Lama terdiam, akhirnya kedua sudah tidak tahan. Banyak yang ingin William tanyakan pada Eveline, begitu juga sebaliknya.
"Eveline."
"William."
Keduanya saling pandang dengan malu-malu, karena berucap bersamaan.
"Kau dulu." Kembali, keduanya berucap bersamaan, membuat rona merah tampak menghiasi wajah gadis cantik dan pria tampan itu.
William berdehem pelan, begitu juga dengan Eveline yang melakukan hal serupa.
"Ada yang ingin aku tanyakan."
"Ada yang ingin aku bicarakan."
Canggung. Keduanya kembali canggung karena terus berucap bersamaan. William tampak kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Begitu juga dengan Eveline yang langsung membuang pandangan, untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya. Sangat malu.
"Baiklah, aku dulu yang berbicara," ujar Eveline pada akhirnya.
"Iya kau dulu. Aku terakhir saja," balas William.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCESS EVELINE: The Choice [Tamat]
Historical Fiction(STORY KE-3) [Spin off, Arabella Transmigration] [Part Lengkap] Humor-Romance Pertemuan tidak sengaja dengan Raja dari Torix, perlahan merubah kehidupan Eveline. Putri dari kerajaan Estemoral itu, mulai merasakan getaran aneh dalam dirinya, setiap b...