🎶Hindia - Secukupnya
PART 6 || CHIKA & CHIKO
"Pagi, Chika!"
Sapaan seperti itu sudah biasa Chika dapatkan setiap pagi. Semua warga sekolah sangat ramah padanya, bahkan setengah dari penghuni sekolah ini adalah temannya. Ya, walau hanya teman yang hanya tahu nama dan tidak kenal dekat, tapi Chika tetap menganggap mereka temannya. Chika juga tidak bodoh untuk tidak melihat kebusukan beberapa orang yang mendekatinya karena ada alasan khusus, tapi kembali lagi ke alasan pertama. Ia menganggap semuanya sebagai teman.
"Guru pelajaran pertama nggak masuk, sakit katanya," ucap ketua kelas XI IPA 1 A, membuat para murid langsung bersorak senang, "tapi tetap ada tugas, tugas kelompok," lanjut sang ketua.
Kebanyakan dari mereka langsung terlihat sebal, tapi tetap saja mengerjakan tugas yang diberikan. Masing-masing dari mereka memilih teman sekelompok yang satu kelompoknya terdiri dari empat orang.
"Gue nggak mau sekelompok sama dia," ucap Chika, saat salah satu teman sekelompoknya ingin memanggil Chiko bergabung.
Oke, mungkin perkataan Chika mengenai ia menganggap semua orang sebagai teman, tidak berlaku untuk Chiko. Cowok itu musuhnya, bukan temannya.
Orang yang tadi ingin mengajak Chiko, mengurungkan niatnya saat melihat raut wajah tidak bersahabat dari Chika. Alhasil, mereka mengajak sang ketua kelas untuk bergabung dengan kelompok mereka. Ya, itu lebih baik menurut Chika, daripada ia harus sekelompok dengan Chiko yang selalu bisa menyulut emosinya.
Kegiatan belajar dan mengajar hari itu berjalan dengan lancar sampai jam pulang tiba. Saat para siswa-siswi lain pulang ke rumah mereka masing-masing, berbeda dengan Chika yang pergi ke salah satu kafe tempat ia bekerja. Ya, Chika bekerja paruh waktu untuk menambah biaya hidupnya.
Jika ada yang bertanya ke mana orang tua Chika, maka ia akan menjawab tidak tahu. Orang tuanya sudah bercerai sejak ia kelas tiga SD, dan selama ini ia tinggal dengan neneknya yang merupakan ibu dari mamanya. Walau sudah bercerai, orang tuanya masih memberikan uang setiap dua bulan sekali, tapi tetap saja uang itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang kian bertambah.
Terkadang Chika heran mengapa mama atau papanya tidak memberikan uang secara langsung, karena selama ini yang ia tahu kedua orang tuanya memberikan uang secara diam-diam. Di bawah meja di teras rumahnya terdapat sebuah kotak, dan di kotak itulah mama atau papanya meletakkan uang untuk kebutuhan mereka.
Entah pikiran Chika saja, atau memang orang tuanya menghindari dirinya?
"Chik, bisa tolong ambilin cupcake yang ada di dalam kulkas?" Salah satu pelayan yang juga bekerja paruh waktu, meminta tolong pada gadis itu.
Chika mengangguk pelan dengan seulas senyum tipis, mengeringkan tangannya setelah mencuci piring serta gelas, kemudian berjalan menuju kulkas untuk mengambil cupcake yang berada di dalam sana. Seharusnya mereka tidak perlu memasukkan cupcake ke dalam kulkas, tapi seorang gadis kecil berumur tujuh tahun selalu datang ke sini jam lima sore untuk membeli cupcake dingin yang katanya untuk sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemigo
Teen Fiction(HARAP FOLLOW SEBELUM BACA) Naskah ini diikutsertakan dalam Event 40 Days Writing Marathon Arfa Publisher ••••••••••••• Kehidupan Chika yang sempurna sebagai murid teladan, paling pintar serta kesayangan para guru di sekolah mendadak berubah sejak k...