Apakah efek psikologis paling berguna bagi kehidupan? Menurut saya, Efek Pygmalion. Efek ini memiliki kekuatan untuk mengubah hidup orang banyak—selamanya.
Sebelumnya, mari berkenalan dahulu dengan Pygmalion. Pygmalion adalah seorang pemuda dalam kisah mitologi Yunani. Dikisahkan ia sangat mahir dalam mengukir patung. Tetapi, bukan kecakapan mengukir yang membuatnya terkenal dan disenangi banyak orang.
Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikir positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik. Salah satu contoh, bila lapangan di tengah kota becek dan orang-orang mengomel, Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak becek seperti ini."
Contoh lainnya dikisakan seorang pelanggan ngotot menawar harga, dan kawan-kawannya berbisik, "Kikir betul orang itu...", Pygmalion malah berkata, "Mungkin orang itu perlu uang untuk urusan lain yang lebih penting...".
Itulah pola pandang Pygmalion. Ia selalu melihat sesuatu dari segi yang baik, yang positif.
Suatu ketika Pygmalion memahat patung wanita yang cantik dan menawan dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia. Ketika rampung, patung itu tampak seperti manusia sungguhan, sangat cantik dan menawan. Pygmalion pun jatuh cinta pada patung hasil karyanya sendiri. Ia senantiasa berpikir positif dan memperlakukan patung itu sebaik-baiknya, layaknya kepada manusia, dan bahkan menginginkan patung tersebut bakal jadi kekasih/isterinya.
Para dewa di Gunung Olympus menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepadanya, yakni mengubah patung itu menjadi manusia, dan menjadi istri Pygmalion. Begitulah, Pygmalion hidup bahagia dengan isterinya, Galatea yang konon adalah wanita tercantik di seluruh Yunani.
Nama Pygmalion kemudian dikenang untuk menggambarkan dampak pola berpikir positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya menjadi sangat positif. Misalnya, Jika kita berpikir baik dan bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itu pun akan menjadi ramah terhadap kita. Jika kita berpikir dan memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi anak cerdas. Jika sejak semula yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinannya upaya itu menjadi berhasil, sejauh dikerjakan dengan dorongan pikiran positif.
Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif. Misalnya; kalau kita berpikir dan menganggap anak kita tidak jujur, dan terus mencurigainya, akhirnya ia betul-betul menjadi anak tidak jujur. Kalau kita berpikir dan menganggap rekan kerja kita judes, dan kita menghindarinya, maka akhirnya dia betul-betul jadi rekan kerja yang judes. Kalau pada awal usaha kita sudah berpikir tidak sanggup, besar sekali kemungkinannya usaha kita betul-betul gagal.
Lantas apakah Efek Pygmalion dapat memberikan manfaat bagi hidup kita?
Untuk lebih memahami kekuatan fenomenal ini, kita perlu melihat contoh bagaimana efek ini memengaruhi siswa dari kelas biasa.
Sesuatu terjadi di sekolah kecil yang terletak di Inggris. Sebuah kesalahan yang nantinya akan membawa pada temuan yang tidak disangka-sangka. Sistem komputer mengacaukan penempatan kelas siswa. Siswa dengan nilai ujian lebih tinggi ditempatkan di kelas reguler dan siswa yang nilai ujiannya lebih rendah ditempatkan di kelas unggulan.
Enam bulan berlalu.
Selama itu, siswa di kelas unggulan yang kesulitan belajar didukung dan didorong oleh para guru yang percaya bahwa siswanya adalah siswa yang hebat. Di kelas lain, guru berpikir murid di sana lebih lemah di bidang akademik.
Suatu penemuan luar biasa muncul dari kesalahan ini.
Siswa yang semula nilai ujiannya rendah mengungguli siswa kelas lain yang akademiknya lebih bagus.
Pendorongnya?
Ekspektasi.
Inilah kekuatan efek Pigmalion. Kita bersinar atau jatuh tergantung ekspektasi yang ditujukan pada kita. Tanpa disadari, kepercayaan alam bawah sadar guru bahwa siswanya tidak pintar terbawa pada realita. Ketika siswa pintar diberikan ekspektasi bahwa mereka tidak pintar, mereka menjadi tidak pintar. Tanpa sadar, mereka jatuh pada ekspektasi gurunya.
Sementara pada murid biasa yang masuk kelas unggulan, ada sesuatu yang berbeda. Setelah ujian pertama, guru mendapati nilai murid unggulan mereka lebih rendah dari yang mereka pikir.
"Apakah ini salah mereka?", pikir guru.
"Tidak mungkin. Mereka siswa yang pintar", tambahnya.
Para guru merasa kesalahan ada pada diri mereka. Mereka pun mendorong, mendukung, dan mengharapkan keberhasilan dari muridnya.
Siswa yang tidak terlalu pandai menjadi siswa yang berprestasi.
Kita bangkit dan jatuh tergantung ekspektasi.
Setiap orang memiliki kehebatan dalam diri.
Jadilah kita sebagai cahaya yang menerangi kehebatan itu.
Salah satu anugerah terbesar yang kita dapatkan adalah rasa percaya yang tulus dari seseorang.
Kepercayaan tersebut tidak mengeluarkan biaya, tapi bernilai lebih dari yang kita bayangkan.
Dampak pola berpikir positif seperti itu disebut Pygmalion Effect. Barangkali efek pygmalion ini juga yang memengaruhi hukum tarik menarik atau law of attraction dalam The Secret karya Rhondha Byrne, yang populer pada dekade silam.
![](https://img.wattpad.com/cover/274417716-288-k343565.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vitamin Life
Non-FictionTulisan mengenai hal menarik yang ingin saya ketahui dan bagikan. Menulis untuk mencerdaskan diri sendiri, dan orang lain. #30harikonsistenmenulis