18. KEBENARAN

3 2 0
                                    

🎶Deva - Hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎶Deva - Hilang.

PART 18 || KEBENARAN

Hari demi hari pun berlalu, tak terasa dua minggu lagi seleksi akan dilaksanakan. Selama itu pun tidak sedikit yang dikeluarkan karena tidak bisa fokus belajar dan alasan lainnya, hingga menyisakan enam orang yang akan mengikuti seleksi akhir sekaligus penentuan.

Dan belakangan ini Cellin menyadari kedekatan antara Chika dan Chiko, seperti saat ini ia sedang memperhatikan pacar dan sahabatnya itu yang sedang belajar di tribun lapangan voli. Raut wajah Cellin mengatakan semuanya saat melihat bagaimana keduanya tertawa dan bercanda bersama. Cellin tidak menyukai pemandangan itu.

Di tribun, Chika mencubit lengan Chiko saat cowok itu terus mengejeknya atas kejadian kemarin. Ia benar-benar malu, tidak pernah terpikir bahwa akan ada orang yang ia kenal berada di sana saat ia terjatuh di dekat selokan. Memalukan!

"Ampun-ampun, gue nggak bakal ngejek lo lagi, kok." Chiko menahan kedua tangan Chika agar tidak mencubit dirinya lagi.

"Beneran?" tanya Chika, memastikan.

Chiko mengangguk pelan, membuat Chika bernapas lega seketika. Cowok itu melepaskan kedua tangan Chika, mengambil ancang-ancang untuk segera berlari dari sana.

"Tapi bohong!" Dengan cepat ia berlari menjauh dari Chika.

"Ih, Chiko!" Chika mengambil bukunya dan buku Chiko yang tergeletak begitu saja, kemudian mengejar Chiko yang sudah bersembunyi di salah satu kelas.

***

Malam harinya Chika kembali bekerja, ia sudah meminta izin pada pemilik kafe agar diperbolehkan bekerja saat ia tidak sibuk mengurusi masalah sekolah. Untung saja pemilik kafe bisa mengerti dan mengizinkannya.

"Ini pesanannya, Nyonya." Chika meletakkan pesanan seorang wanita di atas meja.

"Terima kasih." Wanita tersebut yang awalnya menatap keluar, kini beralih menatap Chika. "Eh? Kamu Chika temannya Chiko, 'kan?" tanyanya.

"Mamanya Chiko?" Chika tersenyum. "Apa kabar, Tante?"

"Baik, kamu sendiri bagaimana?"

"Baik juga." Chika masih mempertahankan senyumnya.

Ajeng mengangguk pelan. "Kamu kerja di sini?"

"Iya, Tante. Paruh waktu."

Ajeng hanya ber-o-ria sembari menganggukkan kepalanya. "Bisa duduk sebentar? Tante mau ngobrol sama kamu, waktu itu kita belum sempat ngobrol."

Chika berpikir sejenak, menoleh ke belakang untuk melihat jam yang tergantung di dinding, kemudian beralih menatap Ajeng sebelum akhirnya mengangguk pelan.

"Bentar lagi jam istirahat saya, Tante. Nanti saya balik lagi ke sini," ucap Chika.

"Baiklah kalau begitu," balas Ajeng, "dan jangan terlalu kaku begitu berbicara dengan saya, santai saja."

EnemigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang