12. KEDEKATAN

8 2 0
                                    

🎶Andmesh - Nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎶Andmesh - Nyaman.

PART 12 || KEDEKATAN

Ronan dan Tanisha terlebih dahulu keluar dari ruang BK dengan raut wajah sebal. Mereka tidak menyangka Chika akan memberitahu aksi pembullyan mereka terhadap Chiko, yang membuat keduanya harus diberi hukuman setiap jam istirahat dan jam pulang sekolah selama seminggu penuh.

"Ingat, ini pertama dan terakhir kalinya Ibu melihat kamu masuk ke sini karena berkelahi atau kenakalan yang lainnya, Chiko," ucap bu Ami, memperingatkan.

"Iya, Bu. Lagian, tadi itu bukan salah saya. Iya 'kan, Chik?" Chiko menoleh ke arah Chika yang hanya diam menatapi dirinya, sebelum gadis itu mengangguk pelan.

"Walaupun itu bukan salah kamu, tapi reputasi kamu akan buruk jika masuk ke ruangan ini karena terlibat masalah." Bu Ami beralih menatap Chika. "Dan untuk kamu, Chika. Ibu berterima kasih karena sudah melaporkan aksi bully yang dilakukan oleh Ronan dan Tanisha, Ibu harap kejadian itu adalah terakhir kalinya di sekolah ini."

"Saya juga berharap seperti itu, Bu." Chika tersenyum kecil.

"Baiklah, kalian berdua bisa keluar sekarang."

"Makasih, Bu." Chika dan Chiko serentak berkata demikian, lalu beranjak dari duduk mereka dan keluar dari ruangan satu per satu.

Tepat saat Chiko keluar, tangannya langsung ditarik oleh seorang gadis menuju ke UKS. Chika yang keluar setelah Chiko, menatap lama Chiko dengan gadis itu sebelum akhirnya menyunggingkan senyum miring.

"Bagus, ini waktunya gue nikung Chiko," gumamnya, sebelum pergi menuju laboratorium untuk menemui bu Arna.

Di sisi lain, Chiko sudah berada di UKS bersama dengan Cellin. Ya, gadis itulah yang menariknya dari ruang BK menuju ke UKS.

"Perasaan tadi lo pamit buat beli minum di kantin deh, bukannya masuk ruang BK," sindir Cellin, membuat Chiko menyengir lebar.

"Takdir nggak ada yang tahu, 'kan?" Chiko terkekeh pelan. "Gara-gara gue masuk BK, lo jadi nggak bisa minum."

Cellin mendengus sebal. "Nggak usah pikirin gue yang nggak jadi minum, pikirin dulu muka lo yang biru-biru itu."

Chiko hanya bisa tersenyum kecil mendengar gerutuan Cellin selama mengambil kotak P3K hingga mengobati luka-lukanya, bahkan gadis itu menunjukkan kekesalannya yang membuat Chiko terkekeh pelan. Ringisan pelan dari Chiko membuat wajah sebal Cellin luntur seketika, digantikan dengan wajah yang penuh akan kekhawatiran.

"Gue terlalu kasar, ya, obatinya? Sorry, di mana yang sakit?" tanya Cellin, cemas.

Chiko menggeleng pelan. "Udah selesai obatinya?" Ia balik bertanya.

"Dikit lagi, makanya lo diam." Cellin kembali mengobati luka Chiko, kali ini lebih lembut dan hati-hati.

Setelah selesai mengobati luka Chiko, Cellin mengembalikan kotak P3K di tempat semula. Gadis itu menatap sendu Chiko dari kejauhan, merasa bersalah karena berbohong pada cowok itu. Ingin rasanya Cellin memberitahu semua kebenarannya pada Chiko, tapi ia tidak ingin membuat sahabatnya kecewa.

EnemigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang