Falsafah Janteloven

33 4 0
                                    

Bagaimana cara agar tidak berekspetasi atau menaruh harap pada seseorang?

Simpel. Ada 10 poin.

Kalau sudah bisa menjaga 10 aturan ini, pasti kita akan menjadi orang yang aman dari segala prasangka dan tidak perlu berpura-pura kepada orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau sudah bisa menjaga 10 aturan ini, pasti kita akan menjadi orang yang aman dari segala prasangka dan tidak perlu berpura-pura kepada orang lain. Tidak perlu lagi berpura-pura mengatakan bahwa kita tidak terlalu berharap pada orang lain, tetapi ketika orang lain benar-benar tidak memberikan harapan, malah jadi baper dan gondok.

Jadi, pernahkah kamu mendengar konsep Janteloven atau Hukum Jante?

Ini adalah prinsip filosofi Skandinavia yang sangat mendasar. Dikenal sebagai Janteloven di Denmark dan Norwegia, Jantelagen di Swedia, Jante laki di Finlandia, dan Jantelögin di Islandia.

Gagasan Janteloven pertama kali dikenalkan pada tahun 1933 melalui karya seorang penulis Denmark-Norwegia, Askel Sandemose, dalam bukunya A Fugitive Crosses His Tracks (En Flyktning Krysser Sitt Spor). Di dalamnya, Sandemoose bercerita tentang kota fiksi yang ada di Denmark, Jante.

SEPULUH ATURAN JANTELOVEN

ATURAN 1
Anda tidak berpikir bahwa Anda istimewa.
ATURAN 2
Anda tidak berpikir bahwa Anda sama baiknya dengan  kami.
ATURAN 3
Anda tidak berpikir bahwa Anda lebih pintar dari kami.
ATURAN 4
Anda tidak membayangkan bahwa diri Anda lebih baik dari kami.
ATURAN 5
Anda tidak berpikir bahwa Anda tahu lebih banyak dari kami.
ATURAN 6
Anda tidak berpikir bahwa Anda lebih penting dari kami.
ATURAN 7
Anda tidak perlu berpikir bahwa Anda bagus dalam hal apa pun.
ATURAN 8
Anda tidak menertawakan kami.
ATURAN 9
Anda tidak berpikir bahwa orang-orang peduli dengan Anda.
ATURAN 10
Anda tidak berpikir bahwa Anda bisa mengajari kami apa pun.

Hasil dari penerapan gagasan ini dapat kita lihat bahwa negara-negara Skandinavia mendorong suatu sistem di mana individu berusaha untuk menjadi sukses secara finansial dan sosial, sementara juga menghindari promosi diri.

Bisa kita cek, hampir di semua liga-liga di Eropa, ada saja pemain-pemain dari Skandinavia. Pernahkah kita bertanya mengapa begitu banyak pemain dari negara Skandinavia (Denmark, Swedia, Norwegia, Islandia, dan Finlandia) bertebaran di liga Eropa? Dan sepertinya mereka bisa dengan mudah menyesuaikan diri dengan sistem permainan maupun kehidupan di negara-negara tuan rumah.

Pertanyaan lanjutannya adalah, pernahkah juga kita bertanya mengapa bintang-bintang asal negara-negara ini tidak pernah kedengaran berperilaku layaknya primadona?

Di berbagai sisi prestasi, banyak orang Skandinavia yang akan kita temui tetapi kita mungkin tidak mengenal mereka sama sekali karena rendah hatinya. Jadi, dari mana mental dan perangai bersahaja khas Skandinavia ini berasal?

Aturan Janteloven, tentunya.

Tak heran jika orang Skandinavia cenderung tidak menggebu untuk meraih capaian yang tinggi dalam hidup. Berusaha maksimal tetapi tidak terlalu memikirkan bagaimana hasil akhirnya. Semua mengalir belaka, baik atau buruk hasilnya. Dengan kata lain: mereka tidak muluk-muluk. Namun, justru itulah yang akhirnya membuat orang bahagia dengan pencapaian yang biasa-biasa saja.

Hal ini pernah diceritakan oleh Lindsay Dupuis, seorang pakar terapis dari Copenhagen.

"(Dengan mengikuti 10 aturan tersebut), Anda akan mengarahkan pandangan hidup menjadi biasa-biasa saja. Mentalitas itu membuat Anda cenderung puas ketika hidup memberi Anda hal-hal yang sangat biasa. Di sisi lain, jika hidup memberikan Anda sesuatu yang melampaui ekspektasi, Anda akan sangat terkejut dan, dalam banyak kasus, menjadi sangat, sangat bahagia."

Dan dari sini tentu kita sudah tidak heran lagi, mengapa negara paling bahagia di dunia adalah negara-negara Skandinavia.

Contoh cara Denmark memperkuat Janteloven adalah saat kampanye Carlsberg yang populer: "Mungkin bir terbaik di dunia." Ironisnya, kampanye ini menampilkan salah satu bintang terbesar Denmark, aktor Mads Mikkelsen. Aktor tersebut berkeliling di Kopenhagen dengan tingkah konyol, kepalanya terayun-ayun saat ia mengendarai jalan-jalan berbatu, ada campuran yang memesona antara rasa percaya diri dan kebanggaan. Iklan itu menampilkan sisi terbaik dari Denmark, termasuk bir Carlsberg, tetapi dengan lembut mengurangi pujian untuk mereka. Itu berakhir dengan potongan: "mungkin."

Kembali ke pertanyaan awal, bagaimana caranya agar tidak berekspetasi dan berharap pada seseorang?

Kembali ke pertanyaan awal, bagaimana caranya agar tidak berekspetasi dan berharap pada seseorang?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terapkanlah 10 aturan Janteloven ini. Kejar prestasi, buang ekspektasi pada manusia. 

Kalau mau lebih spesifik, bisa lebih fokus ke poin 1, 6, dan 9.

Anda tidak berpikir bahwa Anda istimewa.

Anda tidak berpikir bahwa Anda lebih penting dari kami.

Anda tidak berpikir bahwa orang-orang peduli dengan Anda.

Vitamin LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang