✐ 12.

199 40 2
                                    

────────────────────────

Putar bgm-nya pas mereka udah mau nyanyi, yaa 😆

────────────────────────












Masa matahari telah habis untuk hari ini, turun dari pangkuan langit seiring seolah-olah bulan berjalan naik ke atas tahtanya saat gelap tiba, bergantian untuk menerangi malam yang dibantu dengan gemerlap kawannya; bintang-bintang kecil yang tampak cantik kala memandangi dari tapak kaki si bumi.




Ada beberapa yang sudah pulang, adapun yang sekarang sedang berkeliaran sekadar mencari makan, jalan-jalan bersama kerabat atau orang terkasih, pun semata-mata mencari angin untuk menjernihkan pikiran dari hari yang menurut mereka melelahkan.




Kedua pasang sahabat; Taehyung dan Jungkook, telah sampai di taman kota sekitar lima sampai sepuluh menit yang lalu, setelah melakukan beberapa kegiatan di rumah masing-masing. Tidak terlalu dekat, juga tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Hampir sekitaran jarak antar rumah ke sekolah. Ya, sesuai perjanjian awal, bahwa mereka akan mencoba membawakan suatu lagu di sana.




Suasana taman kota tersebut lumayan ramai daripada biasanya, padahal hari ini bukanlah hari libur. Pinggiran jalan di luar dari tempatnya pun banyak jajanan dan makanan kaki lima lainnya. Menambah kesan padat di persekitaran. Sebab, kebetulan sekali, di sana terdapat panggung berukuran medium khusus penampilan orang-orang yang senang hati menyumbangkan sebuah lagu untuk mereka sendiri nyanyikan, dengan sebuah mikrofon juga sound system pendukung. Ada juga bangku-bangku panjang berwarna putih sebagai tempat duduk penonton di bawah panggung.




Acara ini lebih ke akustik, sebab setiap lagu yang dibawakan akan menggunakan alat musik yang disediakan dengan diiringi home band jika diperlukan. Bisa juga milik sendiri bila kebetulan membawa.




Sebelum dimulainya acara tersebut, Taehyung sempat berbicara kepada pemandu acara di sana, bila Ia dan sahabatnya ingin membawakan sebuah lagu dengan gitar yang dipunyanya. Tentu, sengaja menempatkan penampilan mereka di tengah—menuju akhir, supaya sang sahabat tidak terlalu kagok dan bisa lebih santai saat menyanyikan lagunya. Tidak terlalu lama juga hingga membuat semua yang berada di sini mulai berpulangan.




Dan saat ini, mereka sedang merasa bodoh, lantaran lupa mendiskusikan lagu apa yang akan mereka sajikan nanti. Sehingga membuat ruang untuk keduanya sendiri di bawah pohon rindang yang sepi pula mendudukan diri di sebuah bangku taman.




Jungkook tengah berpikir sembari menggerakkan jarinya, menggulir daftar lagu pribadi yang dipunya. Ia juga mendekatkan ponselnya ke telinga agar bisa mendengar apakah lagu tersebut cocok dinyanyikan nanti.




“Taehyung,” pemuda manis memanggil sahabatnya yang kini menyetel kunci gitarnya. Yang dipanggili menoleh, menatap Jungkook di mata. “Ya, Cil? Udah dapat lagunya?”




Berdengung. Ia ragu-ragu terhadap lagu yang hendak diperdengarkan ke Taehyung. “Kalau ini gimana?” pemuda tersebut mendengarkan lantunan lagu yang diberikan Jungkook. Ia menaikkan kedua alisnya nan sebelumnya mengernyit karena menyimak lagu tersebut, lalu tersenyum tipis.




“Bisa, kebetulan aku hafal chord lagu in—” baru saja menemukan lagu yang cocok dengan keduanya, tiba-tiba ada suara genjrengan gitar yang tak jauh dari kawasan mereka—lebih tepatnya di tempat khusus bernyanyi tadi, mereka mendengar awalan musik lagu yang baru saja di dengarkan. Menjadikan mereka mendesah pelan bersama. Jungkook langsung membanting tubuhnya ke sandaran bangku, menghalangi matanya dengan telapak tangan.




Duyên︱vk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang