Obesitas di Jepang

6 3 0
                                    

Saya mulai dengan pertanyaan, mengapa karakter anime tidak ada yang gendut atau mengalami obesitas?

Ada satu alasan jelas yang dilupakan orang.

Dari mana datangnya anime?

Benar... anime berasal dari Jepang!

Sebuah negara di mana tidak ada yang mengalami obesitas, karena gaya hidup mereka yang unik dan ketat. Satu-satunya saat ketika orang Jepang "gendut" adalah saat disengaja, atau juga dikenal sebagai Pegulat Sumo.

Jadi, mengapa obesitas jarang terlihat di anime?

Karena jarang terlihat dalam budaya Jepang.

Ya, memang ada beberapa karakter "gemuk", tetapi jangan salah membedakan antara gemuk dengan obesitas.

Snorlax (Pokemon) adalah hal yang paling dekat dengan obesitas di anime.

Snorlax (Pokemon) adalah hal yang paling dekat dengan obesitas di anime

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mari kita lihat alasannya mengapa tidak ada yang obesitas di Jepang.

Pertama, tidak 100% orang Jepang memiliki mobil atau kendaraan bermotor. Jepang memiliki sistem transportasi umum yang sangat baik. Layanan KRL dan bus sudah cukup untuk menjawab kebutuhan transportasi masyarakat. Dan juga sulit untuk menemukan tempat parkir karena tanah mereka kecil dan harga tanah sangat mahal. Memiliki atau menyewa properti untuk tinggal di dekat stasiun juga tidak murah, pilihan lokasi dengan berjalan 5–15 menit akan mempunyai harga yang lebih murah. Jadi, berjalan minimal 30 menit sehari adalah sebuah keniscayaan bagi orang Jepang selain juga menghemat uang akomodasi bulanan.

Kedua, dengan banyaknya ruang terbuka hijau yang luas, pilihan berolahraga jadi lebih bervariasi, tidak melulu harus ke gym.

Ketiga, informasi kalori di tiap makanan siap santap. Di tiap kemasan makanan atau snack, pasti akan kita temukan informasi kandungan gizi dan kalori. Yang membedakan adalah, di Indonesia informasi kalori ditulis kecil di belakang, sedangkan sebagian besar snack di Jepang memberi informasi kalori di depan. Jadi kita tahu berapa banyak kalori di snack tersebut. Di restoran cepat saji seperti Sukiya, Matsuya, Yoshinoya, juga menampilkan kalori untuk tiap menunya. Jadi, penghitungan kalori untuk diet di Jepang sangat mudah.

Keempat, tentang kebiasaan makan di Jepang. Di keluarga Jepang umum ada yang namanya namanya Oyatsu Jikan. Arti harafiahnya Waktu Jajan. Sekitar pukul 2–4 siang, waktu dimana anak-anak boleh makan jajan/snack. Tapi itupun dipilihkan oleh ibunya. Jadi sudah waktunya terbatas, jajannya dipilih lagi. Biasanya buah, atau manisan. Seperti adegan makan buah di cerita-cerita keluarga Nobita itu lho.. Konon katanya kebiasaan ini sudah ada sejak zaman Edo (awal dimulainya zaman modern di Jepang). Dulu orang Jepang makan hanya 2 kali sehari. Pagi dan Malam. Saat jam 2–4, biasanya orang-orang mulai lapar. Lalu makan makanan penganjal perut. Seperti buah-buahan. Lalu terciptalah istilah O-yatsu(Jajan/Snack). Mungkin selain faktor budaya jalan kaki, jenis makanan, dan factor di atas, faktor kebiasaan makan jajan yang dibatasi seperti ini membuat anak-anak jepang terbiasa menahan diri untuk tidak makan terlalu banyak. Yang nanti terbawa saat dewasa.

Terjemahan gambar "Aa,oyatsu no jikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terjemahan gambar "Aa,oyatsu no jikan.."

Kelima, saya berpikir kemiskinan dan obesitas saling berkakaitan. Kebanyakan orang Jepang tidak hidup dalam kemiskinan. Tingkat pendidikannya tinggi sehingga orang Jepang tahu tentang nutrisi. Selain itu, fisik orang Jepang juga lebih kecil dari orang Barat. Jadi, mereka makan lebih sedikit dan memiliki pengetahuan tentang nutrisi. Mereka suka makan sayur dan ikan serta daging.

Keenam, standar kecantikan yang diakui oleh kelompok masyarakat pastinya tak lepas dari pengaruh media sosial dan selebriti. Hal ini menjadi salah satu aspek yang memengaruhi pola pikir masyarakat tentang apa yang disebut "cantik" dan "ideal". Bahkan, hingga para model pakaian yang mereka lihat di toko online pun nyaris semuanya terlihat super kurus dan berkaki jenjang, bagaimana bisa hal itu tidak memengaruhi pola pikir mereka?

Vitamin LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang