✐ 08.

256 42 0
                                    

"Halo, Dek."




Suara yang sama berat dengan pita suara miliknya itu melantun. Taehyung juga tidak lupa membalas senyum penuh kerinduan dari pemuda yang lebih tua darinya itu. "Ay. Hai, Kak Namjoon," keduanya saling berpelukkan ala saudara pada umumnya.




Betul, saudara kandung. Taehyung memiliki seorang Kakak yang sempat merantau ke kota seberang untuk menuntut pendidikannya selama enam tahun ke belakangan. Dari menduduki bangku sekolah menengah atas dan sekarang sudah hampir memasuki tahun ke empat. Lama sekali keduanya tidak bertatap muka secara langsung, paling-paling hanya akan berkomunikasi lewat aplikasi berkirim pesan atau berteleponan jika mereka berdua sama-sama berminat. Kakak yang menjaganya sedari kecil, merawatnya, juga teman bermain bersama.




"Apa kabar, lo?"




"Lumayan. Biasa aja dari kemarin-kemarin,"




Namjoon tergelak pelan. "Loh, kok gitu?"




"Ya, emang gitu, Kak. Gak ada yang istimewa hari ini,"




"Anyways, lo makin besar aja, Dek. Dulu kayaknya masih kayak bocah ingusan," sautan Namjoon dibalas kikihan oleh Taehyung, tahu betul itu merupakan candaan dan tidak akan dibawanya ke dalam hati. Membiarkan sang Kakak masuk ke dalam dan melempar diri ke tempat duduk.




"Lo makin tua," Namjoon tergelak. Ah, Ia rindu dengan suasana seperti ini nan sudah jarang dirasakannya. Ia mendorong main-main tubuh sang Adik, "Kurang ajar," keduanya merasa senang bisa saling melontarkan candaan serta mengolok-ngolok seperti dulu. Tidak menyakiti hati, tentu. Karena Adik-Kakak itu sangat tahu akan situasi kapan waktunya bercanda. Apalagi dulu saling jahil mengejek seperti ini, sudah sebagai makanan sehari-hari.




"Dek, ambilin air putih dong," Taehyung berdecih. Baru pulang saja, sudah menyuruh-nyuruhnya kembali. "Gak ada minum apa gimana lo, Kak?"




"Habis elah. Perjalanan gue enam jam lebih, belum lagi ke sini pakai mobil ojol," Bagaimanapun alasannya, Taehyung tetap menurut terhadap permintaan sang Kakak. Berjalan malas untuk sekedar mengambil air disertai decak sebal keluar dari mulutnya. Taehyung mendengus, sembari menunggu air dispenser yang dituangkan ke dalam segelas air. "Ya, lagian lo gak ngasih tahu kalau mau pulang. Kan, bisa gue jemput pakai mobil."




Namjoon tergelak renyah. "Gak jadi surprise kalau gitu. Lagian kata Mama, lo sakit demam gara-gara kehujanan," pemuda selengean itu berjalan, lalu menaruh gelas di atas meja. Lanjut mendudukkan diri di sebelah Namjoon. "Yeee, kalau gue masih sakit juga gak bakal mau duduk di sini. Mending gue balik tidur sampai baikan,"




"Sakitnya habis hujan-hujanan, ya?" Taehyung mengangguk. "Hooh. Hujannya lumayan kemarin. Terus badan guenya juga lagi gak kuat waktu itu." Tangan Namjoon mengambil segelas air di depan dan meminum isinya hingga tidak tersisa setetes pun. Ia melepas kemeja yang menjadi outer baju lengan pendek berwarna putih, dan menaruhnya di atas ranselnya. Menyenderkan tubuh yang lelah akan perjalanan beratus mil.




Yang lebih muda menyalakan televisi untuk menghilangkan sedikit suasana keheningan nan membosankan di antara mereka. "Tidur lo, Kak. Pasti tadi berangkat jam tigaan,"




"Nanti, deh. Gue mau ngaso dulu. Belum mandi juga," Taehyung menghela napasnya, entah mengapa tiba-tiba suasana jadi sangat membosankan. Malah pikirannya melayang kembali ke percakapan singkat yang dibuat tadi. Mode melamun pun kembali menyala pada diri pemuda tersebut.




Duyên︱vk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang