4. KESAYANGAN GURU

10 6 0
                                    

🎶Arah - Won't Be The Same

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎶Arah - Won't Be The Same

PART 4 || KESAYANGAN GURU

Ronan dan Tanisha kompak tertawa saat berhasil mengerjai Chiko. Pandangan cowok itu buram jika melihat dari jarak yang jauh, dan itu membuatnya kesulitan mencari keberadaan kacamatanya yang disembunyikan oleh kedua orang itu.

"Lo berdua bisa sehari nggak bikin gue repot?" Chika yang baru saja datang, berkata dengan wajah datarnya.

Diam-diam Chiko tersenyum kecil saat Chika kembali menolong dirinya.

Tanisha memutar bola matanya. "Udah lah, Chik. Nggak usah sok jadi pahlawan lo, mentang-mentang anak kesayangan guru."

"Lah mending gue jadi kesayangan guru, daripada lo jadi beban di sini."

Skakmat! Tanisha langsung terdiam mendengar perkataan Chika. Jelas gadis itu berkata demikian karena ada alasannya, dan itu karena saat kelas satu dulu Tanisha pernah membuat kasus yang merugikan pihak sekolah. Jika bukan karena merasa iba karena kedua orang tua Tanisha yang memohon, mungkin pihak sekolah akan mengeluarkan Tanisha dari sekolah.

Kasus Tanisha adalah ketahuan mencuri barang milik anak dari kepala sekolah SMA lain, dan itu terjadi saat perlombaan balet antar SMA. Perlombaannya sendiri.

Dengan perasaan sebal dan mata yang berkaca-kaca, Tanisha pergi dari sana dan disusul oleh Ronan. Setelah kepergian mereka, Chika mengambil kacamata milik Chiko yang berada di atas tempat sampah yang cukup jauh dari tempat keduanya.

"Makasih," ucap Chiko, saat Chika memberikan kacamatanya.

"Lain kali kalau lo lihat mereka, mending menghindar aja. Gue nggak akan selalu ada buat nolongin lo." Chika melipat kedua tangannya.

"Tapi 'kan anak-anak lain bisa bantuin gue."

Chika tersenyum sinis. "Lo pikir bakal semudah gue? Yang ada Ronan sama Tanisha adu bacot sama mereka."

Chiko mengangguk pelan, kemudian tersenyum. "Apa itu karena lo jadi anak kesayangan guru? Kalau gitu gue juga--"

"Juga apa?" sela Chika, was-wasan, "nggak usah aneh-aneh, deh. Lo juga baru di sekolah ini."

Chika berbalik untuk pergi ke kelas tanpa berniat mengajak Chiko juga. Gadis itu semakin tidak tenang setelah Chiko berkata demikian. Chiko menjadi murid kesayangan guru? Itu berarti bencana bagi Chika! Ia tidak akan biarkan semua usahanya selama ini sia-sia hanya karena si murid baru itu.

Ia yang berjuang, maka ia juga yang akan mendapatkannya.

***

"Sampai di sini materi kita, ada yang ingin bertanya?" Bu Arna bertanya setelah memberikan materi hari ini.

Semua murid hanya diam dengan tatapan mengarah ke papan, berbeda dengan Chika yang asyik memandangi buku dengan pulpen yang ia ketuk-ketuk di atas buku tersebut. Bukan hanya Chika, tapi Chiko juga terfokus pada buku paket di depannya.

"Baiklah, kalau begitu saya yang akan bertanya, dan yang bisa menjawabnya silakan maju ke depan." Bu Arna membuka lembar demi lembar untuk mencari soal. "Dua bola masing masing massanya m1 = 2 kg dan m2 = 3 kg dihubungkan dengan batang ringan tak bermassa. Jika sistem bola diputar pada sumbu di titik A, besar momen inersia sistem bola adalah?"

Semua murid mencari-cari soal tersebut, lalu mulai mencari jawaban dari soal tersebut. Suara decitan kursi, mengalihkan pandangan mereka semua. Chika dan Chiko terlihat kompak berdiri dari kursi mereka.

"Jadi, siapa yang akan menjawab?" tanya bu Arna, memandangi Chika dan Chiko secara bergantian.

"Saya, Bu." Chika dan Chiko kompak menjawab.

Chika menatap Chiko tajam. "Gue yang berdiri duluan, berarti gue yang jawab soalnya."

"Enggak, gue yang duluan," ucap Chiko, berhasil memancing emosi Chika.

"Gue yang jawab, dan lo duduk aja."

"Gue yang bakal jawab, Sarchika."

"Gue yang duluan, Marchiko."

"Cukup!" Bu Arna menatap kedua muridnya dengan tatapan sebal. "Kenapa kalian jadi bertengkar? Lebih baik kalian mengerjakannya bersama di papan."

Masih dengan tatapan permusuhan, Chika dan Chiko mendekati papan. Keduanya mengambil spidol yang berada di atas meja dan mulai menuliskan jawaban mereka. Untungnya bu Arna memiliki dua spidol. Jadi, ia tidak perlu mendengar perdebatan antara Chika dan Chiko lagi karena memperebutkan spidol, setelah keduanya memperebutkan untuk menjawab soal tersebut.

"Selesai." Sekali lagi keduanya berkata dengan kompak. Dalam waktu yang bersamaan, Chika dan Chiko menyelesaikan soal tersebut hingga membuat siswa-siswi yang memperhatikan mereka, menatap kagum.

Diketahui :
m1 = 2 kg
m2 = 3 kg
R1 = 20 cm = 0,2 m
R2 = 30 cm = 0,3 m

Ditanya :
I = ? Kg.m²

Penyelesaian :
I = ΣmR²
= (m1R1)² + (m2R2)²
= 2 × 0,2² + 3 × 0,3²
= 0,08 + 0,27
= 0,35

Bu Arna melihat jawaban keduanya yang sama dan juga benar, kemudian wanita itu mengangguk pelan. "Jawaban kalian benar, silakan kembali ke tempat duduk masing-masing."

Suara tepuk tangan terdengar dari kelas XI IPA 1 A, suara tepuk tangan yang mengiringi langkah Chika dan Chiko yang kembali ke tempat duduk mereka.

"Benar kata Pak Hery, kamu punya potensi, Chiko," ucap bu Arna, memuji Chiko.

Chika berdecak pelan, kemudian memutar bola matanya malas. Pasti sebentar lagi bu Arna akan berkata ia memiliki saingan baru, seperti yang pak Hery katakan. Ia melirik sinis ke arah Chiko, lalu setelah itu ia berdecih saat melihat senyum di wajah cowok berkacamata tersebut. Senyum yang sangat menyebalkan menurutnya.

"Bagaimana jika kamu ikut dalam seleksi olimpiade matematika tingkat nasional, Chiko?"

Sontak Chika mendongak dengan kedua mata yang melotot, merasa sangat terkejut mendengar penawaran dari bu Arna. Chiko? Olimpiade tingkah nasional? Chika kembali menatap Chiko yang sedang tersenyum, kali ini sorot mata gadis itu terlihat jelas jika ia sangat tidak suka pada Chiko. Bahkan mungkin Chika mulai membenci Chiko.

Sial,  sebentar lagi ketakutannya akan menjadi kenyataan.

Sial,  sebentar lagi ketakutannya akan menjadi kenyataan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Love you all❤
Ans

EnemigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang