Hujan Bulan Juni

8 3 0
                                    

Meskipun sudah 1 Juli saat tulisan ini dibuat, kemarin saya sudah berkeinginan menulis ini. Ada hujan yang sangat lebat dan lama di daerah tempat tinggal saya, di bulan Juni. Kemudian saya tidak sengaja dipertemukan kembali dengan puisi "Hujan Bulan Juni" Sapardi Djoko Damono. Setelah direnungkan, ternyata judul puisi tersebut sangat dalam maknanya.

Dalam kalender tahunan, Juni pada umumnya digambarkan sudah masuk musim kemarau sehingga akan kecil peluang hujan turun di bulan itu. Maka hujan yang turun pada bulan Juni sangatlah berarti. Ibaratnya, jika terjadi sesuatu bukan pada waktu yang semestinya, pasti ada hal penting dan menarik di balik peristiwa itu.

Hujan pada bulan Juni adalah hujan paling menyejukkan karena turun di bulan-bulan kemarau. Ada seseorang yang dipersonifikasikan sebagai hujan bulan Juni karena mereka mencintai orang lain dengan tulus, tabah, dan rendah hati. Mengandung makna tentang ketabahan, kesabaran seseorang untuk tidak menyampaikan sayang dan rindunya pada orang yang dicintainya.

Pada larik kata "Tidak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni," Sapardi ingin menggambarkan soal ketabahan atau kesabaran dari hujan tidak turun ke bumi pada Bulan Juni.

Sedangkan, larik "Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni" digunakan untuk menggambarkan bahwa dia mampu dengan ketabahannya menahan diri untuk tidak menyampaikan sayang juga rindunya.

Sementara larik, "Dihapusnya jejak jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu" menggambarkan bahwa Sapardi ingin menghapus keraguan, prasangka jelek yang hinggap di hatinya dalam menanti orang yang dicintainya

Ada pun, pada larik "Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni" Sapardi ingin menggambarkan dia pandai menyimpan, menyembunyikan rasa sayangnya, rindunya pada orang yang dia cintai.

Hujan Bulan Juni

"tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu"

Vitamin LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang